Laman

Entri Populer

Tampilkan postingan dengan label jujur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label jujur. Tampilkan semua postingan

Rabu, Desember 29, 2010

kejujuran HARGA MATI

Rasululloh bersabda, “Hendaklah kamu sekalian berbuat jujur.
Sebab kejujuran membimbing
kearah kebajikan. Dan kebajikan
membimbing kearah syurga. Tiada
henti-hentinya seseorang
berbuat jujur dan bersungguh- sungguh dalam melakukan
kejujuran sehingga dia ditulis
disisi Allah sebagai orang jujur.
Dan hindarilah perbuatan dusta.
Sebab dusta membimbing kearah
kejelekan. Dan kejelekan membimbing kearah neraka.
Tiada henti-hentinya seseorang
berbuat dusta dan bersungguh-
sungguh dalam melakukan dusta
sehingga dia ditulis disisi Allah
sebagai pendusta” (HR. Bukhari Muslim) J-u-j-u-r ! Sebuah istilah, simbol kemuliaan akhlak manusia
yang mengaku beriman dan
bertaqwa kepada Allah SWT.
Sebuah kata sederhana, tetapi
menjadi syarat utama yang
harus dibawa calon-calon pelamar penghuni Surga.
Kebalikannya adalah sifat
pendusta/pembohong, sebuah
tindakan ‘ pengecut’ dari seseorang dalam menghadapi
atau menerima ujian dan karunia
Allah SWT. Pendusta selalu
menyembunyikan kebenaran
yang telah diakui hati nuraninya
dan menunjukkan ‘ kebalikan’ - nya kepada manusia lain dengan
motif keuntungan pribadi. Pantas sekali Allah SWT
menghadiahi pendusta dengan
hukuman berat. Sebuah tempat
yang paling bawah di neraka
sudah disediakan. Kedustaan
adalah ciri orang-orang munafik. Seperti yang terukir dalam
QS.63:01.
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka
berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar
Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul-Nya; dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya
orang-orang munafik itu benar-
benar orang pendusta.” Kejujuran adalah harga mati. Jika kejujuran hilang dari muka
bumi, maka peradaban dunia tidak akan lagi bersahabat dengan manusia. Kepalsuan
seorang penguasa dalam berjanji
dan curang dalam mengelola
negara akan menimbulkan kesusahan masal pada rakyatnya. Kepalsuan seorang karyawan untuk memperoleh
keuntungan ‘ haram’ dan menjilat pimpinan demi perlakuan
yang lebih baik, cepat atau
lambat itu akan membuat
kehancuran perusahaan. Kebohongan seorang istri kepada suami dalam mengurus
rumah tangga akan bermuara
pada jauhnya iklim sakinah dalam
keluarga, begitupun sebaliknya. Kejujuran antara suami, istri dan anak akan membuat
ketentraman dan keberkahan,
karena Allah SWT akan selalu menaungi keluarga hamba-Nya yang jujur. Seorang mahasiswa yang selalu tidak jujur dalam ujian, hanya
akan menghasilkan prestasi ‘ semu’ . Sifat tercela itu akan terus terbawa ketika bekerja
dan berinteraksi dalam
lingkungan berikutnya. Bukankah kebohongan yang pertama akan disusul
kebohongan-kebohongan
berikutnya? (hayo ngaku!) Jurus-jurus lisan pelaku
yang tidak jujur ; - Wah, jaman susah seperti ini
kog jujur!. Lha wong tidak jujur
saja masih tetep susah.
- Kalo saya jujur, kapan saya
bisa beli rumah dan mobil?
- Biarlah saya tidak jujur, toh hasilnya akan saya sisihkan
untuk beramal dan nyumbang
anak yatim. Dan saya akan
bertobat dan berbuat jujur,
nanti!.
- Kenapa saya harus takut?lha wong semua orang disini
melakukannya yang penting TST-
lah (tahu sama tahu), beres!.dsb Begitulah seorang munafik
yang akan selalu mencari
kambing hitam dan
pembenaran. Begitu merajalelanya kedustaan
menimbulkan kelangkaan spesies orang jujur. Sehingga
orang jujur banyak dicari untuk diberi penghargaan yang
istimewa. Dalam pandangan syari’ at, jujur dalam bahasa arab disebut ‘ ash Sihdqun’ . Demi memudahkan dalam memahami dan
mengamalkannya. Kejujuran
dapat diklasifikasikan pada ; 1. Jujur Hati (Shidqul Qalbi) Begitu banyak ayat dalam Al-
Qur’ an yang menerangkan kalau ‘ status’ kondisi hati akan mempengaruhi secara
keseluruhan kepada empunya.
Hati akan mensifati semua
kelakuan yang dilakukan anggota
badan lainnya.
Rasululloh bersabda, “Ingatlah dalam tubuh itu ada segumpal
daging. Bila ia baik, akan baiklah
seluruh tubuh. Dan bila ia rusak,
rusaklah seluruhnya. Itulah
kalbu.” (HR. Bukhari) Jika hati sudah tidak jujur
berarti standar kebenaran dalam diri sudah rusak. Setiap perintah yang akan
menggerakan tubuh akan
melewati dulu proses quality
standard di hati. Bayangkan kalo hati itu rusak! maka semua perbuatan akan dilakukan
dengan standar semaunya. Memelihara hati dilakukan
dengan cara : (1) ikhlas dalam
bertindak (2) memupuk tawakal
(3) berusaha selalu khusyuk (4)
selalu berdzikir
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah hanya dengan
mengingat Allahlah hati menjadi
tenang.” (QS.13:28) Dan hati yang salim-lah yang
akan menuntun kita ke Surga. Itulah suatu hari dimana semua
harta dan tahta di dunia tidak berarti sedikitpun bagi manusia. 2. Jujur saat Berucap (Shidqul Hadist)
Ucapan yang benar akan menyelamatkan dan menentramkan manusia disekitarnya. Berucap dengan
jujur berarti telah memikirkan dulu setiap yang akan dikeluarkan dari rongga mulut, bukan malah berpikir belakangan
setelah ucapan diutarakan.
Mengutarakan yang benar berarti berani menanggung
resiko dicaci dan dipuji. Keberanian ini timbul karena keyakinan bahwa Allah SWT tidak
akan menyia-nyiakan sebuah
kejujuran. Tidak ada yang sulit bagi Allah SWT, adalah mudah menolong hamba seketika itu juga dengan tiba-tiba dan tanpa
disangka-sangka.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah
dan katakanlah perkataan yang
benar, niscaya Allah memperbaiki
bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-
dosamu. Dan barangsiapa menta’ ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang
besar.” (QS.33:70-71) Sebaliknya nasib pendusta di dunia, dia akan mencicipi siksaan. Dia akan dilabeli sebagai
‘ orang ini tidak dapat dipercaya’ dan pengkhianat. Lebih celaka lagi bila didoakan tidak baik oleh
semua orang yang telah
teraniaya karenanya. 3. Jujur dalam Amal (Shidqul Amal)
Ucapan dan perbuatan yang tidak matching alias tidak konsekuen akan membuat
kebencian yang sangat besar
dari Allah SWT.
Omongan dan perbuatan ibarat langit dan bumi.
Ucapannya manis tapi
perlakuannya pahit. Bicaranya
halus namun perbuatannya kasar
dan menyakitkan. Omdo alias
omong doang!. NATO (no action talk only). Teori
tok, praktek nol. “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu
mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan.” (QS.61:2-3) 4. Jujur bila Berjanji (Shidqul Wa’ d) Berhati-hatilah dalam membuat janji. Amati, janganlah kita termasuk orang yang pelit yakni
hanya mau melakukan sesuatu
kebaikan jika sudah
mendapatkan sesuatu.
Jangan mudah berjanji, berusahalah jujur pada diri
sendiri dan ukurlah kemampuan
diri. Sehingga tidak terjebak
dalam keterpaksaan dan
ketidakikhlasan.
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan
cara yang lebih baik
(bermanfa’ at) sampai ia dewasa dan penuhilah janji.
sesungguhnya janji itu pasti
diminta pertanggungan
jawabnya.”(QS.17:34) Kalaupun harus berjanji, lakukan dengan tulus. Mintalah pertolongan Allah SWT agar dimudahkan dalam
melaksanakannya sehingga
terpenuhi dengan tepat dan
baik. Berjanji kepada siapapun,
pada hakekatnya berjanji
kepada Allah SWT. “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan
janganlah kamu membatalkan
sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah
meneguhkannya, sedang kamu
telah menjadikan Allah sebagai
saksimu (terhadap sumpah- sumpahmu itu). Sesungguhnya
Allah mengetahui apa yang kamu
perbuat.” (QS.16:91) 5. Jujur dengan kenyataan (Shidqul Haal)
Manusia jujur akan menampilkan diri apa adanya, tanpa topeng yang dibuat- buat. Dia tidak akan memakai
topeng orang lain dalam dirinya.
Dia tanggalkan pakaian kepalsuan. Tidak perlu mendompleng nama besar orang
lain. Tidak perlu bersembunyi
dalam diri orang lain. Semua itu
hanya akan menghasilkan profil
dan status fatamorgana yang
singkat. Karena cepat atau lambat manusia akan menemukan keaslian dari kita, walaupun dibungkus rapi. Rasululloh SAW senantiasa
mengingatkan kepada umatnya,
“Orang yang merasa kenyang dengan apa yang tidak
diterimanya sama seperti orang
yang memakai dua pakaian
palsu.” (HR. Muslim) Mari kita tinggalkan segala kepalsuan yang telanjur menempeli diri kita. Hadapilah
resiko kejujuran dengan berani.
Pada dasarnya hanya kepada
Allah lah kita merasa takut.
Takut tidak bisa
mempertanggungjawabkan segala perilaku kita. Takut tidak diperkenankan memasuki
Surganya Allah.
Rasululloh SAW bersabda,
“Pegang teguhlah 6 perkara niscaya akau memberi jaminan
surga. Berbicaralah dengan jujur
bila kamu berbicara.Tepatilah
janji bila kamu berjanji.
Sampaikanlah amanat bila kamu
diamanati. Jagalah farjimu dari perbuatan zina. Palingkanlah
pandanganmu dari perbuatan
maksiyat. Dan, tahanlah
tanganmu dari meminta-minta.” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban dari
‘ Ubadah bin Shamit) Kejujuran bukanlah suatu
kelebihan tetapi sebuah
kewajiban. Semoga bermanfaat