Laman

Entri Populer

Selasa, Desember 28, 2010

ADA APA DENGAN CINTA ???

Berbicara soal cinta, pasti sangat
erat kaitannya dengan dua insan
turunan Adam dan Hawa yang
tengah dihantam oleh perasaan
yang menggelora. Tidak heran,
para pujangga cinta terjebak dalam kungkungan panah
asmara. Sebagian
menganggapnya sebagai cinta
sejati!. Sebuah Cinta untuk
pertama dan terakhir kalinya,
hingga sosoknya seolah tak bisa tergantikan oleh siapapun dan
sampai kapanpun (katanya).
Wewwww, sangat ironis bukan? Atas nama cinta, tak sedikit para
pujangga cinta rela mengorbankan dirinya untuk sang pujaan hati, bahkan sampai
yang dilarang agama pun rela
dilakukan. Tidak hanya itu, lebih
tragis lagi adalah ketika yang
dicinta telah pergi, ia bahkan
rela bila harus mengakhiri hidup demi sang kekasih. Yups!, inilah fakta dari salah
kaprahnya sebagian kaum Adam
dan Hawa dalam memaknai cinta.
Istilah ‘ Pacaran’ diartikan sebagai proses peleburan dan
pembuktian dari makna cinta.
Tentu saja, sebelum menapak ke
taraf ‘ jadian’ (pacaran) diawali dengan sebuah jalan pendekatan.
Mulanya mungkin hanya sekedar
menebar pesona lewat telepon,
sms, chatting, facebook, twitter
dan jalur-jalur lain sebagainya.
Rupanya, pepatah Jawa “witing tresno jalaran soko kulino” dijadikan kambing hitam untuk
menjadikan dua insan turunan
Adam dan Hawa itu semakin
dihinggapi “virus merah jambu”. Singkat cerita, cinta itupun
diungkapkan dan dibalas suka
cita oleh yang bersangkutan.
Mereka pun telah ‘ jadian’ . Berhentikah kemudian? Rasanya,
ada yang kurang jika sebuah
ungkapan perasaan itu hanya
dilabuhkan pada taraf ‘ jadian’ saja. Perlu dicatat, syaitan super
lihai menghasut manusia. Sudah
sejak kali pertama perasaan
cinta itu datang, syaitan sudah
membelenggu manusia dalam tipu
dayanya. Tentu saja, setelah ‘ jadian’ , syaitan akan kian membisiki manusia untuk
melakukan yang lebih menggoda
dari itu. Dan first date pun dijadwalkan di
malam Minggu. Dipilihlah tempat
sepi di sebuah taman di pinggiran
kota. Berhentikah sampai di sini?
Jelas, tidak hanya berhenti
sampai di sini saja. Duduk berdekatan, tangan pun mulai
beraksi. Digenggam erat tangan
halus si pujaan hati. Perlu diketahui, ini hanya untuk
kencan pertama, belum kencan
kedua, ketiga atau bahkan
kesekian kalinya. Bisa dipastikan,
syaitan tidak akan mungkin
membiarkan mereka melakukan itu-itu saja, melainkan lebih dan
lebih… .. Inikah makna cinta itu bagi mereka, para pujangga
cinta? Bagaimana Islam
Memandangnya? Mencintai seseorang yang
berbeda jenis itulah seyogyanya
manusia. Sudah sewajarnya
manusia yang berbeda jenis
tertarik satu dengan yang lain. َنِّيُز ِساَّنلِل ُّبُح ِتاَوَهَّشلا َنِم ِءاَسِّنلا َنيِنَبْلاَو ِريِطاَنَقْلاَو ِةَرَطْنَقُمْلا َنِم ِبَهَّذلا ِةَّضِفْلاَو ِلْيَخْلاَو ِةَمَّوَسُمْلا ِماَعْنألاَو ِثْرَحْلاَو َكِلَذ ُعاَتَم ِةاَيَحْلا اَيْنُّدلا ُهَّللاَو ُهَدْنِع ُنْسُح ِبآَمْلا “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan
kepada apa-apa yang diingini,
yaitu: wanita-wanita…” (QS Ali Imran 14) Dalam QS An-Najm 45 Allah juga
menjelaskan, ُهَّنَأَو َقَلَخ ِنْيَجْوَّزلا َرَكَّذلا ىَثْنألاَو “Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpasang-
pasangan pria dan wanita.” Sebaliknya, Allah justru melarang
manusia yang tidak merasakan
cinta pada seseorang yang lawan
jenis dan mengalihkan perasaan
cinta itu pada kaum sejenis.
Bahkan, dalam QS An-Naml 55 Allah menanyai mereka yang
mencintai sejenis, ْمُكَّنِئَأ َنوُتْأَتَل َلاَجِّرلا ًةَوْهَش ْنِم ِنوُد ِءاَسِّنلا ْلَب ْمُتْنَأ ٌمْوَق َنوُلَهْجَت “Mengapa kamu mendatangi laki- laki untuk (memenuhi) nafsu (mu)
, bukan (mendatangi) wanita?
Sebenarnya kamu adalah kaum
yang tidak mengetahui (akibat
perbuatanmu).” Dan Allah pun melaknat mereka
sebagaimana dijelaskan pada
ayat 58, اَنْرَطْمَأَو ْمِهْيَلَع اًرَطَم َءاَسَف ُرَطَم َنيِرَذْنُمْلا “Dan Kami turunkan hujan atas mereka (hujan batu), maka amat
buruklah hujan yang ditimpakan
atas orang-orang yang diberi
peringatan itu.” Lalu, apa salahnya bila insan
dunia mencintai seseorang yang
dicintainya? Umumnya, perasaan cinta ditorehkan
dalam sebuah ikatan
hubungan yang
bertentangan dengan
syariat Islam. Menjalin hubungan dalam hal ini pacaran, sebagai tahap penjajagan
hubungan sebelum menapak ke
gerbang pernikahan. Jelaslah, pacaran dalam Islam
tidak dituntunkan. Dalam Al-
Qur’ an saja Allah memerintahkan kepada laki-laki dan wanita yang
beriman untuk menundukkan
pandangannya (lihat QS An-Nuur
30-31). Rasulullah Saw bersabda, ْنَع ىِبَا َةَماَمُا ْنَع ِلْوُسَر ِهللا ص َلاَق : ْمُكاَّيِا َو َةَوْلَخلْا ِءاَسّنلاِب َو ىِذَّلا ىِسْفَن ِهِدَيِب ، اَم َالَخ ٌلُجَر َو ٌةَأَرْما َّالِا َلَخَد ُناَطْيَّشلا اَمُهَنْيَب ، َو ُمَحْزَيَل ٌلُجَر اًرْيِزْنِخ اًخّطَلَتُم ٍنْيِطِب ْوَا ٍةَأْمَح ٌرْيَخ ُهَل ْنِم ْنَا َمَحْزَي ُهُبِكْنَم َبِكْنَم ٍةَأَرْما َال ُّلِحَت ُهَل . ىناربطلا ىف ريبكلا Dari Abu Umamah, dari Rasulullah
SAW, beliau bersabda,
“Jauhkanlah kalian dari bersepi- sepi dengan wanita. Demi Tuhan
yang jiwaku di tangan-Nya,
tidaklah seorang laki-laki
berduaan dengan seorang
wanita, melainkan syaithan
masuk diantara mereka. Dan sungguh, seorang laki-laki
bersentuhan dengan seekor babi
yang berlumuran dengan lumpur
adalah lebih baik daripada ia
bersentuhan bahu dengan bahu
wanita yang tidak halal baginya“. [HR. Thabrani dalam Al-Kabir juz
8, hal. 205, no. 7830, dla'if
karena dalam sanadnya ada
perawi 'Ali bin Yazid, dan
'Ubaidillah bin Zahr] Lalu, bagaimana bisa
menggenggam tangan si pujaan
hati sedang Rasulullah Saw
bersabda, ْنَال َنَعْطُي ىِف ِسْأَر ْمُكِدَحَا ٍطَيْخِمِب ْنِم ٍدْيِدَح ٌرْيَخ ُهَل ْنِم ْنَا َّسَمَي ًةَأَرْما َال ُّلِحَت ُهَل . ىناربطلا Ditikam seorang daripada kamu
di kepalanya dengan jarum dari
besi itu, adalah lebih baik
daripada ia menyentuh seorang
wanita yang tidak halal baginya.
[HSR. Thabrani] Pacaran, meski belum sampai
melakukan zina, adalah
merupakan bentuk hubungan
yang tidak halal yang bisa
mendekatkan pada zina. Sedang
Allah melarang para hamba-Nya mendekati zina. الَو اوُبَرْقَت اَنِّزلا ُهَّنِإ َناَك ًةَشِحاَف َءاَسَو اليِبَس “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang
keji. dan suatu jalan yang
buruk.” (QS Al Israa’ 32) Mendekati zina saja sudah
dilarang, apalagi sampai
melakukan zina. Nau’ udzubillah min dzalik. Lalu, apa yang harus
kita lakukan sebagai seorang
muslim dan muslimah dalam hal
memaknai cinta? Memilihnya karena
Mencintai-Nya Tentu saja, Islam sangat menjaga
bagaimana seharusnya laki-laki
dan perempuan yang bukan
muhrim bersikap, termasuk
kaitannya dalam hal bagaimana
memaknai sebuah ketertarikan dengan lawan jenis. Yang jelas,
tidak boleh semena-mena
mengungkapkan perasaan
ketertarikan itu di luar koridor
Islam. Agar orang tak lagi salah
kaprah memaknai cinta, penulis hendak membagikan sebuah pemikiran yang Insya Allah
akan menyelamatkan kita
dari ancaman pergaulan
yang menyesatkan, yakni
soal bagaimana
mengungkapkan perasaan cinta melalui jalan yang
dihalalkan oleh-Nya. Sebelumnya, coba pahami kalimat
berikut ini, “Saya memilihnya karena saya mencintai-
Nya.” Kata ‘ memilih’ dimaksudkan untuk
menghindarkan kita dari jebakan
salah kaprahnya memaknai cinta,
karena sejatinya cinta hanyalah
untuk-Nya semata. Kata ini juga
dimaksudkan untuk tidak melulu beralasan lantaran ada rasa
cinta atau tidak cinta kepada
seseorang ketika hendak
membina mahligai rumah tangga.
Dan dia kita pilih karena kita
mencintai-Nya. Karena mencintai-Nya lah kita akan
memilih pasangan hidup
yang akan mendekatkan
kita pada-Nya, bukan malah
menjauhkan kita dari-Nya. Tentu saja, kalimat tersebut
diungkapkan dalam suatu wadah
yang dibenarkan Islam.
Pengungkapannya pun tidak
langsung diungkapkan kepada
yang bersangkutan, namun harus ada seorang perantara. Dan ketika kita sudah berada
dalam koridor yang dihalalkan,
saat itu barulah kita bisa
mengungkapkannya langsung
kepadanya dalam sebuah kalimat
berikut ini, “Saya mencintaimu karena Allah.” Kata ‘ cinta’ disini hanya sebatas rasa kasih
sayang yang tidak melebihi kadar
kecintaan kita kepada-Nya dan
ini diungkapkan semata-mata
hanya mengharap ridha dari-Nya. Nah, bukankah pengungkapan
cinta yang demikian, itulah cinta yang indah? Cinta diungkapkan melalui jalan yang
dihalalkan oleh-Nya, yakni pernikahan. Dan itu kita lakukan tak lain karena kita
mencintai-Nya, cinta sebenar-
benar cinta. Lain halnya ketika kita semena-
mena mengungkapkan cinta
melalui jalan syaitan. Cinta yang
awalnya biasa menjadi tidak
biasa lagi. Tidak biasa, karena cinta yang dirasa ternyata
telah dibumbui oleh nafsu.
Begitu dalamnya cinta
memasuki relung hati,
membuat para pujangga
cinta ini kian tak terkendali. Dan mereka pun
mendewakan cinta,
meninggalkan Sang Pemilik
Cinta Yang Hakiki. Pesona syaitan menghipnotis
pandangannya hingga mereka
berbangga diri lantaran cinta
yang dirasa adalah cinta sejati.
Ck ck ck… Sekarang tinggal pilih yang mana,
mengungkapkannya dengan jalan
yang dihalalkan Allah atau syaitan? Jika mengikuti Allah, maka Insya Allah akan selamat. Namun jika jalan syaitan yang
kita ikuti, maka neraka menjadi hunian abadi bagi kita kelak.
Naudzubillah… Pertanyaannya sekarang,
bagaimana jika seseorang belum siap melewati gerbang pengungkapan cinta yang
dihalalkan ini? Maka jadilah orang
yang ‘ cerdik’ . ِنَع ِنْبا َرَمُع ضر َلاَق : ُتْيَتَا َّيِبَّنلا ص َرِشاَع ٍةَرْشَع َماَقَف ٌلُجَر َنِم ِراَصْنَالْا َلاَقَف : اَي َّيِبَن ِهللا ، ْنَم ُسَيْكَا ِساَّنلا َو ُمَزْحَا ؟ِساَّنلا َلاَق : ْمُهُرَثْكَا اًرْكِذ ِتْوَمْلِل ، َو ْمُهُرَثْكَا اًداَدْعِتْسِا ِتْوَمْلِل ، َكِئلوُا ُساَيْكَالْا اْوُبَهَذ ِفَرَشِب اَيْنُّدلا َو ِةَماَرَك ِةَرِخآلْا . نبا ىبا ايندلا ىف باتك توملا و ىناربطتلا ىف ريغصلا دانساب نسح ، و ىقهيبلا ىف دهزلا ، و هظفل : َّنَا ًالُجَر َلاَق ِّيِبَّنلِل ص : ُّيَأ َنْيِنِمْؤُملْا ؟ُلَضْفَا َلاَق : ْمُهُنَسْحَا اًقُلُخ . َلاَق : ُّيَاَف نْيِنِمْؤُملْا ؟ُسَيْكَا َلاَق : ْمُهُرَثْكَا ِتْوَمْلِل اًرْكِذ ، َو ْمُهُنَسْحَا اَمِل ُهَدْعَب اًداَدْعِتْسِا ، َكِئلوُا ُساَيْكَالْا . Dari Ibnu ‘ Umar RA ia berkata : Saya datang kepada Nabi SAW,
kami serombongan sebanyak
sepuluh orang. Kemudian ada
seorang laki-laki Anshar
bertanya, “Wahai Nabiyallah, siapa orang yang paling cerdik
dan paling teguh diantara
manusia ?”. Nabi SAW bersabda, “Orang yang paling banyak mengingat mati diantara mereka
dan orang yang paling banyak
mempersiapkan bekal untuk mati.
Mereka itulah orang-orang yang
cerdik, mereka pergi dengan
membawa kemulyaan dunia dan kemulyaan akhirat”. [HR. Ibnu Abid-Dunya di dalam kitabul-
Maut. Thabrani di dalam Ash-
Shaghir dengan sanad hasan. Dan
Baihaqi juga meriwayatkan di
dalam kitabuz-Zuhud, dengan
lafadh] : Sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya
kepada Nabi SAW, “Siapa diantara orang-orang mukmin itu
yang lebih utama ?”. Nabi SAW menjawab, “Orang yang paling baik akhlaqnya diantara
mereka”. Orang tersebut bertanya lagi, “Siapakah diantara orang-orang mukmin
yang paling cerdik ?”. Nabi SAW menjawab, “Orang yang paling banyak ingat mati diantara
mereka, dan orang yang paling
baik persiapannya untuk
kehidupan selanjutnya. Mereka
itulah orang-orang yang cerdik”. Bagaimanapun menjaga dari
sesuatu yang akan menyebabkan
kita terjungkal ke neraka adalah
hal yang harus kita lakukan.
Jangan sampai gelora cinta
menduakan Dia dengan si dia. Dia-lah tujuan kita hidup di dunia
ini. Dia tidak akan pernah pergi
meninggalkan kita sampai
kapanpun. Sedang dia, apa dia
akan selalu ada dalam kehidupan
kita? (frizz) *Didedikasikan untuk adik-adikku
yang kusayangi karena Allah.
Keep istiqomah, bro, sis..!!!

indahnya hidup dalam aturan allah

Imam Thabrani dalam kitab
Jami`ul Awshat, Abu Nu`aim di
dalam kitab Al-Hilyah dan juga Al-
Hakim di dalam Kitab
Mustadroknya meriwayatkan,
Dari Ali RA, ia berkata : telah bersabda Rosululloh SAW : “Jibril mendatangiku dan berkata : Ya
Muhammad hiduplah sesukamu
karena engkau akan
mati,cintailah siapa yang kamu
mau karena engkau akan
meninggalkannya, beramallah sesukamu karena engkau akan
dibalas dan ketahuilah bahwa
kemulyaan seorang mu`min pada
qiyamul-lail dan Izzahnya pada
kemandiriannya “ Atas nama kebebasan pula,
banyak orang terjerumus dalam
kehidupan hedonis. “Hidup semau saya, yang penting
seneng, jangan ikut campur
urusan orang!”. Ada pula slogan anak muda sekarang, “kecil dimanja, muda foya- foya, tua kaya raya, mati
masuk sorga”..wenak to? Atas nama HAM, dan menganggap
Al-Qur’ an tidak komplit dan tidak sesuai jaman. Padahal ngerti
kitab itupun tidak. Hanya ikut
dan lebih percaya pemikiran
barat yang menyimpang.
Menganggap semua yang dari
sama lebih joss, lebih modern, lebih maju, lebih ilmiah dan
sebagainya. Begitulah jiwa yang
kerdil. Islam Menghargai Kebebasan Islam juga menghargai
kebebasan, dalam arti yang
sebenar-benarnya. Kebebasan
berpendapat, kebebasan
berekspresi, kebebasan dalam
mengelola harta kekayaan, kebebasan menjalankan
kehidupan dan lain sebagainya.
Namun kebebasan yang dimaksud
dalam Islam tentu saja
kebebasan dalam standar aturan
yang BENAR. Dan dipastikan bukan karena kesepakatan
kebanyakan orang. Sebagaimana kebebasan dalam
hukum positif manusia, bukan
kebebasan tidak tak terbatas,
namun kebebasan yang tidak
boleh melanggar kebebasan dan
hak orang lain. Jadi kebebasan itu ada batas bukanlah tanpa
batas. Hadis diatas, sungguh sangat
dalam maknanya dalam frame
kebebasan manusia dalam Islam. Hiduplah sesukamu, namun
ingat suatu saat kita akan mati. Ada empat ayat yang senada
yang mengingatkan kebodohan
orang-orang yang tenggelam di
dunia, lupa akan dunia
berikutnya. اَمَو ُةاَيَحْلا اَيْنُّدلا الِإ ٌبِعَل ٌوْهَلَو ُراَّدلَلَو ُةَرِخآلا ٌرْيَخ َنيِذَّلِل َنوُقَّتَي الَفَأ َنوُلِقْعَت dan Tiadalah kehidupan dunia ini,
selain dari main-main dan senda
gurau belaka[468]. dan sungguh
kampung akhirat itu lebih baik
bagi orang-orang yang
bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS.6:32) [468] Maksudnya: kesenangan-
kesenangan duniawi itu hanya
sebentar dan tidak kekal.
janganlah orang terperdaya
dengan kesenangan-kesenangan
dunia, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat. اَمَّنِإ ُةاَيَحْلا اَيْنُّدلا ٌبِعَل ٌوْهَلَو ْنِإَو اوُنِمْؤُت اوُقَّتَتَو ْمُكِتْؤُي ْمُكَروُجُأ الَو ْمُكْلَأْسَي ْمُكَلاَوْمَأ Sesungguhnya kehidupan dunia
hanyalah permainan dan senda
gurau. dan jika kamu beriman
dan bertakwa, Allah akan
memberikan pahala keppadamu
dan Dia tidak akan memint harta-hartamu. (QS.47:36) اَمَو ِهِذَه ُةاَيَحْلا اَيْنُّدلا الِإ ٌوْهَل ٌبِعَلَو َّنِإَو َراَّدلا َةَرِخآلا َيِهَل ُناَوَيَحْلا ْوَل اوُناَك َنوُمَلْعَي dan Tiadalah kehidupan dunia ini
melainkan senda gurau dan main-
main. dan Sesungguhnya akhirat
Itulah yang sebenarnya
kehidupan, kalau mereka
mengetahui. (QS.29 :64) Hidup Di Dunia adalah
Sementara Manusia diberikan kebebasan
untuk menempuh kehidupannya.
Manusia dipersilahkan hidup
didunia dengan caranya masing-
masing. Namun ada prinsip yang
harus dibangun dan disadari, bahwa “kehidupan didunia bukanlah kehidupan abadi”. Banyak orang lupa, banyak
orang terlena banyak orang
tertipu dengan kehidupan dunia
karena sering
melupakankematian. ُّلُك ٍسْفَن ُةَقِئاَذ ِتْوَمْلا ْمُكوُلْبَنَو ِّرَّشلاِب ِرْيَخْلاَو ًةَنْتِف اَنْيَلِإَو َنوُعَجْرُت Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Kami akan
menguji kamu dengan keburukan
dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya). dan
hanya kepada kamilah kamu dikembalikan. (QS.21:35) Sebagai ummat Islam, kita selalu
diingatkan tentang kematian.
Dunia ini adalah sementara, dunia
ini seperti tempat persinggahan
seorang musafir yang sedang
menempuh perjalanan, kehidupan dunia ini sangat amat sebentar,
sering-seringlah berziarah kubur
sehingga kita ingat mati, begitu
inti beberapa hadist nabi
tentang dunia. Kembali pada hadist diatas tadi,
ketika kita ingat akan mati yang
dapat datang kapanpun Allah
berkehendak, maka , apakah
kita masih ingin hidup sesuka hati
kita, sebebas-bebasnya tanpa menghiraukan aturan-aturan
dari Allah SWT.? Bukankah semua aturan telah
jelas tertulis dalam Al Qur’ an kitab kita dan Al Hadist Rosululloh
SAW? Masihkan kita begitu sombong
untuk hidup seenaknya, atas
nama kebebasan, padahal
mungkin besok, satu jam lagi,
satu menit lagi, bahkan satu
detik lagi kita mungkin akan mati? Islam sebagai agama yang
fitrahpun menghargai kebebasan
untuk mencintai sesuatu yang
ingin kita cintai. Cinta adalah
karunia dari Allah kepada
manusia. Ia merupakan fitrah manusia yang indah. Manusia
boleh mencintai anak, istri,
harta, suka dengan kendaraan
yang mewah, rumah yang bagus,
dan lain sebagainya. َنِّيُز ِساَّنلِل ُّبُح ِتاَوَهَّشلا َنِم ِءاَسِّنلا َنيِنَبْلاَو ِريِطاَنَقْلاَو ِةَرَطْنَقُمْلا َنِم ِبَهَّذلا ِةَّضِفْلاَو ِلْيَخْلاَو ِةَمَّوَسُمْلا ِماَعْنألاَو ِثْرَحْلاَو َكِلَذ ُعاَتَم ِةاَيَحْلا اَيْنُّدلا ُهَّللاَو ُهَدْنِع ُنْسُح ِبآَمْلا dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-
apa yang diingini, Yaitu: wanita-
wanita, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan
di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga). (QS.3:14) Makna Cinta Sebenarnya Namun sekali lagi semua ada
batasnya. Cinta dapat
mendorong orang melakukan hal-
hal yang kadang irasional,
bahkan diluar kemampuannya.
Oleh karena itulah , cinta dalam islam diberikan batas aturan. Hadist tadi begitu indah
menberikan batasan. Anda boleh
cinta dengan harta anda yang
begitu berlimpah, namun
setinggi-tingginya cinta anda,
harta itupun akan berpisah dengan anda. Hanya selembar
kain yang akan menemani anda
sampai kedalam kubur. Anda
boleh cinta kepada anak Istri
anda, namu mmereka akan
meninggalkan anda, atau anda yang akan meninggalkan mereka.
Anak, Istri, rumah, harta,
jabatan, semua akan
meninggalkan anda atau akan
anda tinggalkan. ْلُق ْنِإ َناَك ْمُكُؤاَبآ ْمُكُؤاَنْبَأَو ْمُكُناَوْخِإَو ْمُكُجاَوْزَأَو ْمُكُتَريِشَعَو ٌلاَوْمَأَو اَهوُمُتْفَرَتْقا ٌةَراَجِتَو َنْوَشْخَت اَهَداَسَك ُنِكاَسَمَو اَهَنْوَضْرَت َّبَحَأ ْمُكْيَلِإ َنِم ِهَّللا ِهِلوُسَرَو ٍداَهِجَو يِف ِهِليِبَس اوُصَّبَرَتَف ىَّتَح َيِتْأَي ُهَّللا ِهِرْمَأِب ُهَّللاَو ال يِدْهَي َمْوَقْلا َنيِقِساَفْلا Katakanlah: “Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah
dan RasulNya dan dari berjihad di
jalan nya, Maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan
keputusan NYA”. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang fasik. (QS.9:24) Cinta pada Allah, adalah cinta
yang sebenarnya tanpa batas.
Seorang yang dicintai dan
mencintai Allah, tidak akan
merasa meninggalkan atau
ditinggalkan. Namun cinta kepada Allah menuntut konsekuensi
untuk selalu meletakkan
kepentingan dari Allah diatas
segalanya. Mengalahkan
kepentingan dunia, mengalahkan
harta, mengalahkan anak dan istri, bahkan mengalahkan diri
kita sendiri. Ketika Allah SWT
menuntut kita atau ketika
sesuatu yang kita cintai
bertentangan dengan syariat
dari Allah, maka orang beriman akan mendahulukan kepentingan
dari Allah, karena cintanya
kepada ALLah. Manusia juga diberikan
kebebasan untuk melakukan
apapun yang dia kehendaki.
Namun, tentu kebebasan untuk
melakukan suatu perbuatan
itupun mempunyai aturan yang jelas. Semua Hal akan Tercatat
dan dibalas Hidup ini sungguh sangat bernilai
bagi kita. Semua yang kita
kerjakan, sedikit apapun,
seremeh apapun, sekecil apapun,
semua ada balasannya. اَمَو ُنوُكَت يِف ٍنْأَش اَمَو وُلْتَت ُهْنِم ْنِم ٍنآْرُق الَو َنوُلَمْعَت ْنِم ٍلَمَع الِإ اَّنُك ْمُكْيَلَع اًدوُهُش ْذِإ َنوُضيِفُت ِهيِف اَمَو ُبُزْعَي ْنَع َكِّبَر ْنِم ِلاَقْثِم ٍةَّرَذ يِف ِضْرألا الَو يِف ِءاَمَّسلا الَو َرَغْصَأ ْنِم َكِلَذ الَو َرَبْكَأ الِإ يِف ٍباَتِك ٍنيِبُم Kamu tidak berada dalam suatu
Keadaan dan tidak membaca
suatu ayat dari Al Quran dan
kamu tidak mengerjakan suatu
pekerjaan, melainkan Kami
menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. tidak luput
dari pengetahuan Tuhanmu
biarpun sebesar zarrah (atom) di
bumi ataupun di langit. tidak ada
yang lebih kecil dan tidak (pula)
yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat)
dalam kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh). (QS.10:61) Bagi kita, bahkan senyum
menjadi satu amal baik
sebagaimana menyingkirkan aral
dijalanpun bernilai pahala.
Begitupun perbuatan buruk.
Seorang muslim yang bersih hatinya, akan melihat satu
perbuatan buruk sekecil apapun
bagaikan melihat gunung yang
akan menimpanya. Kebebasan dalam berbuat,
bukanlah kebebasan berbuat
seenaknya. Kebebasan berbuat
disertai tanggungjawab dan
beban moral bahwa
sesungguhnya perbuatan kita pastilah ada balasannya. ْنَمَف ْلَمْعَي َلاَقْثِم ٍةَّرَذ اًرْيَخ ُهَرَي - ْنَمَو ْلَمْعَي َلاَقْثِم ٍةَّرَذ اًّرَش ُهَرَي Barangsiapa yang mengerjakan
kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya.dan Barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan
sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
(QS.99:7-8) Jika semua perbuatan kita,
sekecil apapun, kelihatan atau
tidak kelihatan, baik atau buruk,
selalu dibalas oleh Allah SWT ,
apakah kita masih ingin berbuat
semaunya, tanpa menghiraukan mudharat dan akibatnya? Akhirnya, ada yang perlu kita
renungkan dari hal-hal diatas.
Semua kita pasti akan mati,
sehingga mengapa kita ingin
hidup semau kita, seakan-akan
dunia adalah tujuan akhir kita. Semua yang kita cintai dan
mencintai kitapun akan kita
tinggalkan dan meninggalkan
kita, sehingga mengapa tidak
kita memberi cinta tertinggi kita
kepada Allah SWT. Semua amal perbuatan kita selalu akan ada
balasannya, sehingga mengapa
tidak kita berbuat sebaik-
baiknya agar kehidupan kita
lebih bermakna, dan timbangan
amal baik kita selalu bertambah. Masihkan anda ingin hidup
seenaknya ? Pura-pura merasa tidak akan
mati karena berumur panjang? Sengaja tidak mau mengetahui
aturan hidup yang sudah jelas? Dan pura-pura tidak ada Allah
dan tidak ada kehidupan setelah
mati? Naudzubillah deh..

tidak paham alquran pasti menyesal

Allah SWT Tuhan Yang Maha
Pencipta dan Pemelihara seluruh
Alam dalam kitab suci Al-Qur’ an pada sebuah ayatnya membuat
sebuah pertanyaan yang
kelihatannya kecil. Pertanyaan
kecil tersebut tidak perlu
dijawab dan tidak membutuhkan
jawaban namun perlu perenungan dan persiapan. Waktu dahulu diri kita tidak ada,
saat ini diri kita ada, diadakan
oleh Allah untuk hidup dimuka
bumi. Dan nanti berikutnya diri
kita tidak ada lagi dimuka bumi. Kemana kamu manusia akan
pergi ???…… Dimuka bumi ini diri kita disuruh
oleh Allah Tuhan Semesta Alam,
untuk selalu Bertasbih
Mengagungkan dan Memuliakan
Allah Pencipta kita, Berbakti,
Tunduk patuh kepadaNya, Beriman dan Beramal sholih,
sudahkan diri kita mentaati
petunjuk Allah tersebut ??? Dan Dia (Muhammad)
bukanlah seorang yang
bakhil untuk menerangkan
yang ghaib. (QS. 81:24)
Dan al-Qur’ an itu bukanlah perkataan syaitan yang
terkutuk, (QS. 81:25)
maka kemanakah kamu akan pergi (QS. 81:26) al-Qur’ an itu tiada lain hanyalah peringatan bagi
semesta alam, (QS. 81:27)
(yaitu) bagi siapa diantara
kamu yang mau menempuh
jalan yang lurus. (QS. 81:28)
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh
jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan
semesta alam. (QS. 81:29) Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah Yang tidak
mempunyai anak dan tidak
mempuyai sekutu dalam
kerajaan-Nya dan tidak
mempunyai penolong (untuk
menjaga-Nya) dari Kehinaan dan Agungkanlah Dia
dengan Pengagungan yang
sebenar-benarnya”. (QS. 17:111) Barangsiapa yang berbuat
sesuai dengan hidayah
(Allah), maka sesungguhnya
dia berbuat itu untuk
(keselamatan) dirinya
sendiri; dan barang siapa yang sesat maka
sesungguhnya dia tersesat
bagi (kerugian) dirinya
sendiri. Dan seorang yang
berdosa tidak dapat
memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan
mengazab sebelum Kami
mengutus seorang rasul.
(QS. 17:15) Allah menjelaskan kepada kita
akan asal muasal diri-diri kita
dan perjalanan diri kita di muka
bumi, dan akhir dari perjalanan
diri kita di dunia ini dan kemana
diri kita akan pergi, sebagaimana dalam ayat-ayat berikut Hai manusia, kamu dalam
keraguan tentang
kebangkitan (dari kubur);
maka (ketahuilah)
sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian
dari seumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu
dan Kami tetapkan dalam
rahim, apa yang Kami
kehendaki sampai waktu
yang sudah ditentukan,
kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi,
kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu
sampai pada kedewasaan,
dan diantara kamu ada
yang diwafatkan dan (ada pula) diantara kamu yang
dipanjangkan umurnya
sampai pikun, supaya dia
tidak mengetahui lagi
sesuatupunyang dahulunya
telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering,
kemudian apabila Kami
turunkan air diatasnya,
hiduplah bumi itu dan
suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh- tumbuhan yang indah (QS.
22:5) Allah, Dialah yang
menciptakan kamu dari
kadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah
keadaan lemah itu menjadi
kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) itu
sesudah kuat itu lemah
(kembali) dan beruban.Dia
menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya dan Dialah
Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. 30:54) Segala perbuatan dan buah
karya apa saja yang telah dan
sedang diri kita kerjakan atau
yang akan kita perbuat dimuka
bumi, maka setelah kepergian diri
kita kembali kepada Allah SWT, semuanya akan kita
pertanggung jawabkan
dihadapan Allah, kebaikan atau
kejahatan akan dibalas dengan
setimpal. Sesungguhnya hari kiamat
itu akan datang Aku
merahasiakan (waktunya)
agar supaya tiap-tiap diri
itu dibalas dengan apa yang
ia usahakan. (QS. 20:15) (Barangsiapa mengerjakan
perbuatan jahat, maka dia
tidak akan dibalas
melainkan sebanding dengan
kejahatan itu. Dan
barangsiapa yang mengerjakan amal yang
saleh baik laki-laki maupun
perempuan sedang ia dalam
keadaan beriman, maka
mereka akan masuk surga,
mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab. (QS.
40:40) Dan Allah menciptakan
langit dan bumi dengan
tujuan yang benar dan
agar dibalasi tiap-tiap diri
terhadap apa yang
dikerjakannya, dan mereka tidak akan dirugikan. (QS.
45:22) Kita berusaha agar perjalanan
kita didunia adalah perjalanan
yang sesuai dengan hidayah
Allah, mengikuti petunjuknya dan
akan kembali kepada Allah dan
diterima disisinya dengan penuh ridhoNya Dan adapun orang-orang
yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan
menahan diri dari keinginan
hawa nafsunya. (QS. 79:40)
maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal
(nya). (QS. 79:41) Hai jiwa yang tenang. (QS.
89:27)
Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi
diridhoi-Nya. (QS. 89:28)
Maka masuklah ke dalam jama’ ah hamba-hamba-Ku, (QS. 89:29)
dan masuklah ke dalam
surga-Ku. (QS. 89:30) Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan
mengerjakan amal-amal
shaleh, mereka diberi
petunjuk oleh Tuhan
mereka karena keimanannya, dibawah
mereka mengalir sungai-
sungai di dalam surga yang
penuh kenikmatan. (QS.
10:9) Diri kita perlu berhati-hati dalam
hidup, karena ujian, cobaan dan
tipuan syaitan selalu
menghadang kita. Karena Allah
menyatakan ada orang atau
sekelompok orang yang merasa berbuat yang terbaik menurut
pikiran, hati dan kehendak, serta
ilmu yang ada pada mereka,
padahal mereka telah berbuat
sesuatu yang paling merugikan
diri mereka di dunia dan di akherat, mereka menempuh
sesuatu yang tidak diridhoi oleh
Allah (na’ udzubillah) Katakanlah:”Apakah akan Kami beritahukan kepadamu
tentang orang-orang yang
paling merugi
perbuatannya” (QS. 18:103) Yaitu orang-orang yang
telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini,
sedang mereka menyangka
bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya. (QS. 18:104) Mereka itu orang-orang
yang kufur terhadap ayat-
ayat Tuhan mereka dan
(kufur terhadap)
perjumpaan dengan Dia,
maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan Kami
tidak mengadakan suatu
penilaian bagi (amalan)
mereka pada hari kiamat.
(QS. 18:105) Banyak manusia yang dimata umat manusia awam telah menghasilkan karya-karya yang besar, revolusioner, monumental, hangar bingar, sorak sorai, mendunia, mengglobal, namun sayang banyak dari mereka itu yang tidak mau beriman kepada Allah, mereka itu tidak mau mengimani dan mengamalkan Al- Qur’ an dan As-Sunnah. Maka mereka akan sangat-
sangat menyesal dengan
penyesalan yang sangat besar
disaat mereka kembali kepada
Allah, mereka mendapatkan
kemurkaan Allah dan tidak mendapatkan ridhoNya. Sehingga
dengan apa yang telah
diperbuatnya ketika hidup di
dunia, menyebabkan mereka
sengsara dialam yang kekal
abadi, yaitu di alam akherat (na’ udzubillah). Dan kamu akan melihat
mereka dihadapkan ke
neraka dalam keadaan
tunduk karena (merasa)
terhina, mereka melihat
dengan pandangan yang lesu. Dan orang-orang yang
beriman berkata:
“Sesungguhnya orang- orang yang merugi ialah
orang-orang yang
kehilangan diri mereka
sendiri dan (kehilangan)
keluarga mereka pada hari
kiamat. Ingatlah, sesungguhnya orang-orang
yang zalim itu berada dalam
azab yang kekal. (QS. 42:45) (yaitu) orang-orang yang
menjadikan agama mereka
sebagai main-main atau
senda gurau, dan kehidupan
dunia telah menipu
mereka”. Maka pada hari itu (kiamat ini), Kami
melupakan mereka
sebagaimana mereka
melupakan pertemuan
mereka dengan hari ini, dan
(sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-
ayat Kami. (QS. 7:51) Dan dikatakan (kepada
mereka): “Pada hari ini Kami melupakan kamu
sebagaimana kamu telah
melupakan pertemuan
(dengan) harimu ini dan
tempat kembalimu ialah
neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong.
(QS. 45:34) Manusia perlu menyadari bahwa
dirinya yang amat lemah ini
senantiasa membutuhkan
bimbingan Allah, karena Allah-lah
yang berkehendak mengadakan
umat manusia di muka bumi. Di setiap waktu dan setiap zaman
Allah telah menurunkan kitab suci
lewat para Rasul-rasul-Nya, yang
disesuaikan dengan zamannya.
Manusia membutuhkan bimbingan
Allah, karena Allah sendiri menyampaikan bahwa ada jalan-
jalan yang bengkok yang dapat
menyesatkan umat manusia. Dan hak bagi Allah
(menerangkan) jalan yang
lurus, dan di antara jalan-
jalan itu ada yang bengkok.
Dan jikalau Dia
menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya
(kepada jalan yang benar).
(QS. 16:9) Kita hidup di zaman setelah Al-
Qur’ an diturunkan kepada utusan Allah SWT yang terakhir
yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Allah menghendaki agar kita
bersyukur kepada-Nya dengan
menekuni dan mengamalkan Al-
Qur’ an dan As-Sunnah. Bila dalam hidup kita ini belum pernah khatam membaca tarjamah Al- Qur’ an, dan ingin mengamalkannya… ..kemungkinan Besar kita akan sangat menyesal di akherat…… Wallahu a’ lam.

cintai islam dan alquran

Segala pujian semata-mata
hanya bagi Allah Tuhan semesta
Alam, Allah Tuhan langit dan
bumi , Penguasa seluruh
makhluqnya, dan Penguasa di
Dunia dan di Akherat. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW, kepada
keluarganya, sahabatnya dan
kepada seluruh manusia yang
mengikuti dan mengamalkan jalan petunjukNYa. Allah Pencipta, Pemelihara,
Penyantun seluruh alam
memberikan khabar kebenaran
kepada umat manusia,
mengabarkan lewat Rasulnya,
bahwa kedatangan Rasulullah Muhammad SAW adalah termasuk
tanda-tanda kedatangan Hari
Akhir (Qiyamat). Antara diutusnya Rasulullah
Muhammad SAW dan hari kiyamat
diibaratkan sebagimana jari
telunjuk dan jari tengah. Empat
belas abad sudah berlalu, tetapi
dunia belum qiyamat. Memang hari qiyamat waktunya
dirahasiakan oleh Allah SWT, agar
setiap diri dapat berbuat amal
sebaik-baiknya. Rasulullah Muhammad adalah Nabi
Terakhir, tidak ada Nabi
sesudahnya, dan kita semua
adalah umat zaman akhir. Kitab
suci terakhir yang Allah turunkan
kepada umat manusia adalah Al- Qur’ anul Karim. Dan Allah-lah yang menjaga kesucian,
kebenaran dan keberkahannya
hingga hari qiyamat .Barang
siapa berpegang teguh
kepadanya, selamatlah mereka.
Barang siapa yang mengingkari rugi dan celakalah mereka. Beberapa ayat yang menjelaskan
tentang penjagaan Allah
padanya, dan kesucian isinya
sebagaimana dalam ayat-ayat
berikut. Sesungguhnya Kami-lah
yang menurunkan al-
Qur’ an, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya. (QS. 15:9) Al-Qur’ an sebagai petunjuk dan cahaya kebenaran dari Allah,
yang tidak ada keraguan
didalamnya bagi orang-orang
yang bertaqwa (orang yang
berhati suci dan selalu benar
dalam berbuat) Kitab (al-Qur’ an) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa, (QS. 2:2) Hai manusia, sesungguhnya
telah datang kepadamu
bukti kebenaran dari
Tuhanmu, (Muhammad
dengan mu’ jizatnya) dan telah kami turunkan
kepadamu cahaya yang
terang benderang (al-
Qur’ an). (QS. 4:174) Allah menghendaki keselamatan
bagi siapa saja yang mengimani,
mempercayai, dan
mengamalkannya Dengan kitab itulah Allah
menunjuki orang-orang
yang mengikuti keredhaan-
Nya ke jalan keselamatan,
dan (dengan kitab itu pula)
Allah mengeluarkan orang- orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang
benderang dengan seizin-
Nya, dan menunjuki mereka
ke jalan yang lurus. (QS.
5:16) Dia adalah kitab yang penuh
barokah (kemanfaatan baik yang
melimpah ruah) bagi siapapun
yang mengamalkan petunjuk
didalamnya Ini adalah sebuah kitab
yang kami turunkan
kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-
ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-
orang yang mempunyai
pikiran. (QS. 38:29) Barang siapa yang mengikuti dan
mengamalkan petunjuknya akan
menemukan jalan-jalan
kemuliaan, dan menjadi orang
yang mulia di dunia dan di
akherat. Sesungguhnya telah kami
turunkan kepada kamu
sebuah kitab yang di
dalamnya terdapat sebab-
sebab kemuliaan bagimu.
Maka apakah kamu tiada memahaminya (QS. 21:10) Nilai-nilai kebenaran dan
pengamalan Al-Qur’ an lebih mulia dari sekedar nilai-nilai materi
yang telah Allah sebarkan di
muka bumi. Hai manusia, sesungguhnya
telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada)
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-
orang yang beriman. (QS.
10:57) Katakanlah:”Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya,
hendaklah dengan itu
mereka bergembira. Karunia
dan rahmat-Nya itu adalah
lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan”. (QS. 10:58) Al-Qur’ an adalah kitab yang diturunkan dari sisi Allah Tuhan
pemilik seluruh Alam sesungguhnya Al-Qur’ an ini adalah bacaan yang sangat
mulia, (QS. 56:77)
pada kitab yang terpelihara
(Lauhul Mahfuzh), (QS.
56:78)
tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang
disucikan. (QS. 56:79)
Diturunkan dari Tuhan
Semesta Alam. (QS. 56:80) Kitab Al-Qur’ an tidak ada kebatilan (kesalahan dan
kebohongan) didalamnya Sesungguhnya orang-orang
yang mengingkari al-Qur’ an ketika al-Qur’ an itu datang kepada mereka, (mereka
itu pasti akan celaka), dan
sesungguhnya al-Qur’ an itu adalah kitab yang mulia.
(QS. 41:41)
Yang tidak datang
kepadanya (al-Qur’ an) kebatilan baik dari depan
maupun dari belakangnya,
yang diturunkan dari
(Tuhan) Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Terpuji.
(QS. 41:42) Apa yang dikhabarkan oleh Al-
Qur’ an pasti akan terjadi sesuai dengan kehendak Allah sesuai
dengan waktu yang telah
ditetepkan oleh-Nya Untuk tiap-tiap berita
(yang dibawa oleh rasul-
rasul) ada (waktu)
terjadinya dan kelak kamu
akan mengetahui. (QS. 6:67) Kami akan memperlihatkan
kepada mereka tanda-
tanda (kekuasaan) Kami di
segenap ufuk dan pada diri
mereka sendiri, sehingga
jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’ an itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak
cukup (bagi kamu) bahwa
sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu
(QS. 41:53) Walaupun orang-orang tidak mau
meyakini kebenaran Al-Qur’ an, namun Allah, malaikat-malaikat-
Nya dan orang-orang yang sholih
yang berbakti kepada-Nya
meyakini kebenarannya (Mereka tidak mau
mengakui yang diturunkan
kepadamu itu), tetapi Allah
mengakui al-Qur’ an yang diturunkan-Nya kepadamu.
Allah menurunkannya
dengan ilmu-Nya; dan
malaikat-malaikat pun
menjadi saksi (pula).
Cukuplah Allah yang mengakuinya. (QS. 4:166) Dan apabila mereka
mendengarkan apa yang
diturunkan kepada Rasul
(Muhammad), kamu lihat
mata mereka mencucurkan
air mata disebabkan kebenaran (al-Qur’ an) yang telah mereka ketahui (dari
kitab-kitab mereka sendiri);
seraya berkata:”Ya Tuhan kami, kami telah beriman,
maka catatlah kami
bersama orang-orang yang
menjadi saksi (atas
kebenaran al-Qur’ an dan kenabian Muhammad saw).
(QS. 5:83) Orang-orang yang bergelimang
dalam nyata-nyata berbuat
kezaliman dikatakan Allah bahwa
mereka akan menyangsikan dan
mengingkari kebenaran Al-Qur’ an Sebenarnya, al-Qur’ an itu adalah ayat-ayat yang
nyata di dalam dada orang-
orang yang diberi ilmu. Dan
tidak ada yang mengingkari
ayat-ayat Kami kecuali
orang-orang yang zalim. (QS. 29:49) Dan Kami turunkan dari al-
Qur’ an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman
dan al-Qur’ an itu tidaklah menambah kepada orang-
orang yang zalim selain
kerugian. (QS. 17:82) Orang yang tidak beriman
kepada kehidupan akherat akan
meragukan dan menolak
kebenaran Al-Qur’ an, demikian pula orang-orang yang hatinya
tertutup dengan noda-noda
dosa. Dan apabila kamu membaca
al-Qur’ an niscaya Kami adakan antara kamu orang-
orang yang tidak beriman
kepada kehidupan akhirat,
suatu dinding yang
tertutup, (QS. 17:45)
dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan
sumbatan di telinga
mereka, agar mereka tidak
dapat memahaminya. Dan
apabila kamu menyebut
Tuhanmu saja dalam al- Qur’ an, niscaya mereka berpaling ke belakang
karena bencinya. (QS.
17:46) Manusia boleh memilih apakah
akan mengimani atau mengkafiri
firman Allah dalam kitab suci Al-
Qur’ an, namun masing-masing dengan segala konsekwensinya Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada
jalan yang salah. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Taghut dan beriman
kepada Allah, maka
sesunguhnya ia tela
berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat yang
tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (QS. 2:256) Dan katakanlah:”Kebenaran itu datangnya dari
Tuhanmu; maka barangsiapa
yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin
(kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah
sediakan bagi orang-orang
zalim itu neraka, yang
gejolaknya mengepung
mereka. Dan jika mereka
meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi
yang mendidih yang
menghanguskan muka.
Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (QS.
18:29) Kitab suci Al-Qur’ an sebagai batu ujian (penguji) akan kebenaran
kitab-kitab suci sebelumnya.
Apakah kitab tersebut masih
bersih dan benar apakah sudah
mendapat perubahan akibat
campur tangan manusia. Bila masih sesuai dengan Al-Qur’ an berarti kitab suci tersebut masih
terjaga kesuciannya, namun bila
sudah menyelisihi Al-Qur’ an berarti kitab suci tersebut sudah
dipalsukan. Dan Kami telah turunkan
kepadamu al-Qur’ an dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-
kitab (yang
diturunkansebelumnya) dan
batu ujian terhadap kitab- kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang
Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang
kepadamu. Untuk tiap-tiap
umat di antara kamu, Kami
berikan aturan dan jalan
yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu
terhadap pemberian-Nya
kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan.
Hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semuanya,
lalu diberitahukan-Nya
kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan itu, (QS. 5:48) Demikian kuatnya Allah mengajak
manusia kembali kepada
kebenaran, kembali kepada
Mengesakan Allah, kembali
kepada kebenaran yang telah
dibentangkan lewat sunatullah baik yang tertulis dalam kitab-
kitab-Nya atau yang tertulis di
alam raya. Allah Tuhan yang
Maha Pengasih dan Maha
Penyayang mengajak manusia
untuk hidup selamat dan bahagia dengan mengikuti jalan lurus,
jalan fitrah, jalan kebenaran dari
Allah Al-Qur’ an.. Bila diri kita suka
bergelimang dalam budaya-
budaya kema’ siyatan, kezaliman dan kedurhakaan,
kesombongan, keangkuhan,
dan telah mendarah daging
dalam diri, pasti kita akan
benci dengan kebenaran
yang datang dari Allah, yaitu Al-Qur’ an. Bila manusia masih saja menolak dan
membangkang, maka semua
akibat yang akan diterima oleh
manusia di dunia dan di akherat
adalah akibat salahnya sendiri,
bukan orang lain. Manusia harus merendahkan diri
dihadapan Allah, karena memang
manusia itu berasal dari setitik
air mani, segumpal tanah yang
amat dhoif. Semoga Allah membimbing kita semua untuk mencintai dalam mempelajari dan mengamalkan petunjuk-petunjuk Al-Islam, Al-Qur’ an dan As- Sunnah, Amien. Wallahu a’ lam.

tontonan perusak moral

Andaikan ini menandai sebuah
gunung meletus, maka SUPER
SIAGA adalah statusnya. Moral
yang menjadi komponen utama
akhlak bangsa ini sedang
mengalami tantangan yang dahsyat. Selain korupsi dan syirik
adalah perzinahan. Merebaknya video mesum
(porno) yang kini banyak
dikonsumsi oleh masyarakat dan
generasi muda, sungguh sangat
memprihatinkan. Jika hal ini terus
berlangsung tanpa kendali, maka moral bangsa akan semakin
hancur dan terpuruk. Dan ini
akan berakibat pada kehidupan
lain secara lebih luas. Ekonomi
akan terganggu, pendidikan
terguncang, politik jadi tidak bermoral, budaya dan tradisi
bangsa tercampakkan, serta
nilai-nilai agama akan
terpinggirkan. Allah SWT mengingatkan bahwa
perbuatan zina itu adalah
fahisyah (kejahatan yang
menjijikkan) dan saa’ a sabila (seburuk-buruknya jalan). الَو اوُبَرْقَت اَنِّزلا ُهَّنِإ َناَك ًةَشِحاَف َءاَسَو اليِبَس “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya, zina itu
adalah perbuatan yang keji, dan
jalan yang buruk.” (QS Al-Isra [17]: 32). Padahal, jelas-jelas Islam telah
melarang melakukan perbuatan
zina. Jangankan melakukannya,
mendekati saja sudah tidak
boleh. Rasulullah SAW juga bersabda,
“Hendaknya kalian menjauhi perbuatan zina, karena akan
mengakibatkan empat hal yang
merusak, yaitu menghilangkan
kewibawaan dan keceriaan
wajah, memutuskan rezeki
(mengakibatkan kefakiran), mengundang kutukan Allah, dan
menyebabkan kekal dalam
neraka.” (HR Thabrani dari Ibn Abbas). Hadist ini sekaligus membantah
pernyataan banyak orang yang
sering menyatakan bahwa salah
satu penyebab perbuatan zina
adalah karena faktor ekonomi
atau kemiskinan. Justru perbuatan zina itulah yang akan
menjerumuskan pelakunya pada
jurang kemiskinan. Dan jika pun
terlihat memiliki harta, itu hanya
bersifat semu dan sementara.
Yang pasti ujungnya akan habis tak berbekas. Karena buruknya perbuatan zina
ini, maka salah satu tanda
perilaku orang-orang yang
termasuk ‘ ibadurrahman adalah meninggalkan perbuatan
tersebut. Sebab, mereka yang
melakukannya, akan
mendapatkan azab Allah, dan
mereka akan kekal di dalam
neraka dalam keadaan terhina. َنيِذَّلاَو ال َنوُعْدَي َعَم ِهَّللا اًهَلِإ َرَخآ الَو َنوُلُتْقَي َسْفَّنلا يِتَّلا َمَّرَح ُهَّللا الِإ ِّقَحْلاِب الَو َنوُنْزَي ْنَمَو ْلَعْفَي َكِلَذ َقْلَي اًماَثَأ ) ٦٨ ( ْفَعاَضُي ُهَل ُباَذَعْلا َمْوَي ِةَماَيِقْلا ْدُلْخَيَو ِهيِف اًناَهُم ) ٦٩ ( الِإ ْنَم َباَت َنَمآَو َلِمَعَو الَمَع اًحِلاَص َكِئَلوُأَف ُلِّدَبُي ُهَّللا ْمِهِتاَئِّيَس ٍتاَنَسَح َناَكَو ُهَّللا اًروُفَغ اًميِحَر ) ٧٠ ( ْنَمَو َباَت َلِمَعَو اًحِلاَص ُهَّنِإَف ُبوُتَي ىَلِإ ِهَّللا اًباَتَم Dan orang-orang yang tidak
menyembah Tuhan yang lain
beserta Allah dan tidak
membunuh jiwa yang diharamkan
Allah (membunuhnya) kecuali
dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang
melakukan yang demikian itu,
niscaya Dia mendapat
(pembalasan) dosa(nya), (yakni)
akan dilipat gandakan azab
untuknya pada hari kiamat dan Dia akan kekal dalam azab itu,
dalam Keadaan terhina,kecuali
orang-orang yang bertaubat,
beriman dan mengerjakan amal
saleh; Maka itu kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan orang-orang yang
bertaubat dan mengerjakan amal
saleh, Maka Sesungguhnya Dia
bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.
(QS Al-Furqan [25]: 68-71). Karena itu, agar perbuatan zina
ini tidak berlangsung, baik secara
terang-terangan maupun
terselubung, semua komponen
bangsa harus memiliki komitmen
dan kepedulian kuat untuk menghindari dan menjauhkannya. Nilai-nilai agama harus
terinternalisasi secara konsisten
pada pikiran, jiwa, maupun
perilaku masyarakat dan bangsa.
Kepada para pelaku perzinaan
harus dihukum dengan hukuman yang seberat-beratnya agar
dapat menyebabkan efek jera
pada yang lain. ُةَيِناَّزلا يِناَّزلاَو اوُدِلْجاَف َّلُك ٍدِحاَو اَمُهْنِم َةَئِم ٍةَدْلَج اَلَو ْمُكْذُخْأَت اَمِهِب ٌةَفْأَر يِف ِنيِد ِهَّللا ْنِإ ْمُتْنُك َنوُنِمْؤُت ِهَّللاِب ِمْوَيْلاَو ِرِخَآْلا ْدَهْشَيْلَو اَمُهَباَذَع ٌةَفِئاَط َنِم َنيِنِمْؤُمْلا يِناَّزلا اَل ُحِكْنَي اَّلِإ ًةَيِناَز ْوَأ ًةَكِرْشُم ُةَيِناَّزلاَو اَل اَهُحِكْنَي اَّلِإ ٍناَز ْوَأ ٌكِرْشُم َمِّرُحَو َكِلَذ ىَلَع
َنيِنِمْؤُمْلا “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka
deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus dali dera, dan
janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk
(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan
hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan
orang-orang yang beriman. Laki-
laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang
berzina, atau perempuan yang
musyrik; dan perempuan yang
berzina tidak dikawini melainkan
oleh laki-laki yang berzina atau
laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas
oran-orang yang mukmin.” (QS. An-Nuur: 2-3) Bahaya Massal karena Zina ْنَع ىِبَا َةَرْكَب َلاَق : َلاَق ُلْوُسَر ِهللا ص : اَم ْنِم ٍبْنَذ ُرَدْجَا ْنَا َلّجَعُي ُهللا ِهِبِحاَصِل َةَبْوُقُعلْا ىِف اَيْنُّدلا َعَم اَم ُرِخَّدَي ُهَل ىِف ِةَرِخآلْا َنِم ِيْغَبلْا َو ِةَعْيِطَق ِمِحَّرلا . نبا هجام Dari Abu Bakrah, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih pantas
untuk disegerakan siksanya oleh
Allah bagi pelakunya di dunia ini
disamping siksanya di akhirat
nanti selain dari perbuatan zina
dan memutuskan shilaturrahim”. [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1408,
no. 4211] اَذِا َرَهَظ اَنّزلا َو اَبّرلا ىِف ٍةَيْرَق ْدَقَف اْوُّلَحَا ْمِهِسْفَنِب َباَذَع ِهللا . مكاحلا Apabila perbuatan zina dan riba
telah terang-terangan di suatu
negeri, maka penduduk negeri
itu sudah rela terhadap
datangnya adzab Allah pada diri
mereka. [HR. Hakim] اَم ْنِم ٍمْوَق ُلَمْعُي ْمِهْيِف ىِصاَعَملْاِب َّمُث َنْوُرِدْقَي ىَلَع ْنَا اْوُرّيَغُي َّمُث َال اْوُرّيَغُي َّالِا ُكِشْوُي ْنَا ُمُهَّمُعَي ُهللا ُهْنِم ٍباَقِعِب . وبا دواد Tidaklah suatu qaum yang di
tengah-tengah mereka dilakukan
kemakshiyatan, sedang mereka
mampu mencegahnya, tetapi
tidak mau mencegahnya,
melainkan Allah akan menimpakan adzab secara merata kepada
mereka. [HR. Abu Dawud juz 4,
hal. 122] Ya Alloh kuatkan hati dan
bantulah kami melawan perusak-
perusak akhlak Islam. Sehingga
tontonan maksiyat tidak menjadi
tuntunan. Jaga DIRI dan
Keluargamu dengan kesungguhan yang sangat ..jika anda tidak
ingin kecewa.. Wallahu a’ lam.

belajarlah dengan sungguh-sungguh walaupun di anggap aneh

Segala puji bagi Allah, shalawat
dan salam semoga selalu
tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW. Dalam hidup
keseharian pernah terjadi, tetapi
tidak terlalu sering di jaman modern ini ditangkap dan
diperkarakan serta
dipenjarakan, orang-orang yang
mengaku dokter atau ahli medis,
kemudian mereka membuka
praktek, ternyata mereka tidak pernah menginjak dan
mengenyam dan lulus dari
pendidikan dokter atau ahli
medis, sehingga praktek
pengobatan yang dilakukan
adalah sebuah keberanian yang luar biasa untuk mengelabuhi
masyarakat untuk mencari
keuntungan materi lewat kedok
pengobatan kedokteran. Pernahkan kita memperhatikan
orang-orang mu’ alaf dan kemudian masuk Islam dan
dengan terang-terangan
menyatakan dirinya menyatakan
sebagai seorang Islam. Mereka
itu kadang telah bertahun-tahun
memendam sebuah keyakinan kuat dalam hatinya bahwa Islam
adalah agama yang benar. Namun
mereka belum mampu
mengungkapkan secara terang-
terangan. Dalam masa
kegundahan tersebut biasanya mereka terus menerus sibuk
menekuni Ajaran Islam, Al-Qur’ an dan As-Sunnah, sehingga
biasanya kegundahan mereka
semakin memuncak, kegundahan
untuk dapat segera secara
terang-terangan menyatakan
dirinya sebagai pemeluk agama Islam walaupun kemudian
dikucilkan oleh masyarakat
mereka. Segala puji hanya bagi Allah,
banyak orang-orang mualaf,
orang-orang yang lahir dari
keluarga non muslim, atas
kehendak Allah SWT, telah
ditunjuki oleh Allah untuk masuk Islam dan menekuni Al-Qur’ an dan As-Sunnah, kemudian
mereka menjadi seorang muslim
yang berkwalitas dan berbobot
dan lebih sempurna cara
beragamanya dibanding orang-
orang yang mengaku Islam yang lahir dari keluarga Islam. Perlu bagi kita setiap keluarga
Muslim menyadari sesadar-
sadarnya, bahwa Islam yang
tersemat di dalam diri kita dan di
dalam anak turun kita adalah
suatu nikmat Allah yang sangat besar dan perlu untuk selalu
ditingkatkan baik, penghayatan
dan pengamalanya sepanjang
perjalanan hidup kita masing-
masing. Al-Islam agama Allah, agama yang
diakui oleh Allah sebagai Agama
Allah sepanjang masa,
sebagaimana dalam firman-Nya
yang artinya
. Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus rasul pada
tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thagut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang
yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang
yang telah pasti kesesatan
baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang
yang mendustakan (rasul-
rasul). (QS. 16:36) Sesungguhnya agama (yang
diridhai) di sisi Allah
hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang
telah diberi Al-Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian
(yang ada) di antara
mereka. Barangsiapa yang
kafir terhadap ayat-ayat
Allah sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
(QS. 3:19) Barangsiapa mencari agama
selain dari agama Islam,
maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia
diakhirat termasuk orang- orang yang rugi. (QS. 3:85) Dan berjihadlah kamu di
jalan Allah dengan jihad
yang sebenar-benarnya. Dia
telah memilih kamu dan Dia
sekali-kali tidak menjadikan
untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah)
agama orang tuamu Ibrahim.
Dia (Allah) telah menamai
kamu sekalian orang-orang
muslim dari dahulu, dan
(begitu pula) dalam (al- Qur’ an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas
dirimu dan supaya kamu
semua menjadi saksi atau
segenap manusia, maka
dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada
tali Allah. Dia adalah
Pelindungmu, maka Dialah
sebaik-baik Pelindung dan
sebaik-baik Penolong. (QS.
22:78) . Allah sangat menyayangi umat
manusia, agar mereka
menyembah kepada Allah Tuhan
semesta Alam, Tuhan yang Esa
dan tidak menyekutukan Allah
dengan sembahan-sembahan yang lain. Termasuk
mengamalkan syari’ at-syari’ at yang telah dituntunkan dalam
Islam dan meninggalkan syari’ at- syari’ at yang datang dari selain Agama Islam.
. Katakanlah:”Hai orang- orang kafir!” (QS. 109:1) aku tidak akan menyembah
apa yang kamu sembah (QS.
109:2)
Dan kamu bukan penyembah
Ilah yang aku sembah (QS.
109:3) Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa
yang kamu sembah (QS.
109:4)
dan kamu tidak pernah
(pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah (QS.
109:5)
Untukmulah agamamu, dan
untukkulah agamaku (QS.
109:6) Dia telah mensyari’ atkan bagi kamu tentang agama
apa yang telah
diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan apa yang telah
Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan
janganlah kamu berpecah
belah tentangnya. Amat
berat bagi orang-orang
musyrik agama yang kamu
seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama
itu orang yang
dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada
(agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya). (QS. 42:13) Apakah mereka mempunyai
sembahan-sembahan selain
Allah yang mensyari’ atkan untuk mereka agama yang
tidak diizinkan Allah.
Sekiranya tak ada
ketetapan yang
menentukan (dari Allah)
tentulah mereka telah dibinasakan. Dan
sesungguhnya orang-orang
yang zalim itu akan
memperoleh azab yang
amat pedih. (QS. 42:21) . Sangat-sangat ganjil dan sangat-sangat aneh dan memang menjadi sangat-sangat-sangat aneh, ketika seorang yang mengaku Islam namun tidak pernah mau menekuni ajaran Al- Qur’ an dan As-Sunnah di sepanjang perjalanan hidupnya. Sebagaimana ‘ itibar seorang dokter gadungan yang menjadi
aneh dalam pandangan dokter-
dokter yang sebenarnya. Namun
dalam suasana terbalik, banyak
orang-orang yang awam
menganggab aneh orang-orang yang tekun belajar Al-Qur’ an dan As-Sunnah dan kemudian
konsekwen dalam mengamalkan
Al-Qur’ an dan As-Sunnah maka kemudian mereka mendapat
julukan yang macam-macam,
apakah itu fundamentalis,
ekstremis, fanatik, kebablasan,
dll. dan berbagai macam sebutan
yang dibuat untuk memojokkan dan mengasingkan mereka.
Demikianlah mahalnya nilai
kebenaran yang haqiqi dan
mahalnya harga Surga di sisi
Allah SWT. Dapat kita tanyakan kedalam
hati kita masing-masing,
bagaimana bila seorang dokter
yang telah belajar dengan tekun
di kampus-kampus sampai 15 th,
dan kemudian lulus hingga tingkat spesialis 2, dan kemudian
sangat teliti dan konsekwen
dengan ilmunya dan
mengetrapkan ilmunya dalam
menyembuhkan pasien-
pasiennya, apakah mereka sama dengan orang-orang yang telah
mengaku sebagai dokter yang
ternyata dokter gadungan?? Memang cara beragama masyarakat pada umumnya hingga saat ini masih jauh dari metodologi ilmiah modern. Dalam ilmu modern, bahwa sebuah
pengamalan ilmu itu berdasar
pada sumber-sumber yang kuat
dan benar. Bagaimana jika seseorang
mengaku Islam namun tidak
pernah mau belajar dengan
sunguh-sungguh dengan ilmu Al-
Qur’ an dan As-Sunnah, dan kemudian hanya mengikuti adat
istiadat cara beragama yang
telah membudaya di tengah-
tengah masyarakat, yang tidak
diketahui dengan pasti sumber
asal usulnya ?, Siapakah yang lebih dipercaya? Al-Qur’ an dan As-Sunnah ataukah adat istiadat
yang tidak jelas sumbernya?,
Jangan sampai seorang Islam menyesali diri di akhir hayatnya ketika menabrak dinding jalan buntu yang menjadikan mereka sengsara di akherat . (Pahala dari Allah) itu
bukanlah menurut angan-
anganmu yang kosong dan
tidak (pula) menurut
angan-angan Ahli Kitab.
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan,
niscaya akan diberi
pembalasan dengan
kejahatan itu dan ia tidak
mendapat pelindung dan
tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah.
(QS. 4:123) Katakanlah:”Apakah akan Kami beritahukan kepadamu
tentang orang-orang yang
paling merugi
perbuatannya” (QS. 18:103) Yaitu orang-orang yang
telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini,
sedang mereka menyangka
bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya. (QS. 18:104) Mereka itu orang-orang
yang kufur terhadap ayat-
ayat Tuhan mereka dan
(kufur terhadap)
perjumpaan dengan Dia,
maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan Kami
tidak mengadakan suatu
penilaian bagi (amalan)
mereka pada hari kiamat.
(QS. 18:105) Pada hari ketika orang-
orang munafik laki-laki dan
perempuan berkata kepada
orang-orang yang beriman:
“Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil
sebahagian dari cahayamu”. Dikatakan (kepada mereka):
“Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri
cahaya (untukmu)”. Lalu diadakan di antara mereka
dinding yang mempunyai
pintu. Di sebelah dalamnya
ada rahmat dan di sebelah
luarnya dari situ ada siksa.
(QS. 57:13) . Semoga Allah menyadarkan
kepada seluruh umat manusia
yang telah mengaku beragama
Islam, agar mereka segera sadar
untuk selalu
mengilmui,menghayati dan mengamalkan dari apa-apa yang
dipelajari dari al-Qur’ an dan as- Sunnah, dan segera berhenti
dari perilaku yang sangat-sangat
ganjil dan sangat-sangat aneh,
mengaku dokter tanpa sekolah
dokter, mengaku orang muslim
tidak pernah menekuni belajar Al-Qur’ an dan as-Sunnah, sungguh suatu keganjilan yang
sangat-sangat-sangat ganjil,
semoga Allah menunjuki kita
semua untuk menjadi manusia
yang mau meninggalkan
keganjilan yang menyesatkan tersebut. Wallahu a’ lam

meracik prestasi amal

Sobat, keimanan yang yang
sudah kita proklamirkan tidaklah
hanya penghias bibir dan
sekedar label tanda pengenal.
Allah swt berjanji memberikan
testing berupa ujian dan ajakan, apakah kita benar-benar
mempunyai iman yang
berkualitas. َبِسَحَأ ُساَّنلا ْنَأ اوُكَرْتُي ْنَأ اوُلوُقَي اَّنَمآ ْمُهَو ال َنوُنَتْفُي ) ٢ ( ْدَقَلَو اَّنَتَف َنيِذَّلا ْنِم ْمِهِلْبَق َّنَمَلْعَيَلَف ُهَّللا َنيِذَّلا اوُقَدَص َّنَمَلْعَيَلَو َنيِبِذاَكْلا Apakah manusia itu mengira
bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? dan Sesungguhnya
Kami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, Maka
Sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan
Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
(QS.29:2-3) Allah swt memberikan hadiah
yang amat sangat tiada duanya
disaat nanti. Suatu waktu yang
tidak bisa mengelak, tidak bisa
kembali ke dunia dan hanya
pertolongan Allah-lah yang berlaku, just it!. Hadiah tersebut
adalah ridho kepada makhluk
untuk melenggang masuk ke
dalam jannah (syurga).
Sebaliknya, bagi yang mempunyai
iman palsu akan berkumpul di suatu tempat hina yakni neraka. Sobat, kita baru saja diingatkan
tahun baru hijriyah. So,
berkurang sudah jatah umur
kita..marilah kita renungi. Apakah
yang sudah kita lakukan sampai
detik ini, hidup sia-siakah? Hidup tanpa kesungguhan dalam
beramal shaleh-kah? Ataukah
beribadah dengan seenaknya
sendiri? Ataukah telah berusaha
menekuni amal-amal sehingga
berprestasi di mata Allah swt? Sobat pasti ingat dengan
sahabat Bilal Ra, yang senantiasa
shalat sunnah setiap kali selesai
berwudhu sehingga suara
terompahnya sudah dikabarkan
“terdengar” di surga oleh Nabi SAW. Atau Abu Dzar yang
senantiasa menjaga wasiat Nabi
SAW selama hidup untuk tidak
meninggalkan 3 hal: 2 rakaat
sunnah Dhuha, puasa 3 hari
dalam sebulan dan shalat witir sebelum tidur. Dan juga kisah-
kisah shahih lain yang terjadi
pada suatu generasi terbaik,
yakni generasi para shabat
Rasulullah SAW. Dan tentunya
sebagai pengikut menjadi kita wajib untuk mencontoh dan
mengobarkan motivasi untuk
mengikuti jejaknya. Masih ingatkah kisah 3 orang
istimewa yang berteduh di goa,
kemudian atas kehendak Allah
swt pintunya menjadi tertutup
batu dan tidak bisa dibuka
kembali. Berkat prestasi dalam amalan mereka, Allah swt berikan
solusi dan bantuan langsung.
Simak hadist berikut : اَنَثَّدَح ُديِعَس ُنْب يِبَأ َمَيْرَم اَنَثَّدَح ُليِعاَمْسِإ ُنْب َميِهاَرْبِإ ِنْب َةَبْقُع َلاَق يِنَرَبْخَأ ٌعِفاَن ْنَع ِنْبا َرَمُع َيِضَر ُهَّللا اَمُهْنَع ْنَع ِلوُسَر ِهَّللا ىَّلَص ُهَّللا ِهْيَلَع َمَّلَسَو َلاَق اَمَنْيَب ُةَثاَلَث ٍرَفَن َنْوَشاَمَتَي ْمُهَذَخَأ ُرَطَمْلا اوُلاَمَف ىَلِإ ٍراَغ يِف ِلَبَجْلا ْتَّطَحْناَف ىَلَع ِمَف ْمِهِراَغ ٌةَرْخَص ْنِم ِلَبَجْلا ْتَقَبْطَأَف ْمِهْيَلَع َلاَقَف ْمُهُضْعَب ٍضْعَبِل اوُرُظْنا اًلاَمْعَأ اَهوُمُتْلِمَع ِهَّلِل ًةَحِلاَص اوُعْداَف َهَّللا اَهِب ُهَّلَعَل اَهُجُرْفَي َلاَقَف ْمُهُدَحَأ َّمُهَّللا ُهَّنِإ َناَك يِل ِناَدِلاَو ِناَخْيَش ِناَريِبَك يِلَو ٌةَيْبِص ٌراَغِص ُتْنُك ىَعْرَأ ْمِهْيَلَع اَذِإَف ُتْحُر ْمِهْيَلَع ُتْبَلَحَف ُتْأَدَب َّيَدِلاَوِب اَمِهيِقْسَأ َلْبَق يِدَلَو ُهَّنِإَو َءاَن َيِب ُرَجَّشلا اَمَف ُتْيَتَأ ىَّتَح ُتْيَسْمَأ اَمُهُتْدَجَوَف ْدَق اَماَن ُتْبَلَحَف اَمَك ُتْنُك ُبُلْحَأ ُتْئِجَف ِباَلِحْلاِب ُتْمُقَف َدْنِع اَمِهِسوُءُر ُهَرْكَأ ْنَأ اَمُهَظِقوُأ ْنِم اَمِهِمْوَن ُهَرْكَأَو ْنَأ َأَدْبَأ ِةَيْبِّصلاِب اَمُهَلْبَق ُةَيْبِّصلاَو َنْوَغاَضَتَي َدْنِع َّيَمَدَق ْمَلَف ْلَزَي َكِلَذ يِبْأَد ْمُهَبْأَدَو ىَّتَح َعَلَط ُرْجَفْلا ْنِإَف َتْنُك ُمَلْعَت يِّنَأ ُتْلَعَف َكِلَذ َءاَغِتْبا َكِهْجَو ْجُرْفاَف اَنَل ًةَجْرُف ىَرَن اَهْنِم َءاَمَّسلا َجَرَفَف ُهَّللا ْمُهَل ًةَجْرُف ىَّتَح َنْوَرَي اَهْنِم َءاَمَّسلا َلاَقَو يِناَّثلا َّمُهَّللا ُهَّنِإ ْتَناَك يِل ُةَنْبا ٍّمَع اَهُّبِحُأ ِّدَشَأَك اَم ُّبِحُي ُلاَجِّرلا َءاَسِّنلا ُتْبَلَطَف اَهْيَلِإ اَهَسْفَن ْتَبَأَف ىَّتَح اَهَيِتآ ِةَئاِمِب ٍراَنيِد ُتْيَعَسَف ىَّتَح ُتْعَمَج َةَئاِم ٍراَنيِد اَهُتيِقَلَف اَهِب اَّمَلَف ُتْدَعَق َنْيَب اَهْيَلْجِر ْتَلاَق اَي َدْبَع ِهَّللا ِقَّتا َهَّللا اَلَو ْحَتْفَت َمَتاَخْلا ُتْمُقَف اَهْنَع َّمُهَّللا ْنِإَف َتْنُك ُمَلْعَت يِّنَأ ْدَق ُتْلَعَف َكِلَذ َءاَغِتْبا َكِهْجَو ْجُرْفاَف اَنَل اَهْنِم َجَرَفَف ْمُهَل ًةَجْرُف َلاَقَو ُرَخآْلا َّمُهَّللا يِّنِإ ُتْنُك ُتْرَجْأَتْسا اًريِجَأ ِقَرَفِب ٍّزُرَأ اَّمَلَف ىَضَق ُهَلَمَع َلاَق يِنِطْعَأ يِّقَح ُتْضَرَعَف ِهْيَلَع ُهَّقَح ُهَكَرَتَف َبِغَرَو ُهْنَع ْمَلَف ْلَزَأ ُهُعَرْزَأ ىَّتَح ُتْعَمَج ُهْنِم اًرَقَب اَهَيِعاَرَو يِنَءاَجَف َلاَقَف ِقَّتا َهَّللا اَلَو يِنْمِلْظَت يِنِطْعَأَو يِّقَح ُتْلُقَف ْبَهْذا ىَلِإ َكِلَذ ِرَقَبْلا اَهيِعاَرَو َلاَقَف ِقَّتا َهَّللا اَلَو ْأَزْهَت يِب ُتْلُقَف يِّنِإ اَل ُأَزْهَأ َكِب ْذُخَف َكِلَذ َرَقَبْلا اَهَيِعاَرَو ُهَذَخَأَف َقَلَطْناَف اَهِب ْنِإَف َتْنُك ُمَلْعَت يِّنَأ ُتْلَعَف َكِلَذ َءاَغِتْبا َكِهْجَو ْجُرْفاَف اَم َيِقَب َجَرَفَف ُهَّللا ْمُهْنَع “Telah menceritakan kepada kami Sa’ id bin Abu Maryam telah menceritakan kepada kami Isma’ il bin Ibrahim bin ‘ Uqbah dia berkata; telah mengabarkan
kepadaku Nafi’ dari Ibnu Umar radliallahu ‘ anhuma dari Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam beliau bersabda: “Suatu ketika 3 orang laki-laki sedang
berjalan, tiba-tiba hujan turun
hingga mereka berlindung ke
dalam suatu gua yang terdapat
di gunung. Tanpa diduga
sebelumnya, ada sebongkah batu besar jatuh menutup mulut goa
dan mengurung mereka di
dalamnya. Kemudian salah
seorang dari mereka berkata
kepada temannya yang lain;
‘ lngat-ingatlah amal shalih yang pernah kalian lakukan hanya
karena mengharap ridla Allah
semata. Setelah itu, berdoa dan
memohonlah pertolongan kepada
Allah dengan perantaraan amal
shalih tersebut, mudah-mudahan Allah akan menghilangkan
kesulitan kalian. Kemudian salah seorang dari
mereka berkata; ‘ Ya Allah ya Tuhanku, dulu saya mempunyai
dua orang tua yang sudah lanjut
usia. Selain itu, saya juga
mempunyai seorang istri dan
beberapa orang anak yang masih
kecil. Saya menghidupi mereka dengan menggembalakan ternak.
Apabila pulang dari menggembala,
saya pun segera memerah susu
dan saya dahulukan untuk kedua
orang tua saya. Lalu saya
berikan air susu tersebut kepada kedua orang tua saya
sebelum saya berikan kepada
anak-anak saya. Pada suatu
ketika, tempat penggembalaan
saya jauh, hingga saya baru
pulang pada sore hari. Ternyata saya dapati kedua orang tua
saya sedang tertidur pulas. Lalu,
seperti biasa, saya segera
memerah susu. Saya berdiri di
dekat keduanya karena tidak
mau membangunkan dari tidur mereka. Akan tetapi, saya juga
tidak ingin memberikan air susu
tersebut kepada anak-anak
saya sebelum diminum oleh kedua
orang tua saya, meskipun mereka, anak-anak saya,
telah berkerumun di
telapak kaki saya untuk
meminta minum karena rasa
lapar yang sangat. Keadaan
tersebut saya dan anak- anak saya jalankan dengan
sepenuh hati hingga terbit
fajar. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa saya melakukan
perbuatan tersebut hanya untuk
mengharap ridla-Mu, maka
bukakanlah celah untuk kami
hingga kami dapat melihat langit!
‘ Akhirnya Allah membuka celah lubang gua tersebut, hingga
mereka dapat melihat langit. Orang yang kedua dari mereka
berdiri sambil berkata; ‘ Ya Allah, dulu saya mempunyai seorang
sepupu perempuan (anak
perempuan paman) yang saya
cintai sebagaimana cintanya
kaum laki-laki yang menggebu-
gebu terhadap wanita. Pada suatu ketika saya pernah
mengajaknya untuk berbuat
mesum, tetapi ia menolak hingga
saya dapat memberinya uang
seratus dinar. Setelah bersusah
payah mengumpulkan uang seratus dinar, akhirnya saya pun
mampu memberikan uang
tersebut kepadanya. Ketika saya
berada diantara kedua pahanya
(telah siap untuk menggaulinya),
tiba-tiba ia berkata; ‘ Hai hamba Allah, takutlah
kepada Allah dan janganlah kamu membuka cincin
(menggauliku) kecuali setelah
menjadi hakmu.’ Lalu saya bangkit dan meninggalkannya. Ya
Allah, sesungguhnya Engkau pun
tahu bahwa saya melakukan hal
itu hanya untuk mengharapkan
ridhla-Mu. Oleh karena itu,
bukakanlah suatu celah lubang untuk kami! ‘ Akhirnya Allah membukakan sedikit celah lubang
lagi untuk mereka bertiga. Seorang lagi berdiri dan berkata;
‘ Ya Allah ya Tuhanku, dulu saya pernah menyuruh seseorang
untuk mengerjakan sawah saya
dengan cara bagi hasil. Ketika ia
telah menyelesaikan
pekerjaannya, ia pun berkata;
‘ Berikanlah hak saya kepada saya! ‘ Namun saya tidak dapat memberikan kepadanya haknya
tersebut hingga ia merasa
sangat jengkel. Setelah itu, saya
pun menanami sawah saya
sendiri hingga hasilnya dapat
saya kumpulkan untuk membeli beberapa ekor sapi dan menggaji
beberapa penggembalanya.
Selang berapa lama kemudian,
orang yang haknya dahulu tidak
saya berikan datang kepada
saya dan berkata; ‘ Takutlah kamu kepada Allah dan
janganlah berbuat zhalim
terhadap hak orang lain! ‘ Lalu saya berkata kepada orang
tersebut; ‘ Pergilah ke beberapa ekor sapi beserta para
penggembalanya itu dan ambillah
semuanya untukmu! ‘ Orang tersebut menjawab; ‘ Takutlah kepada Allah dan janganlah kamu
mengolok-olok saya! ‘ Kemudian saya katakan lagi kepadanya;
‘ Sungguh saya tidak bermaksud mengolok-olokmu. Oleh karena
itu, ambillah semua sapi itu
beserta para pengggembalanya
untukmu! ‘ Akhirnya orang tersebut memahaminya dan
membawa pergi semua sapi itu. Ya Allah, sesungguhnya
Engkau telah mengetahui
bahwa apa yang telah saya
lakukan dahulu adalah
hanya untuk mencari ridla-
Mu. Oleh karena itu, bukalah bagian pintu goa yang belum
terbuka! ‘ Akhirnya Allah pun membukakan sisanya untuk
mereka.” (HR. Bukhari) Sobat, bagaimana dengan kita?
Sudahkah kita berusaha meraih
amalan-amalan prestatif. Meraih
prestasi pastilah memerlukan
perjuangan, pengorbanan,
ketekunan dan keikhlasan. Mulailah dengan menebarkan
salam, berpuasa sunnah, shalat
sunnah, memberi makan kepada
orang yang membutuhkan,
berani mencegah kemungkaran
dan shalat malam ketika orang lain tidur nyenyak dan amal
shalih lainnya. Marilah kita buktikan iman
kepada Allah swt dengan
memberikan prestasi dalam
beramal shalih. Tidak hanya
sekedar penggugur kewajiban
atau setengah hati dalam menekuninya. Tunjuk dan nilai
dirimu, jangan menilai orang lain.
Semoga bermanfaat..

10 kerusakan dalam tahun baru

10 Kerusakan dalam
Perayaan Tahun Baru Selasa, 29 Desember 2009 00:00
Alhamdulillah. Segala puji hanya
milik Allah, Rabb yang
memberikan hidayah demi
hidayah. Shalawat dan salam
kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan
orang-orang yang mengikuti
mereka hingga akhir zaman.
Manusia di berbagai negeri
sangat antusias menyambut
perhelatan yang hanya setahun sekali ini. Hingga walaupun sampai
lembur pun, mereka dengan rela
dan sabar menunggu pergantian
tahun. Namun bagaimanakah
pandangan Islam -agama yang
hanif- mengenai perayaan tersebut? Apakah mengikuti dan
merayakannya diperbolehkan?
Semoga artikel yang singkat ini
bisa menjawabnya. Sejarah Tahun Baru Masehi Tahun Baru pertama kali
dirayakan pada tanggal 1
Januari 45 SM (sebelum masehi).
Tidak lama setelah Julius Caesar
dinobatkan sebagai kaisar Roma,
ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi
yang telah diciptakan sejak abad
ketujuh SM. Dalam mendesain
kalender baru ini, Julius Caesar
dibantu oleh Sosigenes, seorang
ahli astronomi dari Iskandariyah, yang menyarankan agar
penanggalan baru itu dibuat
dengan mengikuti revolusi
matahari, sebagaimana yang
dilakukan orang-orang Mesir.
Satu tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365
seperempat hari dan Caesar
menambahkan 67 hari pada
tahun 45 SM sehingga tahun 46
SM dimulai pada 1 Januari.
Caesar juga memerintahkan agar setiap empat tahun, satu hari
ditambahkan kepada bulan
Februari, yang secara teoritis
bisa menghindari penyimpangan
dalam kalender baru ini. Tidak
lama sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah
nama bulan Quintilis dengan
namanya, yaitu Julius atau Juli.
Kemudian, nama bulan Sextilis
diganti dengan nama pengganti
Julius Caesar, Kaisar Augustus, menjadi bulan Agustus.[1] Dari sini kita dapat menyaksikan
bahwa perayaan tahun baru
dimulai dari orang-orang kafir
dan sama sekali bukan dari Islam.
Perayaan tahun baru ini terjadi
pada pergantian tahun kalender Gregorian yang sejak dulu telah
dirayakan oleh orang-orang
kafir. Berikut adalah beberapa
kerusakan akibat seorang muslim
merayakan tahun baru. Kerusakan Pertama:
Merayakan Tahun Baru
Berarti Merayakan ‘ Ied (Perayaan) yang Haram Perlu diketahui bahwa perayaan
(’ ied) kaum muslimin ada dua yaitu ‘ Idul Fithri dan ‘ Idul Adha. Anas bin Malik mengatakan, َناَك ِلْهَأِل ِةَّيِلِهاَجْلا ِناَمْوَي يِف ِّلُك ٍةَنَس َنوُبَعْلَي اَمِهيِف اَّمَلَف َمِدَق ُّيِبَّنلا ىَّلَص ُهَّللا ِهْيَلَع َمَّلَسَو َةَنيِدَمْلا َلاَق َناَك ْمُكَل ِناَمْوَي َنوُبَعْلَت اَمِهيِف ْدَقَو ْمُكَلَدْبَأ ُهَّللا اَمِهِب اًرْيَخ اَمُهْنِم َمْوَي ِرْطِفْلا َمْوَيَو ىَحْضَأْلا “Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan
Mihrojan) di setiap tahun yang
mereka senang-senang ketika
itu. Ketika Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau
mengatakan, ‘ Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di
dalamnya. Sekarang Allah telah
menggantikan bagi kalian dua
hari yang lebih baik yaitu hari
Idul Fithri dan Idul Adha.’” [2] Namun setelah itu muncul
berbagai perayaan (’ ied) di tengah kaum muslimin. Ada
perayaan yang dimaksudkan
untuk ibadah atau sekedar
meniru-niru orang kafir. Di
antara perayaan yang kami
maksudkan di sini adalah perayaan tahun baru Masehi.
Perayaan semacam ini berarti di
luar perayaan yang Nabi
shallallahu ‘ alaihi wa sallam maksudkan sebagai perayaan
yang lebih baik yang Allah ganti.
Karena perayaan kaum muslimin
hanyalah dua yang dikatakan
baik yaitu Idul Fithri dan Idul
Adha. Perhatikan penjelasan Al Lajnah
Ad Da-imah lil Buhuts ‘ Ilmiyyah wal Ifta’ , komisi fatwa di Saudi Arabia berikut ini:
Al Lajnah Ad Da-imah
mengatakan, “Yang disebut ‘ ied atau hari perayaan secara istilah
adalah semua bentuk
perkumpulan yang berulang
secara periodik boleh jadi
tahunan, bulanan, mingguan atau
semisalnya. Jadi dalam ied terkumpul beberapa hal: 1. Hari yang berulang semisal
idul fitri dan hari Jumat. 2. Berkumpulnya banyak orang
pada hari tersebut. 3. Berbagai aktivitas yang
dilakukan pada hari itu baik
berupa ritual ibadah ataupun
non ibadah. Hukum ied (perayaan) terbagi
menjadi dua: 1. Ied yang tujuannya adalah
beribadah, mendekatkan diri
kepada Allah dan
mengagungkan hari tersebut
dalam rangka mendapat
pahala, atau 2. Ied yang mengandung unsur
menyerupai orang-orang
jahiliah atau golongan-
golongan orang kafir yang
lain maka hukumnya adalah
bid’ ah yang terlarang karena tercakup dalam
sabda Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam, ْنَم َثَدْحَأ ىِف اَنِرْمَأ اَذَه اَم َسْيَل ُهْنِم َوُهَف ٌّدَر “Barang siapa yang mengada-adakan amal dalam
agama kami ini padahal
bukanlah bagian dari agama
maka amal tersebut
tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim) Misalnya adalah peringatan
maulid nabi, hari ibu dan hari
kemerdekaan. Peringatan maulid
nabi itu terlarang karena hal itu
termasuk mengada-adakan ritual
yang tidak pernah Allah izinkan di samping menyerupai orang-
orang Nasrani dan golongan
orang kafir yang lain. Sedangkan
hari ibu dan hari kemerdekaan
terlarang karena menyerupai
orang kafir.”[3] -Demikian penjelasan Lajnah- Begitu pula perayaan tahun baru
termasuk perayaan yang
terlarang karena menyerupai
perayaan orang kafir. Kerusakan Kedua:
Merayakan Tahun Baru
Berarti Tasyabbuh (Meniru-
niru) Orang Kafir Merayakan tahun baru termasuk
meniru-niru orang kafir. Dan
sejak dulu Nabi kita shallallahu
‘ alaihi wa sallam sudah mewanti- wanti bahwa umat ini memang
akan mengikuti jejak orang
Persia, Romawi, Yahudi dan
Nashrani. Kaum muslimin
mengikuti mereka baik dalam
berpakaian atau pun berhari raya. Dari Abu Hurairah, Nabi
shallallahu ‘ alaihi wa sallam bersabda, « َال ُموُقَت ُةَعاَّسلا ىَّتَح َذُخْأَت ىِتَّمُأ ِذْخَأِب ِنوُرُقْلا اَهَلْبَق ، اًرْبِش ٍرْبِشِب اًعاَرِذَو ٍعاَرِذِب « . َليِقَف اَي َلوُسَر ِهَّللا َسِراَفَك ِموُّرلاَو . َلاَقَف » ِنَمَو ُساَّنلا َّالِإ َكِئَلوُأ » “Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan
generasi sebelumnya sejengkal
demi sejengkal, sehasta demi
sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -
shallallahu ‘ alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“[4] Dari Abu Sa’ id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘ alaihi wa sallam bersabda, َّنُعِبَّتَتَل َنَنَس َنيِذَّلا ْنِم ْمُكِلْبَق اًرْبِش ٍرْبِشِب اًعاَرِذَو ٍعاَرِذِب ىَّتَح ْوَل اوُلَخَد ىِف ِرْحُج ٍّبَض ْمُهوُمُتْعَبَّتَال . اَنْلُق اَي َلوُسَر ِهَّللا َدوُهَيْلآ ىَراَصَّنلاَو َلاَق ْنَمَف “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian
sejengkal demi sejengkal dan
sehasta demi sehasta sampai jika
orang-orang yang kalian ikuti itu
masuk ke lubang dhob (yang
penuh lika-liku, pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti
itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” [5] An Nawawi -rahimahullah- ketika
menjelaskan hadits di atas
menjelaskan, “Yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan
dziro’ (hasta) serta lubang dhob (lubang hewan tanah yang
penuh lika-liku), adalah
permisalan bahwa tingkah laku
kaum muslimin sangat mirip sekali
dengan tingkah Yahudi dan
Nashroni. Yaitu kaum muslimin mencocoki mereka dalam
kemaksiatan dan berbagai
penyimpangan, bukan dalam hal
kekufuran. Perkataan beliau ini
adalah suatu mukjizat bagi beliau
karena apa yang beliau katakan telah terjadi saat-saat ini.”[6] Lihatlah apa yang dikatakan oleh
Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam. Apa yang beliau katakan
memang benar-benar terjadi
saat ini. Berbagai model pakaian
orang barat diikuti oleh kaum
muslimin, sampai pun yang
setengah telanjang. Begitu pula berbagai perayaan pun diikuti,
termasuk pula perayaan tahun
baru ini. Ingatlah, Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam secara tegas telah
melarang kita meniru-niru orang
kafir (tasyabbuh). Beliau bersabda, ْنَم َهَّبَشَت ٍمْوَقِب َوُهَف ْمُهْنِم “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk
bagian dari mereka.” [7] Menyerupai orang kafir
(tasyabbuh) ini terjadi dalam hal
pakaian, penampilan dan
kebiasaan. Tasyabbuh di sini
diharamkan berdasarkan dalil Al
Qur’ an, As Sunnah dan kesepakatan para ulama (ijma’) . [8] Kerusakan Ketiga:
Merekayasa Amalan yang
Tanpa Tuntunan di Malam
Tahun Baru Kita sudah ketahui bahwa
perayaan tahun baru ini berasal
dari orang kafir dan merupakan
tradisi mereka. Namun
sayangnya di antara orang-
orang jahil ada yang mensyari’ atkan amalan-amalan tertentu pada malam pergantian
tahun. “Daripada waktu kaum muslimin sia-sia, mending malam
tahun baru kita isi dengan dzikir
berjama’ ah di masjid. Itu tentu lebih manfaat daripada
menunggu pergantian tahun
tanpa ada manfaatnya”, demikian ungkapan sebagian
orang. Ini sungguh aneh.
Pensyariatan semacam ini berarti
melakukan suatu amalan yang
tanpa tuntunan. Perayaan tahun
baru sendiri adalah bukan perayaan atau ritual kaum
muslimin, lantas kenapa harus
disyari’ atkan amalan tertentu ketika itu? Apalagi menunggu
pergantian tahun pun akan
mengakibatkan meninggalkan
berbagai kewajiban sebagaimana
nanti akan kami utarakan. Jika ada yang mengatakan,
“Daripada menunggu tahun baru diisi dengan hal yang tidak
bermanfaat, mending diisi dengan
dzikir. Yang penting kan niat kita
baik.” Maka cukup kami sanggah niat
baik semacam ini dengan
perkataan Ibnu Mas’ ud ketika dia melihat orang-orang yang
berdzikir, namun tidak sesuai
tuntunan Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam. Orang yang melakukan
dzikir yang tidak ada
tuntunannya ini mengatakan
pada Ibnu Mas’ ud, ِهَّللاَو اَي اَبَأ ِدْبَع ِنَمْحَّرلا اَم اَنْدَرَأ َّالِإ َرْيَخْلا . “Demi Allah, wahai Abu ‘ Abdurrahman (Ibnu Mas’ ud), kami tidaklah menginginkan selain
kebaikan.” Ibnu Mas’ ud lantas berkata, ْمَكَو ْنِم ٍديِرُم ِرْيَخْلِل ْنَل ُهَبيِصُي “Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, namun
mereka tidak
mendapatkannya.” [9] Jadi dalam melakukan suatu
amalan, niat baik semata
tidaklah cukup. Kita harus juga
mengikuti contoh dari Nabi
shallallahu ‘ alaihi wa sallam, baru amalan tersebut bisa diterima di
sisi Allah. Kerusakan Keempat:
Terjerumus dalam
Keharaman dengan
Mengucapkan Selamat
Tahun Baru Kita telah ketahui bersama
bahwa tahun baru adalah syiar
orang kafir dan bukanlah syiar
kaum muslimin. Jadi, tidak pantas
seorang muslim memberi selamat
dalam syiar orang kafir seperti ini. Bahkan hal ini tidak
dibolehkan berdasarkan
kesepakatan para ulama (ijma’) . Ibnul Qoyyim dalam Ahkam Ahli
Dzimmah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada
syi’ ar-syi’ ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir
(seperti mengucapkan selamat
natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama. Contohnya adalah memberi
ucapan selamat pada hari raya
dan puasa mereka seperti
mengatakan, ‘ Semoga hari ini adalah hari yang berkah
bagimu’ , atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka
dan semacamnya.” Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini
bisa selamat dari kekafiran,
namun dia tidak akan lolos dari
perkara yang diharamkan.
Ucapan selamat hari raya seperti
ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan
selamat atas sujud yang mereka
lakukan pada salib, bahkan
perbuatan seperti ini lebih besar
dosanya di sisi Allah. Ucapan
selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang
memberi ucapan selamat pada
orang yang minum minuman
keras, membunuh jiwa, berzina,
atau ucapan selamat pada
maksiat lainnya. Banyak orang yang kurang
paham agama terjatuh dalam hal
tersebut. Orang-orang semacam
ini tidak mengetahui kejelekan
dari amalan yang mereka
perbuat. Oleh karena itu, barangsiapa memberi ucapan
selamat pada seseorang yang
berbuat maksiat, bid’ ah atau kekufuran, maka dia pantas
mendapatkan kebencian dan
murka Allah Ta’ ala.”[10] Kerusakan Kelima:
Meninggalkan Perkara Wajib
yaitu Shalat Lima Waktu Betapa banyak kita saksikan,
karena begadang semalam
suntuk untuk menunggu detik-
detik pergantian tahun, bahkan
begadang seperti ini diteruskan
lagi hingga jam 1, jam 2 malam atau bahkan hingga pagi hari,
kebanyakan orang yang
begadang seperti ini luput dari
shalat Shubuh yang kita sudah
sepakat tentang wajibnya. Di
antara mereka ada yang tidak mengerjakan shalat Shubuh
sama sekali karena sudah
kelelahan di pagi hari. Akhirnya,
mereka tidur hingga
pertengahan siang dan berlalulah
kewajiban tadi tanpa ditunaikan sama sekali. Na’ udzu billahi min dzalik. Ketahuilah bahwa meninggalkan
satu saja dari shalat lima waktu
bukanlah perkara sepele. Bahkan
meningalkannya para ulama
sepakat bahwa itu termasuk
dosa besar. Ibnul Qoyyim -rahimahullah-
mengatakan, “Kaum muslimin tidaklah berselisih pendapat
(sepakat) bahwa meninggalkan
shalat wajib (shalat lima waktu)
dengan sengaja termasuk dosa
besar yang paling besar dan
dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta
orang lain, zina, mencuri, dan
minum minuman keras. Orang
yang meninggalkannya akan
mendapat hukuman dan
kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia
dan akhirat.”[11] Adz Dzahabi – rahimahullah- juga mengatakan, “Orang yang mengakhirkan shalat hingga
keluar waktunya termasuk
pelaku dosa besar. Dan yang
meninggalkan shalat -yaitu satu
shalat saja- dianggap seperti
orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat atau
luput darinya termasuk dosa
besar. Oleh karena itu, orang
yang meninggalkannya sampai
berkali-kali termasuk pelaku
dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang
yang meninggalkan shalat
termasuk orang yang merugi,
celaka dan termasuk orang
mujrim (yang berbuat dosa).”[12] Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam pun mengancam dengan
kekafiran bagi orang yang
sengaja meninggalkan shalat lima
waktu. Buraidah bin Al Hushoib Al
Aslamiy berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘ alaihi wa sallam bersabda, ُدْهَعْلا ىِذَّلا اَنَنْيَب ُمُهَنْيَبَو ُةَالَّصلا ْنَمَف اَهَكَرَت ْدَقَف َرَفَك “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah
shalat. Barangsiapa
meninggalkannya maka dia telah
kafir.”[13] Oleh karenanya, seorang muslim tidak
sepantasnya merayakan tahun
baru sehingga membuat dirinya
terjerumus dalam dosa besar. Dengan merayakan tahun baru,
seseorang dapat pula terluput
dari amalan yang utama yaitu
shalat malam. Dari Abu Hurairah,
Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam bersabda, ُلَضْفَأ ِةاَلَّصلا َدْعَب ِةَضيِرَفْلا ُةاَلَص ِلْيَّللا “Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.
”[14] Shalat malam adalah sebaik-baik shalat dan shalat
yang biasa digemari oleh orang-
orang sholih. Seseorang pun bisa
mendapatkan keutamaan karena
bertemu dengan waktu yang
mustajab untuk berdo’ a yaitu ketika sepertiga malam terakhir.
Sungguh sia-sia jika seseorang
mendapati malam tersebut
namun ia menyia-nyiakannya.
Melalaikan shalat malam
disebabkan mengikuti budaya orang barat, sungguh adalah
kerugian yang sangat besar. Kerusakan Keenam:
Begadang Tanpa Ada Hajat Begadang tanpa ada
kepentingan yang syar’ i dibenci oleh Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam. Termasuk di sini adalah
menunggu detik-detik
pergantian tahun yang tidak ada
manfaatnya sama sekali.
Diriwayatkan dari Abi Barzah,
beliau berkata, َّنَأ َلوُسَر ِهَّللا – ىلص هللا هيلع ملسو – َناَك ُهَرْكَي َمْوَّنلا َلْبَق ِءاَشِعْلا َثيِدَحْلاَو اَهَدْعَب “Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam membenci tidur sebelum
shalat ‘ Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.”[15] Ibnu Baththol menjelaskan, “Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam tidak suka begadang setelah shalat
‘ Isya karena beliau sangat ingin melaksanakan shalat malam dan
khawatir jika sampai luput dari
shalat shubuh berjama’ ah. ‘ Umar bin Al Khottob sampai-sampai
pernah memukul orang yang
begadang setelah shalat Isya,
beliau mengatakan, “Apakah kalian sekarang begadang di
awal malam, nanti di akhir malam
tertidur lelap?!”[16] Apalagi dengan begadang, ini sampai
melalaikan dari sesuatu yang
lebih wajib (yaitu shalat Shubuh)
?! Kerusakan Ketujuh:
Terjerumus dalam Zina Jika kita lihat pada tingkah laku
muda-mudi saat ini, perayaan
tahun baru pada mereka
tidaklah lepas dari ikhtilath
(campur baur antara pria dan
wanita) dan berkholwat (berdua-duan), bahkan mungkin
lebih parah dari itu yaitu sampai
terjerumus dalam zina dengan
kemaluan. Inilah yang sering
terjadi di malam tersebut
dengan menerjang berbagai larangan Allah dalam bergaul
dengan lawan jenis. Inilah yang
terjadi di malam pergantian
tahun dan ini riil terjadi di
kalangan muda-mudi. Padahal
dengan melakukan seperti pandangan, tangan dan bahkan
kemaluan telah berzina. Ini
berarti melakukan suatu yang
haram. Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘ anhu, Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam bersabda, َبِتُك ىَلَع ِنْبا َمَدآ ُهُبيِصَن َنِم ىَنِّزلا ٌكِرْدُم َكِلَذ َال َةَلاَحَم ِناَنْيَعْلاَف اَمُهاَنِز ُرَظَّنلا ِناَنُذُألاَو اَمُهاَنِز ُعاَمِتْسِالا ُناَسِّللاَو ُهاَنِز ُمَالَكْلا ُدَيْلاَو اَهاَنِز ُشْطَبْلا ُلْجِّرلاَو اَهاَنِز اَطُخْلا ُبْلَقْلاَو ىَوْهَي ىَّنَمَتَيَو ُقِّدَصُيَو َكِلَذ ُجْرَفْلا ُهُبِّذَكُيَو “Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina
dan ini suatu yang pasti terjadi,
tidak bisa tidak. Zina kedua mata
adalah dengan melihat. Zina
kedua telinga dengan
mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan
adalah dengan meraba
(menyentuh). Zina kaki adalah
dengan melangkah. Zina hati
adalah dengan menginginkan dan
berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan
membenarkan atau mengingkari
yang demikian.”[17] Kerusakan Kedelapan:
Mengganggu Kaum Muslimin Merayakan tahun baru banyak
diramaikan dengan suara
mercon, petasan, terompet atau
suara bising lainnya. Ketahuilah
ini semua adalah suatu
kemungkaran karena mengganggu muslim lainnya,
bahkan sangat mengganggu
orang-orang yang butuh
istirahat seperti orang yang lagi
sakit. Padahal mengganggu
muslim lainnya adalah terlarang sebagaimana sabda Nabi
shallallahu ‘ alaihi wa sallam, ُمِلْسُمْلا ْنَم َمِلَس َنوُمِلْسُمْلا ْنِم ِهِناَسِل ِهِدَيَو “Seorang muslim adalah seseorang yang lisan dan
tangannya tidak mengganggu
orang lain.”[18] Ibnu Baththol mengatakan,
“Yang dimaksud dengan hadits ini adalah dorongan agar seorang
muslim tidak menyakiti kaum
muslimin lainnya dengan lisan,
tangan dan seluruh bentuk
menyakiti lainnya. Al Hasan Al
Bashri mengatakan, “Orang yang baik adalah orang yang tidak
menyakiti walaupun itu hanya
menyakiti seekor semut”.”[19] Perhatikanlah perkataan yang
sangat bagus dari Al Hasan Al
Basri. Seekor semut yang kecil
saja dilarang disakiti, lantas
bagaimana dengan manusia yang
punya akal dan perasaan disakiti dengan suara bising atau
mungkin lebih dari itu?! Kerusakan Kesembilan:
Meniru Perbuatan Setan
dengan Melakukan
Pemborosan Perayaan malam tahun baru
adalah pemborosan besar-
besaran hanya dalam waktu
satu malam. Jika kita perkirakan
setiap orang menghabiskan uang
pada malam tahun baru sebesar Rp.1000 untuk membeli mercon
dan segala hal yang
memeriahkan perayaan
tersebut, lalu yang merayakan
tahun baru sekitar 10 juta
penduduk Indonesia, maka hitunglah berapa jumlah uang
yang dihambur-hamburkan dalam
waktu semalam? Itu baru
perkiraan setiap orang
menghabiskan Rp. 1000,
bagaimana jika lebih dari itu?! Masya Allah sangat banyak sekali
jumlah uang yang dibuang sia-sia.
Itulah harta yang dihamburkan
sia-sia dalam waktu semalam
untuk membeli petasan, kembang
api, mercon, atau untuk menyelenggarakan pentas musik,
dsb. Padahal Allah Ta’ ala telah berfirman, الَو ْرِّذَبُت اًريِذْبَت َّنِإ َنيِرِّذَبُمْلا اوُناَك َناَوْخِإ ِنيِطاَيَّشلا “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah saudara-
saudara syaitan.” (Qs. Al Isro’ : 26-27) Ibnu Katsir mengatakan, “Allah ingin membuat manusia menjauh
sikap boros dengan mengatakan:
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-
pemboros itu adalah saudara-
saudara syaitan.” Dikatakan demikian karena orang yang
bersikap boros menyerupai
setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ ud dan Ibnu ‘ Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah
menginfakkan sesuatu bukan
pada jalan yang benar.” Mujahid mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh
hartanya dalam jalan yang
benar, itu bukanlah tabdzir
(pemborosan). Namun jika
seseorang menginfakkan satu
mud saja (ukuran telapak tangan) pada jalan yang keliru,
itulah yang dinamakan tabdzir
(pemborosan).” Qotadah mengatakan, “Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah
mengeluarkan nafkah dalam
berbuat maksiat pada Allah,
pada jalan yang keliru dan pada
jalan untuk berbuat kerusakan.
”[20] Kerusakan Kesepuluh:
Menyia-nyiakan Waktu yang
Begitu Berharga Merayakan tahun baru termasuk
membuang-buang waktu. Padahal
waktu sangatlah kita butuhkan
untuk hal yang bermanfaat dan
bukan untuk hal yang sia-sia.
Nabi shallallahu ‘ alaihi wa sallam telah memberi nasehat mengenai
tanda kebaikan Islam seseorang, ْنِم ِنْسُح ِمَالْسِإ ِءْرَمْلا ُهُكْرَت اَم َال ِهيِنْعَي “Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan
hal yang tidak bermanfaat
baginya.” [21] Ingatlah bahwa membuang-buang
waktu itu hampir sama dengan
kematian yaitu sama-sama
memiliki sesuatu yang hilang.
Namun sebenarnya membuang- buang waktu masih lebih jelek dari kematian. Semoga kita merenungkan
perkataan Ibnul Qoyyim,
“(Ketahuilah bahwa) menyia- nyiakan waktu lebih jelek dari
kematian. Menyia-nyiakan waktu
akan memutuskanmu
(membuatmu lalai) dari Allah dan
negeri akhirat. Sedangkan
kematian hanyalah memutuskanmu dari dunia dan
penghuninya.”[22] Seharusnya seseorang
bersyukur kepada Allah dengan
nikmat waktu yang telah Dia
berikan. Mensyukuri nikmat
waktu bukanlah dengan
merayakan tahun baru. Namun mensyukuri nikmat waktu adalah
dengan melakukan ketaatan dan
ibadah kepada Allah. Itulah
hakekat syukur yang
sebenarnya. Orang-orang yang
menyia-nyiakan nikmat waktu seperti inilah yang Allah cela.
Allah Ta’ ala berfirman, ْمَلَوَأ مُكْرِّمَعُن اَّم ُرَّكَذَتَي ِهيِف نَم َرَّكَذَت ُمُكءاَجَو ُريِذَّنلا “Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam
masa yang cukup untuk berfikir
bagi orang yang mau berfikir,
dan (apakah tidak) datang
kepada kamu pemberi
peringatan?” (Qs. Fathir: 37). Qotadah mengatakan,
“Beramallah karena umur yang panjang itu akan sebagai dalil
yang bisa menjatuhkanmu.
Marilah kita berlindung kepada
Allah dari menyia-nyiakan umur
yang panjang untuk hal yang
sia-sia.”[23] Inilah di antara beberapa
kerusakan dalam perayaan
tahun baru. Sebenarnya masih
banyak kerusakan lainnya yang
tidak bisa kami sebutkan satu
per satu dalam tulisan ini karena saking banyaknya. Seorang
muslim tentu akan berpikir
seribu kali sebelum melangkah
karena sia-sianya merayakan
tahun baru. Jika ingin menjadi
baik di tahun mendatang bukanlah dengan merayakannya.
Seseorang menjadi baik tentulah
dengan banyak bersyukur atas
nikmat waktu yang Allah berikan.
Bersyukur yang sebenarnya
adalah dengan melakukan ketaatan kepada Allah, bukan
dengan berbuat maksiat dan
bukan dengan membuang-buang
waktu dengan sia-sia. Lalu yang
harus kita pikirkan lagi adalah
apakah hari ini kita lebih baik dari hari kemarin? Pikirkanlah
apakah hari ini iman kita sudah
semakin meningkat ataukah
semakin anjlok! Itulah yang harus
direnungkan seorang muslim
setiap kali bergulirnya waktu. Ya Allah, perbaikilah keadaan
umat Islam saat ini. Perbaikilah
keadaan saudara-saudara kami
yang jauh dari aqidah Islam.
Berilah petunjuk pada mereka
agar mengenal agama Islam ini dengan benar. “Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak ada
taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (Qs. Hud: 88) Alhamdulillahilladzi bi ni’ matihi tatimmush sholihat. Wa shallallahu
‘ ala nabiyyina Muhammad wa ‘ ala alihi wa shohbihi wa sallam. Disempurnakan atas nikmat Allah
di Pangukan-Sleman, 12
Muharram 1431 H Penulis: Muhammad Abduh
Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id

Senin, Desember 27, 2010

aku ingin pulang

Di teras rumah Mu aku terkapar,
malam telah begitu liar
bercawan pengingkaran baru
saja usai aku sesap, tandas
hingga tuntas
atas nama kemarahan, suara- suara penyeru Mu aku redam
Engkau maha mengerti, siapa
kawanku tadi Tuhan,
dimanapun Engkau bersemayam
aku ingin pulang Tak kenal jalan,
maka disini aku terbuang
di lubang hitam, tempat setan
membuat sarang
aku sungguh ingin pulang
(kepada tenang masa silam, aku
ingin pulang) Engkau maha mengerti, dimana
tempatku nanti Mimpi telah
membohongiku
bergelas kebodohan, baru saja
aku pecahkan
atas nama penyesalan, kembalì Engkau aku kenang Di masjid Mu
aku mengadu,
melucuti segala dosa
ingat setapak, menuju tempat
dimana semestinya jiwa berpijak
Engkau maha mengerti, betapa aku ingin kembali Tuhanku
Tuhan penguasa malam
dengan jubah koyak berdebu,
Aku menghampiri Mu
kembali, sebelum detak nadi
berhenti Engkau maha pemaaf, meski aku
berulang khilaf