Laman

Entri Populer

Tampilkan postingan dengan label ramadhan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ramadhan. Tampilkan semua postingan

Jumat, Juli 29, 2011

DOA BUKA PUASA YANG SHAHIH

Masyhur, tak
selamanya jadi
jaminan.
Begitulah yang
terjadi
pada “doa berbuka puasa”. Doa yang
selama ini terkenal di
masyarakat, belum tentu
shahih derajatnya. Terkabulnya doa dan
ditetapkannya pahala di
sisi Allah ‘Azza wa Jalla
dari setiap doa yang kita
panjatkan tentunya
adalah harapan kita semua. Kali ini, mari kita
mengkaji secara ringkas,
doa berbuka puasa yang
terkenal di tengah
masyarakat, kemudian
membandingkannya dengan yang shahih.
Setelah mengetahui
ilmunya nanti, mudah-
mudahan kita akan
mengamalkannya. Amin. Doa Berbuka Puasa
yang Terkenal di
Tengah Masyarakat Lafazh pertama: َﻚَﻟ َّﻢُﻬَّﻠﻟَﺍ ﻰَﻠَﻋَﻭ ُﺖْﻤُﺻ َﻚِﻗْﺯِﺭ ﺕْﺮَﻄْﻓَﺃ ”Ya Allah, untuk-Mu aku
berpuasa dan dengan
rezeki-Mu aku berbuka.” Doa ini merupakan bagian
dari hadits dengan redaksi
lengkap sebagai berikut: ِﻦْﺑ ِﺫﺎَﻌُﻣ ْﻦَﻋ َﺓَﺮْﻫُﺯ ، ُﻪَﻐَﻠَﺑ ُﻪَّﻧَﺃ َّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ َّﻥَﺃ ُﻪﻠﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ َﻭ ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﻥﺎَﻛ َﻢَّﻠَﺳ َﺮَﻄْﻓَﺃ ﺍَﺫِﺇ َﻝﺎَﻗ : َّﻢُﻬَّﻠﻟَﺍ ُﺖْﻤُﺻ َﻚَﻟ ، َﻭ َﻚِﻗْﺯِﺭ ﻰَﻠَﻋ ُﺕْﺮَﻄْﻓَﺃ “Dari Mu’adz bin Zuhrah,
sesungguhnya telah
sampai riwayat kepadanya
bahwa sesungguhnya jika
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berbuka puasa, beliau membaca (doa),
‘Allahumma laka shumtu
wa ‘ala rizqika afthortu-
ed’ (ya Allah, untuk-Mu
aku berpuasa dan dengan
rezeki-Mu aku berbuka) .”[1] Hadits tersebut
diriwayatkan oleh Abu
Daud, dan dinilaidhaif oleh Syekh al-Albani dalam
Shahih wa Dhaif Sunan Abi
Daud. Penulis kitab Tahdzirul
Khalan min Riwayatil Hadits
hawla Ramadhan
menuturkan, “(Hadits ini)
diriwayatkan oleh Abu
Daud dalam Sunannya (2/316, no. 358). Abu Daud
berkata, ‘Musaddad telah
menyebutkan kepada
kami, Hasyim telah
menyebutkan kepada kami
dari Hushain, dari Mu’adz bin Zuhrah, bahwasanya
dia menyampaikan,
‘Sesungguhnya jika Nabi
shallallahu ‘alaihi wa
sallam berbuka puasa,
beliau mengucapkan, ‘Allahumma laka shumtu
wa ‘ala rizqika afthartu.
’”[2] Mua’dz ini tidaklah
dianggap sebagai perawi
yang tsiqah, kecuali oleh
Ibnu Hibban yang telah
menyebutkan tentangnya
di dalam Ats-Tsiqat dan dalam At-Tabi’in min Ar-
Rawah, sebagaimana al-
Hafizh Ibnu Hajar berkata
dalam Tahdzib at-Tahdzib
(8/224).[2]
Dan seperti kita tahu bersama bahwa Ibnu
Hibban dikenal oleh para
ulama sebagai orang yang
mutasahil, yaitu
bermudah-mudahan dalam
menshohihkan hadits-ed. Keterangan lainnya
menyebutkan bahwa
Mu’adz adalah seorang
tabi’in. Sehingga hadits ini mursal (di atas tabi’in terputus). Hadits mursal
merupakan hadits dho’if
karena sebab sanad yang
terputus. Syaikh Al Albani
pun berpendapat
bahwasanya hadits ini dho’if .[3] Hadits semacam ini juga
dikeluarkan oleh Ath
Thobroni dari Anas bin
Malik. Namun sanadnya
terdapat perowi dho’if
yaitu Daud bin Az Zibriqon, di adalah seorang perowi
matruk (yang dituduh
berdusta). Berarti dari
riwayat ini juga dho’if.
Syaikh Al Albani pun
mengatakan riwayat ini dho’if .[4] Di antara ulama yang
mendho’ifkan hadits
semacam ini adalah Ibnu
Qoyyim Al Jauziyah.[5] Lafazh kedua: َﻚَﻟ َّﻢُﻬّﻠﻟﺍ َﻚِﺑَﻭ ُﺖْﻤُﺻ ﻰَﻠَﻋَﻭ ُﺖْﻨَﻣﺁ َﻚِﻗْﺯِﺭ ﺕْﺮَﻄْﻓَﺃ “Allahumma laka shumtu
wa bika aamantu wa ‘ala
rizqika afthortu” (Ya
Allah, kepada-Mu aku
berpuasa dan kepada-Mu
aku beriman, dan dengan rizki-Mu aku berbuka).” Mulla ‘Ali Al Qori
mengatakan, “Tambahan
‘wa bika aamantu‘
adalah tambahan yang tidak diketahui
sanadnya, walaupun makna do’a tersebut
shahih.”[6]
Artinya do’a dengan
lafazh kedua ini pun
adalah do’a yang dho’if
sehingga amalan tidak bisa dibangun dengan do’a
tersebut. Berbuka Puasalah
dengan Doa-doa
Berikut Ini Do’a pertama: Terdapat sebuah hadits
shahih tentang doa
berbuka puasa, yang
diriwayatkan dari
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,َﺐَﻫَﺫ ُﺄَﻤَّﻈﻟﺍ ، ِﺖَّﻠَﺘْﺑﺍﻭ ُﻕﻭُﺮُﻌْﻟﺍ ، ُﺮْﺟَﻷْﺍ َﺖَﺒَﺛﻭ ُﻪﻠﻟﺍَﺀﺎَﺷ ْﻥِﺇ “Dzahabazh zhoma’u
wabtallatil ‘uruqu wa
tsabatal ajru insya Allah-
ed.”
[Telah hilanglah dahaga,
telah basahlah kerongkongan, semoga
ada pahala yang
ditetapkan, jika Allah
menghendaki](Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] dan
selainnya; lihat Shahih al-
Jami’: 4/209, no. 4678) [7] Periwayat hadits adalah
Abdullah bin Umar
radhiyallahu ‘anhuma.
Pada awal hadits terdapat
redaksi, “Abdullah bin
Umar berkata, ‘Jika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berbuka
puasa, beliau
mengucapkan ….‘” Yang dimaksud dengan ﺮﻄﻓﺃ ﺍﺫﺇ adalah setelah makan atau minum yang menandakan
bahwa orang yang
berpuasa tersebut telah
“membatalkan” puasanya
(berbuka puasa, pen)
pada waktunya (waktu berbuka, pen). Oleh
karena itu doa ini tidak
dibaca sebelum makan
atau minum saat berbuka.
Sebelum makan tetap
membaca basmalah, ucapan “bismillah”
sebagaimana sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa
sallam, َﻞَﻛَﺃ ﺍَﺫِﺇ ْﻢُﻛُﺪَﺣَﺃ ِﺮُﻛْﺬَﻴْﻠَﻓ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﻢْﺳﺍ ْﻥِﺈَﻓ ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ ْﻥَﺃ َﻰِﺴَﻧ َﻢْﺳﺍ َﺮُﻛْﺬَﻳ ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﻪِﻟَّﻭَﺃ ﻰِﻓ ِﻢْﺴِﺑ ْﻞُﻘَﻴْﻠَﻓ ُﻪَﻟَّﻭَﺃ ِﻪَّﻠﻟﺍ ُﻩَﺮِﺧﺁَﻭ “Apabila salah seorang di
antara kalian makan,
maka hendaknya ia
menyebut nama Allah
Ta’ala. Jika ia lupa untuk
menyebut nama Allah Ta’ala di awal, hendaklah
ia mengucapkan:
“Bismillaahi awwalahu wa
aakhirohu (dengan nama
Allah pada awal dan
akhirnya)”. (HR. Abu Daud no. 3767 dan At Tirmidzi
no. 1858. At Tirmidzi
mengatakan hadits
tersebuthasan shahih. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits
tersebutshahih) Adapun ucapanﺖﺒﺛﻭ ﺝﻷﺍ ﺭ maksudnya “telah hilanglah kelelahan dan
telah diperolehlah
pahala”, ini merupakan
bentuk motivasi untuk
beribadah. Maka, kelelahan
menjadi hilang dan pergi, dan pahala berjumlah
banyak telah ditetapkan
bagi orang yang telah
berpuasa tersebut. Do’a kedua: Adapun doa yang lain yang
merupakan atsar dari
perkataan Abdullah bin
‘Amr bin al-’Ash
radhiyallahu ‘anhuma
adalah, ﻲِّﻧﺇ َّﻢُﻬَّﻠﻟَﺍ َﻚُﻟﺄْﺳَﺃ َﻚِﺘَﻤْﺣَﺮِﺑ ْﺖَﻌِﺳَﻭ ﻲِﺘَّﻟﺍ ٍﺀْﻲَﺷ َّﻞُﻛ ، ْﻲِﻟ َﺮِﻔْﻐَﺗ ْﻥﺃ “Allahumma inni as-aluka
bi rohmatikal latii wasi’at
kulla syain an taghfirolii-
ed”
[Ya Allah, aku memohon
rahmatmu yang meliputi segala sesuatu, yang
dengannya engkau
mengampuni aku](HR. Ibnu
Majah: 1/557, no. 1753;
dinilaihasan oleh al-Hafizh dalam takhrij beliau untuk
kitab al-Adzkar; lihat
Syarah al-Adzkar: 4/342)
[8] —
[1] Shahih wa Dhaif Sunan
Abi Daud, Kitab ash-
Shaum, Bab al-Qaul ‘inda
al-Ifthar, hadits no. 2358.
[2] Tahdzirul Khalan min Riwayatil Hadits hawla
Ramadhan, hlm. 74-75.
[3] Lihat Irwaul Gholil,
4/38-ed.
[4] Lihat Irwaul Gholil,
4/37-38-ed. [5] Lihat Zaadul Ma’ad,
2/45-ed.
[6] Mirqotul Mafatih,
6/304-ed.
[7] Syarah Hisnul Muslim,
bab Dua’ ‘inda Ifthari ash-Shaim, hadits no. 176.
[8] Syarah Hisnul Muslim,
bab Dua’ ‘inda Ifthari
ash-Shaim, hadits no. 177.