Laman

Entri Populer

Tampilkan postingan dengan label tuntunan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tuntunan. Tampilkan semua postingan

Selasa, April 05, 2011

JADIKAN AL QURAN DAN SUNNAH DI DEPAN MU !

Allah Subhanahu wa Ta’ ala berfirman dalam Al-Qur`an Al-
Karim, “Takutlah kalian kepada fitnah yang tidak hanya menimpa
orang-orang yang zhalim
diantara kalian secara
khusus.” [ Al-Anfal: 25 ] Ayat ini merupakan pokok
penjelasan dalam fitnah. Karena
itu Imam Al-Bukhary dalam Shahih -nya memulai Kitabul Fitan (kitab penjelasan tentang
fitnah-fitnah) dengan
penyebutan ayat ini. Firman Allah Ta’ ala, “Takutlah kalian kepada fitnah … ,” menunjukkan kewajiban seorang
muslim untuk berhati-hati
menghadapi fitnah dan
menjauhinya dan tentunya
seseorang tidak bisa menjauhi
fitnah itu kecuali dengan mengetahui dua perkara: 1. Apa-apa saja yang
dianggap fitnah di dalam
syariat Islam. 2. Pijakan, cara atau langkah
dalam meredam atau
menjauhi fitnah tersebut. Kemudian Ibnu Katsir
rahimahullah berkata dalam
menafsirkan ayat ini, “Ayat ini, walaupun merupakan
pembicaraan yang ditujukan
kepada para shahabat Rasulullah
shallallahu ‘ alaihi wa alihi wa sallam, akan tetapi ayat ini
berlaku umum pada setiap muslim
karena Nabi shallallahu ‘ alaihi wa alihi wa sallam men-tahdzir
(memperingatkan) dari fitnah.” Kata fitnah dalam konteks ayat
datang dalam bentuk nakirah
(umum), sehingga mempunyai
makna yang umum, menyangkut
segala sesuatu yang merupakan
fitnah bagi manusia. Imam Al-Alusy, ketika
menafsirkan kata fitnah dalam
ayat ini, berkata, “Fitnah ditafsirkan (oleh para ulama
salaf) dengan beberapa perkara,
di antaranya Mudahanah dalam
amar ma’ ruf dan nahi mungkar, dan diantaranya perselisihan dan
perpecahan, dan diantaranya
meninggalkan pengingkaran
terhadap bid’ ah-bid’ ah yang muncul dan lain-lainnya.” Kemudian beliau berkata, “Setiap makna tergantung dari
konsekuensi keadaannya.” Dan dikatakan di dalam ayat,
“takutlah kalian … ,” menunjukkan bahwa fitnah itu buta dan tuli,
tidak pandang bulu, serta dapat
menimpa siapa saja. Berkata
Imam Asy-Syaukany dalam Tafsir -nya, “Yaitu takutlah kalian kepada fitnah yang
melampaui orang-orang yang
zhalim sehingga menimpa orang
shalih dan orang thalih ‘ tidak shalih’ dan timpahan fitnah itu tidak khusus bagi orang yang
langsung berbuat kezhaliman
tersebut di antara kalian.” Definisi Fitnah Fitnah dalam syariat Islam
mempunyai beberapa makna: Pertama, Bermakna syirik, seperti dalam firman Allah Ta’ ala, “Dan perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah dan sampai
agama semuanya untuk
Allah.” [ Al-Baqarah: 193 ] Yaitu hingga tidak ada lagi
kesyirikan. Juga Allah berfirman, “Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh.” [ Al-Baqarah: 217 ] Kedua, Bermakna siksaan dan adzab, seperti dalam firman Allah
Ta’ ala, “ (Dikatakan kepada mereka), ‘ Rasakanlah fitnahmu itu. Inilah
fitnah yang dahulu kamu minta
supaya disegerakan. ’ .” [ Adz- Dzariyat: 14 ] Dan Allah Jalla Jalaluhu berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan fitnah
kepada orang-orang yang mu k
min laki-laki dan perempuan
kemudian mereka tidak
bertaubat, maka bagi mereka
adzab Jahannam dan bagi mereka adzab (neraka) yang
membakar.” [ Al-Buruj: 10 ] Makna fitnah dalam dua ayat ini
adalah siksaan dan adzab. Ketiga , Bermakna ujian dan cobaan, seperti dalam firman
Allah Ta’ ala, “Dan kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai fitnah (yang sebenar-
benarnya).” [ Al-Anbiya`: 35 ] Allah Jalla Wa ’ Ala menyatakan pula dalam firman-Nya, “Sesungguhnya harta-harta kalian dan anak-anak kalian itu
hanyalah merupakan
fitnah.” [ Al-Anfal: 28 ] Keempat , Bermakna musibah dan balasan, sebagaimana
tafsiran para ulama dalam surah
Al-Anfal ayat 25 di atas, “Takutlah kalian kepada fitnah yang tidak hanya menimpa
orang-orang yang zhalim
diantara kalian secara khusus.” (Lihat Mauqiful Mu’ min Minal Fitan Karya Syaikh ‘ Abdul ‘ Aziz bin Baz dan Mufradat Al- Qur`an karya Ar-Raghib Al- Ashbahany) Demikianlah def i nisi fitnah,
tetapi harus diketahui oleh
setiap muslim bahwa fitnah yang
ditimpakan oleh Allah Subhanahu
wa Ta’ ala itu mempunyai hikmah di belakangnya. Allah ‘ Azza wa Jalla berfirman, “ Alif Lam Mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan,
‘ Kami telah beriman,’ sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya Kami telah menguji
orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya
Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta.” [ Al-‘ Ankabut: 1-3 ] Berikut ini kami akan
menyebutkan beberapa kaidah-
kaidah pokok yang harus
dipegang oleh setiap muslim
dalam menghadapi fitnah. Kaidah Pertama, Pada setiap perselisihan merujuk pada Al-
Qur`an dan Sunnah sesuai
dengan pemahaman para ulama
salaf. Allah Subhanahu Wa Ta’ ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara
kalian. Kemudian jika kalian
berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al Qur`an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu)
dan lebih baik akibatnya.” [ An- Nisa`: 59 ] Dan Allah Jalla Tsana`uhu
berfirman, “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan
janganlah kamu mengikuti
pemimpin-pemimpin selain-Nya.
Amat sedikitlah kamu mengambil
pelajaran (darinya).” [ Al-A’ raf: 3 ] Kemudian di dalam hadits Abu
Hurairah, Nabi shallallahu ‘ alaihi wa alihi wa sallam bersabda, ﺍﻮﻠﻀﺗ ﻦﻟ ﻦﻴﺌﻴﺷ ﻢﻜﻴﻓ ﺖﻛﺮﺗ ﻲﺘﻨﺳﻭ ﻪﻠﻟﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﺎﻤﻫﺪﻌﺑ “Saya tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan
sesat di belakang keduanya,
(yaitu) kitab Allah dan
Sunnahku.” (HR. Malik dan Al- Hakim dan dihasankan oleh
Syaikh Al-Albany dalam Al- Misykah ) Kemudian Allah Ta’ ala menyatakan, “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu
hakim dalam perkara yang
mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa keberatan
dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan
mereka menerima dengan
sepenuhnya”. [ An-Nisa`: 65 ] Ingatlah bahwa menentang Allah
dan Rasul-Nya adalah sebab
kehinaan. Allah Subhanahu wa
Ta’ ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-
Nya, mereka termasuk orang-
orang yang sangat hina.” [ Al- Mujadilah: 20 ] Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa alihi wa sallam juga mengingatkan
dalam hadits Ibnu ‘ Umar, ﻢﺗﺬﺧﺃﻭ ﺔﻨﻴﻌﻟﺎﺑ ﻢﺘﻌﻳﺎﺒﺗ ﺍﺫﺇ ﻉﺭﺰﻟﺎﺑ ﻢﺘﻴﺿﺭﻭ ﺮﻘﺒﻟﺍ ﺏﺎﻧﺫﺃ ﻪﻠﻟﺍ ﻂﻠﺳ ﺩﺎﻬﺠﻟﺍ ﻢﺘﻛﺮﺗﻭ ﻰﺘﺣ ﻪﻋﺰﻨﻳ ﻻ ﻻﺫ ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻢﻜﻨﻳﺩ ﻰﻟﺇ ﺍﻮﻌﺟﺮﺗ “Apabila kalian telah berjual beli dengan cara `inah ‘ menjual barang dengan cara kredit
kepada seseorang kemudian ia
kembali membelinya dari orang
itu dengan harga kontan lebih
murah dari harga kredit tadi-
pent’ dan kalian telah ridha dengan perkebunan dan kalian
telah mengambil ekor-ekor (sibuk
beternak?) sapi dan kalian
meninggalkan jihad, maka Allah
akan menimpakan kepada kalian
suatu kehinaan yang tidak akan diangkat sampai kalian kembali
kepada agama kalian.” (HR. Abu Dawuddan lain-lainnya dan
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany
dalam Ash-Shahihah no. 11) Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa alihi wa sallam juga mengingatkan
dalam hadits beliau, ﻰﻠﻋ ﺭﺎﻐﺼﻟﺍﻭ ﻝﺬﻟﺍ ﻞﻌﺟﻭ ﻱﺮﻣﺃ ﻒﻟﺎﺧ ﻦﻣ “Dan telah dijadikan kehinaan dan kerendahan bagi orang yang
menyelisihi perintahku.” (Hadits hasan dari seluruh jalan-jalannya.
Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany
dalam Al-Irwa` no. 1269) Ketahuilah bahwa menyelisihi
Allah dan Rasul-Nya adalah sebab
turunnya musibah dan siksaan
dan sebab kehancuran dan
kesesatan. Allah Al-Wahid Al-
Qahhar menegaskan dalam firman-Nya, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul
takut akan ditimpa cobaan atau
ditimpa azab yang pedih.” [ An- Nur: 63 ] Juga dalam hadits Abu Hurairah
riwayat Bukhary-Muslim,
Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa alihi wa sallam menyatakan, ﺎﻣﻭ ﻩﻮﺒﻨﺘﺟﺎﻓ ﻪﻨﻋ ﻢﻜﺘﻴﻬﻧ ﺎﻣ ﺎﻣ ﻪﻨﻣ ﺍﻮﻠﻌﻓﺎﻓ ﻪﺑ ﻢﻜﺗﺮﻣﺃ ﻦﻳﺬﻟﺍ ﻚﻠﻫﺃ ﺎﻤﻧﺈﻓ ﻢﺘﻌﻄﺘﺳﺍ ﻢﻬﻠﺋﺎﺴﻣ ﺓﺮﺜﻛ ﻢﻜﻠﺒﻗ ﻦﻣ ﻢﻬﺋﺎﻴﺒﻧﺃ ﻰﻠﻋ ﻢﻬﻓﻼﺘﺧﺍﻭ “Apapun yang saya melarang kalian darinya maka jauhilah hal
tersebut dan apapun yang saya
perintahkan kepada kalian maka
laksanakanlah semampu kalian.
Sesungguhnya yang
menghancurkan orang-orang sebelum kalian hanyalah
banyaknya pertanyaan mereka
dan penyelisihan mereka
terhadap para Nabinya.” Kemudian Abu Bakr Ash-Shiddiq
radhiyallahu ‘ anhu berkata, ﻝﻮﺳﺭ ﻥﺎﻛ ﺎﺌﻴﺷ ﺎﻛﺭﺎﺗ ﺖﺴﻟ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﺻ ﻪﻠﻟﺍ ﻲﻧﺇ ﻪﺑ ﺖﻠﻤﻋ ﻻﺇ ﻪﺑ ﻞﻤﻌﻳ ﻦﻣ ﺎﺌﻴﺷ ﺖﻛﺮﺗ ﻥﺇ ﻰﺸﺧﺃ ﻎﻳﺯﺃ ﻥﺃ ﻩﺮﻣﺃ “Tidaklah saya meninggalkan sesuatu apapun yang Rasulullah
shallallahu ‘ alaihi wa ‘ alihi wa sallam mengerjakannya kecuali
saya kerjakan karena saya
takut kalau saya meninggalkan
sesuatu dari perintah beliau saya
akan menyimpang.” (HSR. Bukhary-Muslim) Memahami Al-Qur`an dan As-
Sunnah harus dengan
pemahaman para ulama Salaf.
Allah Jalla Fi ‘ Ulahu berfirman, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas
kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan
orang-orang mukmin, Kami
biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami
masukkan ia ke dalam Jahannam,
dan Jahannam itu seburuk-buruk
tempat kembali”. [ An-Nisa`: 115 ] Juga dalam hadits yang
mutawatir, Rasulullah shallallahu
‘ alaihi wa alihi wa sallam bersabda, ﻦﻳﺬﻟﺍ ﻢﺛ ﻲﻧﺮﻗ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺮﻴﺧ ﻢﻬﻧﻮﻠﻳ ﻦﻳﺬﻟﺍ ﻢﺛ ﻢﻬﻧﻮﻠﻳ “Sebaik-baik manusia adalah
zamanku, kemudian zaman setelahnya kemudian zaman setelahnya.” Beliau menyatakan pula, ﻯﺪﺣﺇ ﻰﻠﻋ ﺩﻮﻬﻴﻟﺍ ﺖﻗﺮﺘﻓﺍ ﺖﻗﺮﺘﻓﺍﻭ ﺔﻗﺮﻓ ﻦﻴﻌﺒﺳﻭ ﻦﻴﻌﺒﺳﻭ ﻦﻴﺘﻨﺛ ﻰﻠﻋ ﻯﺭﺎﺼﻨﻟﺍ ﻕﺮﺘﻔﺘﺳ ﻲﺘﻣﺃ ﻥﺇﻭ ﺔﻗﺮﻓ ﺎﻬﻠﻛ ﺔﻗﺮﻓ ﻦﻴﻌﺒﺳﻭ ﺙﻼﺛ ﻰﻠﻋ ﻲﻫﻭ ﺓﺪﺣﺍﻭ ﻻﺇ ﺭﺎﻨﻟﺍ ﻲﻓ ﺔﻋﺎﻤﺠﻟﺍ “Telah terpecah orang– orang Yahudi menjadi tujuh puluh satu
firqah ‘ golongan ’ dan telah terpecah orang-orang Nashara
menjadi tujuh puluh dua firqah
dan sesungguhnya umatku akan
terpecah menjadi tujuh puluh
tiga firqah. Semuanya dalam
neraka kecuali satu dan ia adalah Al-Jama’ ah.” (Hadits shahih, dishahihkan oleh Syaikh
Al-Albany dalam Zhilalul Jannah dan Syaikh Muqbil dalam Ash- Shahih Al-Musnad Mimma
Laisa Fi Ash-Shahihain - rahimahumallahu-) Karena itulah, Imam Ahmad
rahimahullah berkata, “Pokok sunnah di sisi kami adalah
berpegang teguh di atas apa
yang para shahabat berada di
atasnya dan mengikuti mereka.” Lihat Syarh Ushul I’ tiqad Ahlis Sunnah Wal Jama’ ah 1/176. Allahu Akbar …! Betapa kuatnya pijakan seorang muslim bila ia
berpegang teguh dengan Al
Qur`an dan Sunnah sesuai
dengan pemahaman para ulama
salaf. Ini merupakan senjata yang
paling ampuh dan tameng yang paling kuat dalam menghadapi
dan menangkis setiap fitnah
yang datang. Sejarah telah
membuktikan bagaimana orang-
orang yang berpegang teguh
kepada Al Qur`an dan Sunnah selamat dari fitnah dan mereka
tetap kokoh di atas jalan yang
lurus. Lihatlah kisah Abu Bakar Ash-
Shiddiq radhiyallahu ‘ anhu , ketika Rasulullah shallallahu
‘ alaihi wa alihi wa sallam mengirim Usamah bin Zaid untuk memimpin
700 orang dalam menggempur
kerajaan Rum. Ketika pasukan
tersebut tiba di suatu tempat
yang bernama Dzu Khasyab,
Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa alihi wa sallam meninggal. Maka
mulailah orang-orang Arab di
sekitar Madinah murtad dari
agama sehingga para shahabat
mengkhawatirkan keadaan kota
Madinah. Lalu para shahabat berkata kepada Abu Bakar,
“Wahai Abu Bakar, kembalikan pasukan yang dikirim ke
kerajaan Rum itu, apakah
mereka diarahkan ke Rum
sedang orang-orang Arab di
sekitar Madinah telah murtad?” Maka Abu Bakar radhiyallahu
‘ anhu berkata, “Demi yang tidak ada sesembahan yang berhak
selain-Nya, andaikata anjing-
anjing telah berlari di kaki-kaki
para istri Rasulullah shallallahu
‘ alaihi wa alihi wa sallam , saya tidak akan menarik suatu
pasukan pun yang dikirim oleh
Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa alihi wa sallam dan saya tidak
akan melepaskan bendera yang
diikat oleh Rasulullah.” Lihat bagaimana gigihnya Abu
Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu
‘ anhu berpegang dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa alihi wa sallam dalam kondisi yang
sangat genting seperti ini dan
betapa kuatnya keyakinan beliau
akan kemenangan orang yang
menjalankan perintah-Nya. Maka yang terjadi setelah itu,
setiap kali pasukan Usamah bin
Zaid melewati suatu suku yang
murtad, suku yang murtad itu
berkata, “Andaikata mereka itu tidak mempunyai kekuatan,
tentu tidak akan keluar pasukan
sekuat ini dari mereka. Tetapi
kita tunggu sampai mereka
bertempur melawan kerajaan
Rum.” Lalu bertempurlah pasukan Usamah bin Zaid menghadapi
kerajaan Rum dan pasukan
Usamah berhasil mengalahkan
dan membunuh mereka. Kemudian
kembalilah pasukan Usamah
dengan selamat dan orang-orang yang akan murtad itu tadi tetap
di atas Islam. (Baca kisah ini dalam Madarik An-Nazhar hal. 51-52 cet. kedua) Maka lihatlah, wahai orang-orang
yang menghendaki keselamatan!
Peganglah kaidah pertama ini
dengan baik, niscaya engkau
akan selamat dari fitnah di dunia
dan di akhirat. Kaidah Kedua, merujuk kepada para ulama. Allah Al-Hakim Al-‘ Alim mengisahkan tentang Qarun
dalam firman-Nya, “Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya.
Berkatalah orang-orang yang
menghendaki kehidupan dunia,
‘ Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang
telah diberikan kepada Qarun;
sesungguhnya ia benar-benar
mempunyai keberuntungan yang
besar.’ Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, ‘ Celakalah kalian, pahala Allah adalah lebih
baik bagi orang-orang yang
beriman dan beramal shalih, dan
tidak diperoleh pahala itu kecuali
oleh orang-orang yang sabar.’ Maka Kami benamkanlah Qarun
beserta rumahnya ke dalam
bumi. Maka tidak ada baginya
suatu golongan pun yang
menolongnya terhadap adzab
Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat)
membela (dirinya).” [ Al- Qashash: 79-81 ] Karena itulah Imam Hasan Al-
Bashry berkata, “Sesungguhnya bila fitnah itu datang, diketahui
oleh setiap ‘ alim (ulama), dan apabila telah terjadi (lewat),
maka baru diketahui oleh orang-
orang yang jahil.” Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa alihi wa sallam bersabda pula
dalam hadits ‘ Ubadah bin Shamit riwayat Imam Ahmad dan lain-
lain, ﻞﺠﻳ ﻢﻟ ﻦﻣ ﻲﺘﻣﺃ ﻦﻣ ﺲﻴﻟ ﻑﺮﻌﻳﻭ ﺎﻧﺮﻴﻐﺻ ﻢﺣﺮﻳﻭ ﺎﻧﺮﻴﺒﻛ ﻪﻘﺣ ﺎﻨﻤﻟﺎﻌﻟ “Bukan dari ummatku siapa yang tidak menghormati orang yang
besar dari kami dan tidak
merahmati orang yang kecil dari
kami dan tidak mengetahui hak
orang yang alim dari
kami.” (Dihasankan oleh Syaikh Al Albany dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir ) Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa alihi wa sallam juga bersabda
dalam hadits Ibnu ‘ Abbas yang diriwayatkan oleh Imam Al Hakim,
Ibnu Hibban dan lain-lain, ﻢﻛﺮﺑﺎﻛﺃ ﻊﻣ ﺔﻛﺮﺒﻟﺍ “Berkah itu bersama orang- orang besarnya
kalian.” (Dishahihkan oleh Syaikh Al Albany dalam Silsilah Ahadits Ash Shahihah no. 1778) Fitnah akan bermunculan apabila
para ulama sudah tidak lagi
dijadikan sebagai rujukan,
sebagaimana dalam hadits Abu
Hurairah riwayat Ibnu Majah dan
lain-lainnya, Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa alihi wa sallam bersabda, ﺕﺍﻮﻨﺳ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻲﺗﺄﻴﺳ ﺏﺫﺎﻜﻟﺍ ﺎﻬﻴﻓ ﻕﺪﺼﻳ ﺕﺎﻋﺍﺪﺧ ﻦﻤﺗﺆﻳﻭ ﻕﺩﺎﺼﻟﺍ ﺎﻬﻴﻓ ﺏﺬﻜﻳﻭ ﺎﻬﻴﻓ ﻥﻮﺨﻳﻭ ﻦﺋﺎﺨﻟﺍ ﺎﻬﻴﻓ ﺎﻬﻴﻓ ﻖﻄﻨﻳﻭ ﻦﻴﻣﺄﻟﺍ ﺔﻀﺒﻳﻭﺮﻟﺍ ﺎﻣﻭ ﻞﻴﻗ ﺔﻀﺒﻳﻭﺮﻟﺍ ﻲﻓ ﻢﻠﻜﺘﻳ ﻪﻓﺎﺘﻟﺍ ﻞﺟﺮﻟﺍ ﻝﺎﻗ ﺔﻣﺎﻌﻟﺍ ﺮﻣﺃ “Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang menipu, akan
dipercaya/dibenarkan padanya
orang yang berdusta dan
dianggap berdusta orang yang
jujur, orang yang berkhianat
dianggap amanah dan orang yang amanah dianggap
berkhianat dan akan berbicara
Ar-Ruwaibidhah. Ditanyakan, ‘ Siapakah Ar-Ruwaibidhah itu? ’ Beliau berkata, ‘ Orang yang bodoh berbicara dalam perkara
umum.” (Dishahihkan oleh Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahih Al- Musnad Mimma Laisa Fi Ash-
Shahihain ) Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa alihi wa sallam juga bersabda
dalam hadits ‘ Abdullah bin ‘ Amr bin ‘ Ash riwayat Bukhary-Muslim, ﻢﻠﻌﻟﺍ ﺾﺒﻘﻳ ﻻ ﻪﻠﻟﺍ ﻥﺇ ﺩﺎﺒﻌﻟﺍ ﻦﻣ ﻪﻋﺰﺘﻨﻳ ﺎﻋﺍﺰﺘﻧﺍ ﺾﺒﻘﺑ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﺾﺒﻘﻳ ﻦﻜﻟﻭ ﻖﺒﻳ ﻢﻟ ﺍﺫﺇ ﻰﺘﺣ ﺀﺎﻤﻠﻌﻟﺍ ﺎﺳﻭﺅﺭ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺬﺨﺗﺍ ﺎﻤﻟﺎﻋ ﺮﻴﻐﺑ ﺍﻮﺘﻓﺄﻓ ﺍﻮﻠﺌﺴﻓ ﻻﺎﻬﺟ ﺍﻮﻠﺿﺃﻭ ﺍﻮﻠﻀﻓ ﻢﻠﻋ “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan
mencabutnya dari para hamba
akan tetapi Allah mencabutnya
dengan mencabut (mewafatkan)
para ulama sampai bila tidak
tersisa lagi seorang alim maka manusia pun mengambil para
pemimpin yang bodoh maka
mereka pun ditanya lalu mereka
memberi fatwa tanpa ilmu maka
sesatlah mereka lagi
menyesatkan.”