Laman

Entri Populer

Tampilkan postingan dengan label nasehat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label nasehat. Tampilkan semua postingan

Minggu, Juni 05, 2011

mengingatkan diri dengan azab allah


Segala puji hanya bagi Allah,
shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW,
keluarga, sahabat dan kepada
seluruh pengikut beliau yang senantiasa mengikuti jalan
petunjuknya. Segala puji hanya bagi Allah,
manusia adalah makhluq ciptaan
Allah yang paling spesifik yang
Allah ciptakan untuk hidup dan
menghuni alam dunia ini dengan
tujuan yang sama dengan makluq-makhluq yang lain yaitu
untuk selalu beribadah dan
bertasbih kepada Allah. . Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-
Ku. (QS. 51:56) Semua yang berada di
langit dan yang berada di
bumi bertasbih kepada Allah
(menyatakan kebesaran
Allah). Dan Dialah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 57:1)
Kepunyaan-Nyalah kerajaan
langit dan bumi.Dia
menghidupkan dan
mematikan, dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (QS. 57:2) . Allah SWT telah memberikan
kelengkapan baik dalam diri
manusia maupun petunjuk-
petunjuk yang harus diketahui
oleh manusia, sehingga manusia
akan selalu hidup berada pada jalan yang lurus. . Dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (QS. 16:78) Dan Dialah yang telah
menciptakan bagi kamu
sekalian, pendengaran,
penglihatan dan hati. Amat
sedikitlah kamu bersyukur.
(QS. 23:78) . Allah pula yang mengutus para
Nabi dan rasul untuk
mengingatkan manusia agar
manusia selalu berjalan di jalan
yang lurus sesuai dengan yang
dikehendaki Allah SWT. Dengan segala indra-indra, aqal dan
hatinya manusia diperintah untuk
selalu belajar dan
menyempurnakan diri dalam
memahami kehendak Allah dan
menta’ ati Allah SWT . Sebagaimana Kami telah
mengutus kepadamu Rasul
di antara kamu yang
membacakan ayat-ayat
Kami kepada kamu dan
mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-
Kitab dan Hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu
apa yang belum kamu
ketahui. (QS. 2:151) Dan Kami turunkan (al-
Qur’ an itu dengan sebenar-benarnya dan al-
Qur’ an telah turun dengan (membawa) kebenaran. Dan
Kami tidak mengutus kamu,
melainkan sebagai pembawa
berita gembira dan pemberi
peringatan. (QS. 17:105) . Allah SWT, menciptakan manusia
agar selalu berbuat yang baik-
baik dan benar dan semua
ukuran kebenaran dan kebaikan
itu untuk di zaman hari ini
semuanya telah tercantum di dalam Al-Qur’ an dan As-Sunnah. Setiap orang yang masuk Islam
telah masuk Islam dengan
bersyahadat, bersaksi bahwa
tidak ada ilah (sesembahan)
selain Allah Tuhan Semesta Alam
dan bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Konsekwensi
syahadat adalah setiap orang
Islam wajib memperdalam
pemahaman penghayatan dan
pengamalan Al-Qur’ an dan As- Sunnah. Kemudian menata diri
dengan menjalankan segala
perintah Allah dan menjauhi
segala larangan Allah. Bila seseorang hanya
bersyahadat saja padahal telah
diberi umur panjang namun
kecintaannya kepada Allah dan
Rasulnya tidak ada, dan tidak
mau menyempurnakan pemahaman, penghayatan dan
pengamalan Islam, dan
mencukupkan diri dengan
pengakuan maka Allah SWT
menyatakan orang-orang yang
demikian sebagaimana dalam firmannya yang artinya . Orang-orang Arab Badwi
itu, lebih sangat kekafiran
dan kemunafikannya, dan
lebih wajar tidak
mengetahui hukum-hukum
yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya. Dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. (QS. 9:97) . Allah mencela dengan celaan
yang sangat kepada orang-
orang yang mengaku islam
namun tidak pernah terbentik di
hatinya untuk menyempurnakan
mengamalkan Islam sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah
kepada mereka. Allah Tuhan yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang, namun
Allah sangat murka kepada
manusia-manusia yang terus
menerus hidup di dalam
kebodohan dan kezaliman. . Sesungguhnya Kami telah
mengemukakan amanat
kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya
manusia itu amat zalim dan
amat bodoh, (QS. 33:72) sehingga Allah mengazab
orang-orang munafik laki-
laki dan perempuan dan
orang-orang musyrikin laki-
laki dan perempuan; dan
sehingga Allah menerima taubat orang-orang
mu’ min laki-laki dan perempuan. Dan adalah
Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (QS.
33:73) . Kemurkaan Allah akan Allah
timpakan kepada orang-orang
suka dalam kondisi zalim dan
bodoh , yang tidak mau
meningkatkan kwalitas kebaikan
dirinya dengan tekun belajar kepada petunjuk-petunjuk Allah
Al-Qur’ an dan As-Sunnah. Allah telah memberi peringatan-
peringatan kepada manusia yang
menyimpang hidupnya dengan
berbagai macam kesulitan dan
kekacauan agar manusia kembali
bertekun kepada hukum-hukum kebenaran Allah . Dan Allah telah membuat
suatu perumpamaan
(dengan) sebuah negeri
yang dahulunya aman lagi
tenteram, rezkinya datang
kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat,
tetapi (penduduk)nya
mengingkari nikmat-nikmat
Allah; karena itu Allah
merasakan kepada mereka
pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa
yang selalu mereka
perbuat. (QS. 16:112) Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus (rasul-
rasul) kepada umat-umat
yang sebelum kamu,
kemudian Kami siksa mereka
dengan (menimpakan) kesengsaraan dan
kemelaratan, supaya
mereka bermohon (kepada
Allah) dengan tunduk
merendahkan diri. (QS. 6:42)
Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada
Allah) dengan tunduk
merendahkan diri ketika
datang siksaan Kami kepada
mereka, bahkan hati
mereka telah menjadi keras dan syaitanpun
menampakkan kepada
mereka kebagusan apa
yang selalu mereka
kerjakan. (QS. 6:43) Dan sesungguhnya Kami
telah pernah menimpakan
azab kepada mereka, maka
mereka tidak tunduk
kepada Tuhan mereka, dan
(juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan
merendahkan diri. (QS.
23:76)
Hingga apabila Kami
bukakan untuk mereka
suatu pintu yang ada azab yang amat sangat (di
waktu itulah) tiba-tiba
mereka menjadi putus-asa.
(QS. 23:77) . Segala puji bagi Allah,Allah Tuhan
semesta Alam menghendaki
manusia untuk hidup dengan
tujuan yang sangat utama, yaitu
hidup selalu dekat kepada Allah
Tuhan Yang Maha Suci, Maha Tinggi dan Maha Mulia, selalu
dalam ketundukan, kepatuhan
mengikuti jalan-jalan kesucian,
ketinggian dan kemuliaan. Jika manusia enggan menempuh
jalan-jalan kesucian, ketinggian
dan kemuliaan maka manusia
akan hidup di dunia ini
menghadapi berbagai macam
kesulitan yang bertubi-tubi, itu semua adalah siksa di dunia dan
di akherat mereka akan kembali
kepada Allah dengan siksa yang
lebih keras dan lebih kekal
. Sebenarnya, mereka telah
mendustakan kebenaran tatkala
kebenaran itu datang kepada
mereka, maka mereka berada
dalam kadaan kacau balau. (QS.
50:5) Kabarkanlah kepada orang-
orang munafik bahwa
mereka akan mendapat
siksaan yang pedih. (QS.
4:138) merekalah orang-orang
yang kafir sebenar-
benarnya. Kami telah
menyediakan untuk orang-
orang yang kafir itu
siksaan yang menghinakan. (QS. 4:151) Maka tatkala mereka
melupakan apa yang
diperingatkan kepada
mereka, Kami selamatkan
orang-orang yang melarang
dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada
orang-orang yang zalim
siksaan yang keras,
disebabkan mereka selalu
berbuat fasik. (QS. 7:165) Dan adapun orang-orang
yang fasik (kafir), maka
tempat mereka adalah
neraka, setiap kali mereka
hendak keluar daripadanya,
mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan
kepada mereka:”Rasakanlah siksa neraka yang dahulu
kamu mendustakannya”. (QS. 32:20) .
Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan Semesta Alam yang telah menghidupkan kita di dunia ini dengan tujuan yang sangat- sangat-sangat-sangat-sangat- sangat-sangat mulia, namun banyak umat manusia yang mengabaikan rambu-rambu petunjuk Allah, sehingga kemudian mereka hidup tanpa tuntunan Allah, dan kemudian jatuh terjerembab kedalam kedurhakaan dan kemudian menuai siksaan yang pedih di dunia dan di akherat. Kita berlindung kepada Allah agar kita tidak menjadi orang-orang yang demikian. Wallahu a’ lam.

WALAU DENGAN EMAS SEPENUH BUMI,JANGAN KAMU KIRA MAMPU MENEBUS DIRIMU DARI AZAB ALLAH

Sebuah Ayat Al Qur’ an telah mengisyaratan dengan tegas
betapa tingginya NILAI iman,
karena orang yang tidak
beriman akan mengalami nasib
yang sangat malang di akhirat.
Bayangkan! Emas sepenuh bumi tidak bisa untuk menebus dosa
kekafiran. Maka alangkah
besarnya nikmat iman yang telah
dianugerahkan oleh Allah SWT
kepada kita. ْﺍﻮُﺗﺎَﻣَﻭ ْﺍﻭُﺮَﻔَﻛ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َّﻥِﺇ ْﻦِﻣ َﻞَﺒْﻘُﻳ ﻦﻠﻓ ٌﺭﺎَّﻔُﻛ ْﻢُﻫَﻭ ِﻮَﻟَﻭ ًﺎﺒَﻫَﺫ ِﺽْﺭﻷﺍ ُﺀْﻞِّﻣ ﻢﻫﺪﺣﺃ ٌﺏﺍَﺬَﻋ ْﻢُﻬَﻟ َﻚِﺌـَﻟْﻭُﺃ ِﻪِﺑ ﻯﺪﺘﻓﺍ َﻦﻳِﺮِﺻﺎَّﻧ ﻦﻣ ﻢﻬﻟ ﺎﻣﻭ ٌﻢﻴِﻟَﺃ “Sesungguhnya orang- orang yang kafir dan mati
sedang mereka tetap dalam
kekafirannya, maka
tidaklah akan diterima dari
seseorang di antara
mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri
dengan emas (yang
sebanyak) itu. Bagi mereka
itulah siksa yang pedih dan
sekali-kali mereka tidak
memperoleh penolong”. (QS.3: 91 ). Allah SWT berfirman mengancam
dan memperingatkan orang yang
kafir sesudah imannya, kemudian
kekafirannya makin bertambah,
yakni terus-menerus dalam
kekafiran sampai mati. Tidak mau tobat atau tidak sempat
bertobat. Dan tidaklah taubat itu diterima
Allah dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan (yang)
hingga apabila datang ajal
kepada seseorang di antara
mereka, (barulah) ia mengatakan : “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. dan tidak (pula diterima taubat)
orang-orang yang mati sedang
mereka di dalam kekafiran. bagi
orang-orang itu telah Kami
sediakan siksa yang pedih. (QS.4:
18). Barangsiapa mati masih dalam
kekafiran, maka tidak akan
ditrima darinya suatu
kebaikanpun untuk selama-
lamanya, sekalipun menginfakkan
emas sepenuh bumi (alias mustahil). Belum percayakah? Berapakah nilai emas sepenuh
bumi ? Berikut ini adalah sebuah
ilustrasi emas sepenuh bumi.
Volume planet bumi adalah : 1,0832073 x 1012 km3 ( sumber :
Wikipedia ).
= 1.083.207.300.000 x
( 1.000.000.000 ) x ( 1.000.000 )
cm3
= 1.083.207.300.000.000.000.000.000.
000 cm3.
Jika berat jenis emas adalah
19,32 gram/cm3 maka total
berat emas sepenuh bumi:
= 19,32 x 1.083.207.300.000.000.000.000.000.
000
= 20.927.565.036.000.000.000.000.
000.000 gram.
Bila harga emas per gram nya
sebesar Rp. 250.000,- maka nilai emas sebanyak itu adalah :
= 20.927.565.036.000.000.000.000.
000.000 gram x Rp 250.000,-
= Rp.
5.231.891.259.000.000.000.000.000.
000.000.000,- Andaikan ber-asumsi anggaran
pemerintah Indonesia 1000
trilyun pertahun, maka uang
sebesar itu bisa untuk membiayai
anggaran pemerintah Indonesia
selama 5.231.891.259.000.000.000 tahun atau kira-kira 5 milyar
trilyun tahun. Sebuah kekayaan
yang sangat besar dan di dunia
ini, sekaligus tidak ada seorang
pun yang memiliki kekayaan
sebesar itu. Tapi bagi Allah, kekayaan sebesar itu belumlah
cukup untuk menebus dirinya
dari adzab Allah. Ini hanyalah sebuah ilustrasi
untuk mengeaskan “sangat berharganya” iman yang dimiliki oleh seorang hamba. Tak bisa
dinilai dengan nilai dunia
sebanyak apa pun. Maka
beruntunglah yang tela dirintis
beriman semenjak lahir, dan
sangat beruntung juga bagi yang beriman setelah kafir. Akan tetapi pertanyaan yang
perlu diajukan kepada diri kita
masing-masing adalah “Benarkah kita ini telah sungguh-sungguh
beriman? Jangan-jangan kita ini
termasuk golongan yang disebut
oleh Allah SWT dalam surat Al-
Hujurat 14. ْﻢَّﻟ ﻞﻗ ﺎﻨﻣﺁ ُﺏﺍَﺮْﻋَﺄْﻟﺍ ِﺖَﻟﺎَﻗ ﺎﻨﻤﻠﺳﺃ ﺍﻮﻟﻮﻗ ﻦﻜﻟﻭ ﺍﻮﻨﻣﺆﺗ ﻲﻓ ُﻥﺎَﻤﻳِﺈْﻟﺍ ِﻞُﺧْﺪَﻳ ﺎﻤﻟﻭ َﻪَّﻠﻟﺍ ﺍﻮﻌﻴﻄﺗ ﻥﺇﻭ ْﻢُﻜِﺑﻮُﻠُﻗ ْﻢُﻜِﻟﺎَﻤْﻋَﺃ ْﻦِّﻣ ﻢﻜﺘﻠﻳ ﺎﻟ ُﻪَﻟﻮُﺳَﺭَﻭ ٌﻢﻴِﺣَّﺭ ٌﺭﻮُﻔَﻏ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﻥِﺇ ًﺎﺌْﻴَﺷ Orang-orang Arab Badui itu
berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi Katakanlah ‘ kami telah tunduk’ , karena iman itu belum masuk ke dalam
hatimu; dan jika kamu taat
kepada Allah dan Rasul-Nya,
Dia tidak akan mengurangi
sedikitpun pahala
amalanmu; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” Atau jangan-jangan lebih parah
lagi seperti difirmankan oleh Allah
SWT dalam surat Al-Haj 11. ﻰﻠﻋ َﻪَّﻠﻟﺍ ُﺪُﺒْﻌَﻳ ﻦﻣ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ َﻦِﻣَﻭ َّﻥَﺄَﻤْﻃﺍ ٌﺮْﻴَﺧ ُﻪَﺑﺎَﺻَﺃ ْﻥِﺈَﻓ ٍﻑْﺮَﺣ َﺐَﻠَﻘﻧﺍ ٌﺔَﻨْﺘِﻓ ُﻪْﺘَﺑﺎَﺻَﺃ ْﻥِﺇَﻭ ِﻪِﺑ ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ َﺮِﺴَﺧ ِﻪِﻬْﺟَﻭ ﻰﻠﻋ ُﻥﺍَﺮْﺴُﺨْﻟﺍ َﻮُﻫ َﻚِﻟَﺫ َﺓَﺮِﺧﺂْﻟﺍَﻭ ُﻦﻴِﺒُﻤْﻟﺍ Dan di antara manusia ada
orang yang menyembah
Allah dengan berada di tepi;
Maka jika ia memperoleh
kebajikan, tetaplah ia
dalam Keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu
bencana, berbaliklah ia ke
belakang. rugilah ia di dunia
dan di akhirat. yang
demikian itu adalah
kerugian yang nyata. Rasulullah SAW mengingatkan kita
semua bahwa iman itu yazidu wa
yanqushu, bertambah dan
berkurang setiap saat. Maka
beliau juga perintahkan kepada
kita untuk senantiasa memperbaharui iman kita. Oleh
karena itu sangat perlu bagi
kita, dari waktu ke waktu,
menengok iman kita, mengukur
dan mengevaluasi iman kita,
menjaganya dari proses degradasi, proses penurunan dan
pelemahan iman, dan berupaya
terus melakukan peningkatan
dan penguatan. Beberapa penanda sebagai
patokan untuk mengukur dan
mengevaluasi iman kita, bisa kita
rujuk kepada ayat-ayat Al-
Qur’ an, satu di antaranya adalah firman Allah dalam surat
Al-Anfal : 02-04. ﺍﺫﺇ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ﺎﻤﻧﺇ ْﻢُﻬُﺑﻮُﻠُﻗ ْﺖَﻠِﺟَﻭ ُﻪّﻠﻟﺍ َﺮِﻛُﺫ ُﻪُﺗﺎَﻳﺁ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ْﺖَﻴِﻠُﺗ ﺍﺫﺇﻭ ْﻢِﻬِّﺑَﺭ ﻰﻠﻋﻭ ًﺎﻧﺎَﻤﻳِﺇ ْﻢُﻬْﺗَﺩﺍَﺯ َﻥﻮُﻠَّﻛَﻮَﺘَﻳ ﺎﻤﻣﻭ َﺓَﻼَّﺼﻟﺍ َﻥﻮُﻤﻴِﻘُﻳ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻥﻮُﻘِﻔﻨُﻳ ْﻢُﻫﺎَﻨْﻗَﺯَﺭ ًﺎّﻘَﺣ َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ُﻢُﻫ َﻚِﺌـَﻟْﻭُﺃ ْﻢِﻬِّﺑَﺭ َﺪﻨِﻋ ٌﺕﺎَﺟَﺭَﺩ ْﻢُﻬَّﻟ ٌﻢﻳِﺮَﻛ ٌﻕْﺯِﺭَﻭ ٌﺓَﺮِﻔْﻐَﻣَﻭ Sesungguhnya orang-orang
yang beriman ialah mereka
yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya
kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. (yaitu) orang-
orang yang mendirikan
shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan
kepada mereka. Itulah
orang-orang yang beriman
dengan sebenar-benarnya.
mereka akan memperoleh beberapa derajat
ketinggian di sisi Tuhannya
dan ampunan serta rezki
(nikmat) yang mulia. ﺍﻮﻨﻣﺁ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ﺎﻤﻧﺇ ﺍﻮﺑﺎﺗﺮﻳ ْﻢَﻟ َّﻢُﺛ ِﻪِﻟﻮُﺳَﺭَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ْﻢِﻬِﻟﺍَﻮْﻣَﺄِﺑ ﺍﻭﺪﻫﺎﺟﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﻞﻴِﺒَﺳ ﻲﻓ ْﻢِﻬِﺴُﻔﻧَﺃَﻭ َﻥﻮُﻗِﺩﺎَّﺼﻟﺍ ُﻢُﻫ َﻚِﺌَﻟْﻭُﺃ Sesungguhnya orang-orang
yang beriman itu hanyalah
orang-orang yang percaya
(beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta
dan jiwa mereka pada jalan
Allah. mereka Itulah orang-
orang yang benar.(QS.49:15) Beberapa hal yang bisa sarikan
dari penjelasan diatas adalah : Pertama, jaga dan pelihara
iman yang sudah Allah
semayamkan dalam dada
kita masing-masing. Jangan hanya karena nilai dunia yang
tidak seberapa (jika
dibandingkan kebahagiaan surga)
, iman kita tergadaikan.
Sebaliknya, tantangan sebesar
apapun hendaknya tidak membuat kita jadi menyerah.
Ingat, bahkan nilai Iman ini lebih
berharga dibanding nyawa kita
sendiri. Mengorbankan nyawa
untuk iman adalah suatu yang
relistis, logis dan akuntabel. Dan itulah resiko sebagai orang yang
mengaku beriman. Kedua, jangan segan &
menunda untuk bertaubat
(dengan syarat sebenar-
benarnya). Karena itulah cara terbaik menjaga dan
meningkatkan iman. Dengan
bertaubat, maka akan bertekad
selalu memperbaiki diri dan
memperbanyak amalan shaleh
sebagai penutup kesalahan dan dosa yang dilakukan. Jangan
sampai terlambat sebelum ajal
datang. Kedua, Tingkatkan dakwah
kepada diri, keluarga,
sekitar dan seluas-luasnya. Bukanlah termasuk beriman yang
sebenarnya ketika mempunyai
anggapan “yang penting saya selamat dan mendapat ridho-Nya
masuk surga tanpa peduli kondisi
orang lain”. Berdakwah dengan santun, saling nasehat-
menasehati dengan ikhlas tanpa
kedengkian. Ketiga, Keshalehan ibadah
kepada Allah tidak akan
berarti jika tidak
dibuktikan dengan
keshalehan sosial. Keimanan akan berarti apabila mempunyai
manfaat bagi diri dan orang lain.
Dan keimanan akan berarti jika
orang lain merasa aman berada
diantara kita.
Semoga bermanfaat

Kamis, Mei 26, 2011

wasiat rosulullah kepada ibnu abbas

Wahai para orang tua…. Pernahkah kau katakan kepada anak-anakmu: (-”Jagalah hak- hak ALLAH, niscaya ALLAH pun akan menjaga kalian.“-) ?. Kemudian apa kata mereka setelah mendengar wejangan ini? Mengertikah mereka, apa makna menjaga ? Ingat! Rasulullah - Shallallahu alaihi wa sallam- menyampaikan kalimat ini kepada Ibnu Abbas -radhiallahu anhu-, yang usianya ketika itu belum mencapai 10 tahun. Dan Ibnu Abbas -radhiallahu anhu- mengerti makna kiasan -yang sangat indah dan halus- tersebut yang artinya menjaga perintah dan larangan ALLAH. Pernahkah kau katakan kepada anak-anakmu:(-”Jika berdo’ a, berdo’ alah kepada ALLAH. Dan jika meminta pertolongan, mintalah kepada ALLAH.”-) ? Melalui lafadznya saja sudah dimaklumi, bahwa Rasulullah - Shallallahu alaihi wa sallam- bukan sedang memerintahkan Ibnu Abbas berdo’ a – melalui wasiat ini-, bukan pula sedang mengajarkannya, tetapi Beliau - Shallallahu alaihi wa sallam- sedang mengajarkan arti Tauhid dan menanamkannya. Ya, do’ a adalah inti dari ibadah, karena dengan berdo’ a seseorang secara tak langsung telah mengakui akan adanya ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa. Sebab, mustahil seseorang akan berdo’ a atau meminta jika yang diserunya itu tak ia yakini ada. Karenanya, dengan mengajari anak berdo’ a, artinya kita telah menanamkan kepadanya keyakinan akan ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa Yang Mencipta, Memiliki, dan Mengatur alam semesta ini. Ya, do’ a adalah inti dari ibadah, karena dengan berdo’ a seseorang secara tak langsung telah mengakui bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa itu Maha Mendengar dan Mengetahui. Sebab, mustahil seseorang akan berdo’ a dan meminta manakala ia tak meyakini bahwa yang diserunya itu mampu mendengar dan memahami, sebagaimana tak mungkinnya seseorang mengutarakan hajat dan maksudnya kepada yang tak mampu mendengar dan mengetahui isi pembicaraannya. Karenanya, dengan mengajari anak berdo’ a, artinya kita telah menanamkan kepadanya keyakinan bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa itu Maha Mendengar dan Mengetahui. Ya, do’ a adalah inti dari ibadah, karena dengan berdo’ a seseorang secara tak langsung telah mengakui bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa itu Maha Kaya dan Memberi Kekayaan. Sebab, mustahil seseorang akan berdo’ a dan meminta manakala ia tak meyakini bahwa yang diserunya itu kaya dan mampu memberikan kekayaan, sebagaimana tak mungkinnya seseorang meminta kepada yang miskin dan tak mampu membagi kekayaannya. Karenanya, dengan mengajari anak berdo’ a, artinya kita telah menanamkan kepadanya keyakinan bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa itu Maha Kaya dan Memberi Kekayaan. Ya, do’ a adalah inti dari ibadah, karena dengan berdo’ a seseorang secara tak langsung telah mengakui bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa itu Maha Memberi dan Mengabulkan Do’ a. Sebab, mustashil seseorang akan berdo’ a dan meminta manakala ia tak meyakini bahwa yang diserunya itu mau dan mampu memenuhi permintaannya, sebagaimana tak mungkinnya seseorang meminta kepada yang terkenal pelit atau bakhil. Karenanya, dengan mengajari anak berdo’ a, artinya kita telah menanamkan kepadanya keyakinan bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa itu Maha Memberi dan Mengabulkan Do’ a. Dan keyakinan ini merupakan pula tanda baik sangkanya seorang hamba kepada ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa. Ya, do’ a adalah inti dari ibadah, karena dengan berdo’ a seseorang secara tak langsung telah mengakui kelemahannya dan butuhnya ia akan ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa. Sebab, mustahil seseorang akan berdo’ a dan meminta manakala ia merasa mampu memenuhi segala kebutuhannya dan mengatasi segala masalahnya tanpa bantuan ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa. Karenanya, dengan mengajari anak berdo’ a, artinya kita telah menanamkan kepadanya keyakinan bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa- lah tempat bergantung dan satu- satunya zat yang layak diibadahi. Ya, do’ a merupakan cara paling ampuh untuk menanamkan Tauhid kepada anak. Bagaimana dengan anak-anak kita? Sudahkah mereka pandai dan terbiasa berdo’ a ? Atau sudahkah kita mengajarkan mereka do’ a-do’ a yang bisa mereka ucapkan di sepanjang siang dan malam mereka? Kemudian… Pernahkan kau katakan kepada anak-anakmu: (-”Ketahuilah! Sesungguhnya, seandainya seluruh manusia bersatu ingin memberikan kebaikan kepadamu, mereka tak akan sanggup kecuali sebatas apa yang telah ALLAH tetapkan bagimu. Juga, seandainya seluruhnya mereka bersatu ingin mendatangkan keburukan kepadamu, mereka tak akan sanggup kecuali sebatas apa yang telah ALLAH tetapkan atasmu. Kalam telah diangkat dan lembaran- lembaran catatan takdir telah terlanjur kering.”-) ? Sungguh sulit dibayangkan, anak yang belum lagi mencapai usia 10 tahun mendengarkan ungkapan- ungkapan seperti di atas. Kalau bukan karena cerdas atau terbiasanya mendengar kalimat- kalimat bermutu, tentu tak mungkin seorang anak seumurnya memahami perkara ini. Maka, obrolan macam apa yang biasa didengar anak kita, jika kalimat-kalimat semacam di atas terasa sulit mereka pahami? Tentu saja Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- menyadari sekali bahwa Ibnu Abbas -radhiallahu anhu- pasti memahaminya. Dan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam- ingin menanamkan keyakinan kepada Taqdir -baik dan buruk- melalui kiasannya yang demikian indah, sekaligus mengajari Ibnu Abbas -radhiallahu
anhu- bersikap optimis. Ya, semuda itu seorang anak sudah harus tahu perkara semacam ini. Bagaimana dengan anak-anak kita? Kemudian… Pernahkah kau katakan kepada anak-anakmu: (-”Ingatlah kepada ALLAH tatkala kau sedang dalam kelapangan, maka ALLAH pun akan ingat kepadamu ketika engkau dalam kesempitan.”-) ? Mengertikah mereka akan maksudnya? Mengertikah mereka kalau yang dimaksudkan - Ingatlah kepada ALLAH tatkala kau sedang dalam kelapangan- adalah bersyukur, bersyukur manakala kita sedang dalam keadaan sehat, senang, atau hidup berkecukupan apalagi berlebihan? Dan mengertikah mereka kalau yang dimaksud - ALLAH pun akan ingat kepadamu ketika engkau dalam kesempitan- adalah datangnya pertolongan ALLAH kepada kita, di antaranya dikaruniakan kesabaran dan kekuatan untuk bersabar? Ya, sejak kecil seorang anak sudah harus diajar untuk mengerti arti bersyukur. Dibiasakan untuk senantiasa - bahkan lebih- mengingat ALLAH ketika sedang bersenang hati, bukan justru menjadi lalai. Dan membiasakan anak -atau siapa saja- ingat kepada ALLAH sering lebih efektif justru ketika mereka sedang dalam keadaan gembira. Lakukan ini! Yakni, ketika kita sedang bersenang- senang dengan mereka -ketika sedang bertamasya dan berlari- lari di taman, atau sedang bercengkrama dan bercanda di rumah, misalnya- berhentilah sejenak dan pegang tangannya, kemudian katakan kepadanya, ” Kau bahagia.., senang ? Bersyukurlah kepada ALLAH !” Juga yang seperti ini bisa dilakukan seorang suami kepada isterinya, atau sebaliknya. Di saat-saat mereka bersenang- senang, bertanyalah yang satu kepada yang lainnya, “Kau bahagia…, kau senang ? Bersyukurlah kepada ALLAH !“ Juga hendaknya kita menyadari bahwa Syukur dan Sabar itu ibarat dua muka dari satu mata uang, tak mungkin yang satu ada tanpa yang lainnya. Seorang yang tak pandai bersyukur - ketika senang- sudah pasti tak mampu bersabar -ketika susah-. Bagaimana dia akan mampu bersabar ketika menghadapi penderitaan, sedangkan ni’ mat saja tak mampu ia rasakan dan syukuri. Juga dapat kita ambil manfa’ at dari wasiat di atas adalah, bahwa menumbuhkan sikap sabar dan kuat -pada anak- di dalam menahan kesusahan harus dimulai dengan mengajarkan mereka untuk pandai-pandai bersyukur tatkala senang. Kemudian… Pernahkan kau katakan kepada anak-anakmu: (-”Ketahuilah, bahwa apa yang tak pantas bagi mu tak akan ALLAH timpakan kepadamu. Dan apa yang ALLAH timpakan kepadamu itu memang layak bagimu.”-) ? Mengertikah mereka akan maksudnya? Mengertikah mereka, bahwa ALLAH SWT tak pernah salah di dalam menetapkan taqdir ? Ya, sedini mungkin seorang anak harus tahu, bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa tidak pernah berbuat dzolim kepada hamba-Nya. Semua yang ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa tetapkan atas hamba-Nya berdasarkan Pengetahuan-Nya, Kebijaksanaan-Nya, Keadilan-Nya,
dan Kasih Sayang-Nya. ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa tak akan menjebloskan hamba-Nya ke dalam neraka, seandainya hamba tersebut tak pantas masuk ke dalamnya. Begitu pula Ia tak akan memasukkan hamba- Nya ke sorga, seandainya hamba tersebut tak pantas masuk ke dalamnya. Dan seseorang yang semula di neraka -disebabkan dosa-dosanya- mungkin saja akhirnya diangkat ke sorga dengan beberapa sebab, seperti mendapatkan syafa’ at dari yang diijinkan ALLAH untuk memberi syafa’ at, selesai sudah adzab baginya, atau memperoleh ampunan dari ALLAH. Tetapi, tak mungkin seseorang yang telah ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa masukkan ke dalam sorga kemudian dikeluarkan kembali dan dijebloskan ke dalam neraka, sebagaimana sering kita dengar dari riwayat yang dianggap sebagai ucapan Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-. Sungguh mustahil ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa memasukkan ke sorga seseorang yang tidak layak menikmatinya, kemudian setelah itu Ia keluarkan dan jebloskan ke dalam neraka. Perhitungan ALLAH sangat teliti dan Ia tidak pernah salah dalam menetapkan taqdir. Bukankah seseorang yang telah dimasukkan ke dalam sorga tak akan sekali-kali dikeluarkan kembali, sebagaimana firman ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa (- Yang artinya: “Dan sekali-kali mereka -yang telah berada di sorga- tak akan lagi pernah dikeluarkan darinya.” / Al Hijr:48-) Ya, sedini mungkin seorang anak harus tahu, bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa tidak pernah salah di dalam menetapkan taqdir. Kemudian… Pernahkah kau katakan kepada anak-anakmu: (-”Ketahuilah, bahwa pertolongan ALLAH bersama kesabaran, perjuangan itu bersama pengorbanan, dan bersama kesulitan ada kemudahan.” -) ? Mengertikah mereka akan ucapan atau ungkapan semacam ini ? Ya, bahwa ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa akan senantiasa menolong orang yang sabar. Begitu pula kita katakan , “Mana ada perjuangan tanpa pengorbanan.” Dan anak-anak kita diajak mengerti, bahwa tidak ada yang gratis di dalam hidup ini. Semua harus ditempuh dengan perjuangan dan memerlukan pengorbanan. Namun demikian, kita ajarkan pula kepada mereka arti sebuah usaha dan sikap optimis, bahwa di balik kesulitan-kesulitan pasti ada kemudahan-kemudahan dan jalan keluar. Ya, sudahkah itu semua kita sampaikan kepada anak-anak kita, walau mungkin dengan cara dan ungkapan yang berbeda ? Sudahkah anak-anak kita mengetahui -sejak usia mereka belum mencapai 10 tahun, bahwa: Ada hak-hak ALLAH yang harus dijaga, berupa perintah dan larangan-Nya.
Berdo’ a kepada ALLAH adalah wujud paling nyata dari perbuatan mentauhidkan ALLAH.
Tak ada yang terjadi tanpa kehendak ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa. ALLAH tidak pernah salah di dalam menetapkan taqdir.
ALLAH menyukai orang yang sabar, bersungguh-sungguh, dan optimis. Ya, sudahkah mereka pernah mendengar hadits ini dan memahaminya ? ﻪﻠﻟﺍ ﻲﺿﺭ ٍﺱﺎَّﺒﻋ ِﻦﺑ ﻪﻠﻟﺍ ِﺪﺒﻋ ْﻦَﻋ َﻝﺎﻗ ﺎﻤﻬﻨﻋ : ِّﻲﺒَّﻨﻟﺍ َﻒﻠَﺧ ُﺖﻨُﻛ r ﻝﺎﻘﻓ : ٍﺕﺎﻤﻠَﻛ ُﻚُﻤِّﻠﻋﺃ ﻲﻧﺇ ُﻡﻼُﻏ ﺎﻳ : َﻚْﻈَﻔْﺤَﻳ ﻪﻠﻟﺍ ِﻆَﻔﺣﺍ ، ﻪﻠﻟﺍ ِﻆَﻔﺣﺍ ﻚﻫﺎﺠﺗ ُﻩْﺪِﺠَﺗ ، ِﻝﺄﺳﺎﻓ ﺖﻟﺄﺳ ﺍﺫﺇ ﻪﻠﻟﺍ ، ْﻦِﻌَﺘﺳﺎﻓ َﺖْﻨﻌَﺘﺳﺍ ﺍﺫﺇﻭ ِﻪﻠﻟﺎﺑ ، ﻰﻠﻋ ﺖﻌﻤﺘﺟﺍ ﻮﻟ َﺔَّﻣُﻷﺍ َّﻥﺃ ﻢﻠﻋﺍﻭ ٍﺀﻲﺸﺑ ﻙﻮﻌﻔﻨﻳ ْﻥﺃ ، َّﻻﺇ ﻙﻮﻌﻔﻨﻳ ﻢﻟ َﻚﻟ ﻪﻠﻟﺍ ُﻪَﺒَﺘَﻛ ﺪﻗ ٍﺀﻲﺸﺑ ، َﻙﻭُّﺮﻀَﻳ ْﻥﺃ ﻰﻠﻋ ﺍﻮﻌﻤﺘﺟﺍ ِﻥﺇﻭ ٍﺀﻲﺸﺑ ، ﺪﻗ ٍﺀﻲﺸﺑ َّﻻﺇ ﻙﻭﺮﻀﻳ ﻢﻟ َﻚﻴﻠﻋ ﻪﻠﻟﺍ ُﻪﺒﺘﻛ ، ُﻒُﺤُّﺼﻟﺍ ِﺖَّﻔَﺟﻭ ُﻡﻼﻗﻷﺍ ِﺖَﻌِﻓُﺭ . ُّﻱﺬﻣﺮﺘﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ ، ﻝﺎﻗﻭ : ٌﺚﻳﺪﺣ ٌﺢﻴﺤَﺻ َﻦﺴﺣ . ﺮﻴﻏ ﺔﻳﺍﻭﺭ ﻲﻓﻭ ﻱﺬﻣﺮﺘﻟﺍ : ﻚﻣﺎﻣﺃ ﻩﺪﺠﺗ ﻪﻠﻟﺍ ﻆﻔﺣﺍ ، ْﻑَّﺮﻌَﺗ ﻲﻓ ﻚﻓﺮﻌﻳ ﺀﺎﺧﺮﻟﺍ ﻲﻓ ِﻪﻠﻟﺍ ﻰﻟﺇ ِﺓَّﺪِّﺸﻟﺍ ، ﻦﻜﻳ ﻢﻟ َﻙَﺄَﻄﺧﺃ ﺎﻣ َّﻥﺃ ْﻢَﻠﻋﺍﻭ َﻚَﺒﻴِﺼُﻴِﻟ ، ﻦﻜﻳ ﻢﻟ َﻚَﺑﺎﺻﺃ ﺎﻣﻭ َﻚَﺌِﻄﺨُﻴﻟ ، ﺮﺒﺼﻟﺍ َﻊَﻣ َﺮْﺼَّﻨﻟﺍ َّﻥﺃ ْﻢَﻠﻋﺍﻭ ، ِﺏْﺮَﻜﻟﺍ َﻊَﻣ َﺝَﺮَﻔﻟﺍ َّﻥﺃﻭ ، َﻊﻣ َّﻥﺃﻭ ًﺍﺮﺴُﻳ ِﺮْﺴُﻌﻟﺍ . Dari Abdullah bin Abbas - radhiallahu anhu-. Ia berkata: Dahulu aku berada dibelakang Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- di atas kendaraannya kemudian ia berkata: “Wahai anak muda, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; Jagalah ALLAH niscaya Ia akan menjagamu. Jagalah ALLAH niscaya kau akan mendapati NYA di hadapanmu. Jika engkau berdo’ a, berdo’ alah kepada ALLAH. Dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada ALLAH. Dan ketahuilah! Sesungguhnya, seandainya seluruh manusia bersatu ingin memberikan kebaikan kepadamu, mereka tak akan sanggup kecuali sebatas apa yang telah ALLAH tetapkan bagimu. Juga, seandainya seluruhnya mereka bersatu ingin mendatangkan keburukan kepadamu, mereka tak akan sanggup kecuali sebatas apa yang telah ALLAH tetapkan atasmu. Kalam telah diangkat dan lembaran-lembaran catatan taqdir telah terlanjur kering.” (H.R. Tirmidzi dan ia berkata: Hadits hasan shohih.) Dan di dalam riwayat selain Tirmdzi: “Jagalah ALLAH niscaya engkau akan mendapatinya berada didepan mu. Ingatlah ALLAH ketika engkau dalam kelapangan, maka Ia akan mengingatmu ketika engkau dalam kesempitan. Dan ketahuilah, bahwa apa yang tak pantas bagi mu maka tak akam ALLAH timpakan kepadamu. Dan apa yang ALLAH timpakan kepadamu itu memang layak bagimu.Dan ketahuilah, bahwa pertolongan ALLAH bersama kesabaran, perjuangan itu bersama pengobanan, dan bersama kesulitan ada kemudahan.”

Minggu, Mei 01, 2011

Anak-anakku.., Hari ini akan menjadi satu
di antara hari-hari yang
paling bersejarah di dalam
kehidupan kalian berdua.
Sebentar lagi kalian akan
menjadi sepasang suami- isteri, yang darinya kelak
akan lahir anak-anak yang
sholeh dan sholehah, dan
kalian akan menjadi
seorang bapak dan seorang
ibu, untuk kemudian menjadi seorang kakek dan
seorang nenek, …… insya Allah. Rentang perjalanan hidup
manusia yang begitu
panjang … sesungguhnya singkat saja. Begitu pula… liku-liku dan pernik-pernik
kerumitan hidup
sesungguhnya jugalah
sederhana. Kita semua..
diciptakan ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa tidak lain untuk beribadah
kepada NYA. Maka, jika kita
semua berharap kelak
dapat berjumpa dengan
ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa … dalam keadaan IA ridlo kepada kita,
hendaklah kita jadikan
segala tindakan kita
semata-mata di dalam
rangka mencari keridlo’ an- NYA dan menyelaraskan diri
kepada Sunnah Nabi-NYA
Yang Mulia -Shallallahu
alaihi wa sallam- “Maka barangsiapa merindukan akan
perjumpaannya dengan
robb-nya, hendaknya ia
beramal dengan amalan
yang sholeh, serta tidak
menyekutukan dengan sesuatu apapun di dalam
peribadatahan kepada
robb-nya.” Begitu pula pernikahan ini,
ijab-qabulnya, adanya wali
dan dua orang saksi,
termasuk hadirnya kita
semua memenuhi undangan
ini… adalah ibadah, yang tidak luput dari keharusan
untuk sesuai dengan
syari’ at ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa. Oleh karena itu… , kepada calon suami anakku… Saya ingatkan, bahwa
wanita itu dinikahi karena
empat alasan, sebagaimana
sabda Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam: “Wanita dinikahi karena empat alasan. Hartanya,
keturunannya,
kecantikannya,atau
agamanya. Pilihlah karena
agamanya, niscaya
selamatlah engkau.” (HR:Muslim) Maka ambilah nanti putriku
sebagai isteri sekaligus
sebagai amanah yang kelak
kamu dituntut bertanggung
jawab atasnya. Dengannya
dan bersamanya lah kamu beribadah kepada ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa, di dalam suka… di dalam duka. Gaulilah ia secara baik,
sesuai dengan yang
diharuskan menurut
syari’ at ALLAH. Terimalah ia sepenuh hati, kelebihan dan
kekurangannya, karena
ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa telah memerintahkan demikian: “Dan gaulilah isteri-isterimu dengan cara yang ma’ ruf. Maka seandainya kalian
membenci mereka, karena
boleh jadi ada sesuatu yang
kalian tidak sukai dari
mereka, sedangkan ALLAH
menjadikan padanya banyak kebaikan.” (An-Nisaa’ :19) Dan ingatlah pula wasiat
Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam-: “Pergaulilah isteri-isteri dengan baik. Karena
sesungguhnya mereka itu
mitra hidup kalian” Dan perlakuanmu terhadap
isterimu ini menjadi cermin
kadar keimananmu,
sebagaimana Sabda Nabi -
Shallallahu alaihi wa sallam-; “Mu’ min yang paling sempurna imannya adalah
yang paling baik akhlaqnya.
Dan sebaik-baik kalian
adalah yang paling baik
terhadap isterinya” “Dan kamu sebagai laki-laki adalah pemimpin di dalam
rumah tangga”. “Lelaki itu pemimpin bagi wanita disebabkan ALLAH
telah melebihkan yang satu
dari yang lainnya dan
disebabkan para lelaki yang
memberi nafkah dengan
hartanya.” (An-Nisaa’ : 34) Maka agar kamu dapat
memimpin rumah tanggamu,
penuhilah syarat-
syaratnya, berupa
kemampuan untuk
menafkahi, mengajari, dan mengayomi. Raihlah
kewibawaan agar isterimu
patuh di bawah pimpinanmu.
Jadilah suami yang
bertanggungjawab, arif dan
lemah lembut , sehingga isterimu merasa hangat dan
tentram di sisimu.
Berusahalah sekuat tenaga
menjadi teladan yang baik
baginya, sehingga ia bangga
bersuamikan kamu. Ya, inilah sa’ atnya untuk membuktikan bahwa kamu
laki-laki sejati, laki-laki
yang bukan hanya lahirnya. Kepada putriku… Saya ingatkan kepadamu
akan sabda Nabi -
Shallallahu alaihi wa
sallam- : “Jika datang kepadamu (- wahai para orang tua anak
gadis-) seorang pemuda
yang kau sukai akhlaq dan
agamanya, maka
nikahkanlah ia. Jika tidak,
maka akan terjadi fitnah dan menyebarnya
kerusakan di muka
bumi.” (HR: Ibnu Majah) Dan semoga -tentunya-
calon suamimu datang dan
diterima karena agama dan
akhlaqnya, bukan karena
yang lain. Maka hendaknya
kau luruskan pula niatmu. Sambutlah dia sebagai
suami sekaligus pemimpinmu.
Jadikanlah perkawinanmu ini
sebagai wasilah ibadahmu
kepada ALLAH Subhaanahu
wa ta’ alaa. Camkanlah sabda Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam-: “Seandainya aku boleh memerintahkan manusia
untuk sujud kepada
sesamanya, sungguh sudah
aku perintahkan sang isteri
sujud kepada suaminya.” Karenanya sekali lagi saya
nasihatkan , wahai putriku… Terima dan sambutlah
suamimu ini dengan sepenuh
cinta dan ketaatan. Layani ia dengan
kehangatanmu… Manjakan ia dengan
kelincahan dan
kecerdasanmu… Bantulah ia dengan
kesabaran dan doamu… Hiburlah ia dengan nasihat-
nasihatmu… Bangkitkan ia dengan
keceriaan dan
kelembutanmu… Tutuplah kekurangannya
dengan mulianya akhlaqmu… Manakala telah kamu
lakukan itu semua, tak ada
gelar yang lebih tepat
disandangkan padamu selain
Al Mar’ atush-Shalihah, yaitu sebaik-baik perhiasan
dunia. Sebagaimana Sabda
Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam-: “Dunia tak lain adalah perhiasan. Dan sebaik-baik
perhiasan dunia adalah
wanita yang sholihah.” Inilah satu kebahagiaan
hakiki -bukan khayali- yang
diidam-idamkan oleh setiap
wanita beriman. Maka
bersyukurlah, sekali lagi
bersyukurlah kamu untuk semua itu, karena tidak
semua wanita memperoleh
kesempatan sedemikian
berharga. Kesempatan
menjadi seorang isteri,
menjadi seorang ibu. Terlebih lagi, adanya
kesempatan, diundang
masuk ke dalam surga dari
pintu mana saja yang kamu
kehendaki. Yang demikian ini mungkin
bagimu selagi kamu
melaksanakan sholat wajib
lima waktu -cukup yang
lima waktu-, puasa -juga
cukup yang wajib- di bulan Ramadhan, menjaga
kemaluan -termasuk
menutup aurat- , dan ta’ at kepada suami. Cukup, cukup
itu. Sebagaimana sabda Nabi
-Shallallahu alaihi wa
sallam-: “Jika seorang isteri telah sholat yang lima, puasa di
bulan Ramadhan, menjaga
kemaluannya, dan ta’ at kepada suaminya. Dikatakan
kapadanya: Silahkan masuk
ke dalam Surga dari pintu
mana saja yang engkau
mau.” Anak-anakku… , Melalui rangkaian ayat-ayat
suci Al Qur’ an dan Hadits- Hadits Nabi Yang Mulia, kami
semua yang hadir di sini
mengantarkan kalian
berdua memasuki gerbang
kehidupan yang baru,
bersiap-siap meninggalkan ruang tunggu, dan
mengakhiri masa penantian
kalian yang lama. Kami
semua hanya dapat
mengantar kalian hingga di
dermaga. Untuk selanjutnya, bahtera
rumah-tangga kalian akan
mengarungi samudra
kehidupan, yang tentunya
tak sepi dari ombak,
bahkan mungkin badai. Karena itu, jangan
tinggalkan jalan ketaqwaan.
Karena hanya dengan
ketaqwaan saja ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa akan mudahkan segala
urusan kalian,
mengeluarkan kalian dari
kesulitan-kesulitan, bahkan
mengaruniai kalian rizki. “Dan barang siapa yang bertaqwa kepada ALLAH,
niscaya ALLAH akan berikan
bagi nya jalan keluar dan
mengaruniai rizki dari sisi
yang tak terduga.” “Dan barang siapa yang bertaqwa kepada ALLAH,
niscaya ALLAH akan
mudahkan urusannya.” Bersyukurlah kalian berdua
akan ni’ mat ini semua. ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa telah mengkaruniakan kalian
separuh dari agama ini,
ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa telah mengkaruniakan kalian
kesempatan untuk
menjalankan syari’ at-NYA yang mulia, ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa juga telah mengkaruniakan
kalian kesempatan untuk
mencintai dan dicintai
dengan jalan yang suci dan
terhormat. Ketahuilah, bahwa
pernikahan ini menyebabkan
kalian harus lebih berbagi.
Orang tua kalian
bertambah, saudara kalian
bertambah, bahkan sahabat-sahabat kalian pun
bertambah, yang kesemua
itu tentu memperpanjang
tali silaturahmi,
memperlebar tempat
berpijak, memperluas pandangan, dan
memperjauh daya
pendengaran. Bukan saja
semakin banyak yang perlu
kalian atur dan perhatikan,
sebaliknya semakin banyak pula yang akan ikut
mengatur dan
memperhatikan kalian.
Maka, barang siapa yang
tidak kokoh sebagai pribadi
dia akan semakin gamang menghadapi kehidupannya
yang baru. Ketahuilah, bahwa anak-
anak yang sholeh dan
sholehah yang kalian idam-
idamkan itu sulit lahir dan
tumbuh kecuali di dalam
rumah tangga yang sakinah penuh cinta dan kasih
sayang. Dan tentunya tak
akan tercipta rumah-
tangga yang sakinah,
kecuali dibangun oleh suami
yang sholeh dan isteri yang sholehah. Akan tetapi, wahai anak-
anakku, jangan takut
menatap masa depan dan
memikul tanggung jawab ini
semua. Jangan bersedih dan
berkecil hati jika kalian menganggap bekal yang
kalian miliki sekarang ini
masih sangat kurang. ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa berfirman: (Artinya): “Dan janganlah berkecil hati juga jangan
bersedih. Padahal kalian
adalah orang-orang yang
mulia seandainya sungguh-
sungguh beriman.” (Ali Imran: 139) Ya, selama masih ada iman
di dalam dada segalanya
akan menjadi mudah bagi
kalian. Bukankah dengan
pernikahan ini kalian bisa
saling tolong-menolong di dalam kebajikan dan taqwa.
Bukankah dengan
pernikahan ini kalian bisa
saling menutupi kelemahan
dan kekurangan masing-
masing. Bersungguh- sungguhlah untuk itu,
untuk meraih segala
kebaikan yang ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa sediakan melalui pernikahan
ini. Jangan lupa untuk
senantiasa memohon
pertolongan kepada ALLAH.
kemudian jangan merasa
tak mampu atau pesimis. Jangan, jangan kalian awali
kehidupan rumah tangga ini
dengan perasaan lemah ! “Bersungguh-sungguhlah kepada yang bermanfa’ at bagimu, mohonlah
pertolongan kepada ALLAH,
dan jangan merasa
lemah!” (HR: Ibnu Majah) Terakhir, ingatlah bahwa
nikah merupakan Sunnah
Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam-, sebagaimana
sabdanya: “Nikah itu merupakan bagian dari Sunnahku. Maka
barang siapa berpaling dari
Sunnahku, ia bukanlah
bagian dari umatku.” Maka janganlah justru
melalui pernikahan ini atau
setelah aqad ini kalian
justru meninggalkan Sunnah
untuk kemudian
bergelimang di dalam berbagai bid’ ah dan kema’ shiyatan. Kepada besanku… Terimalah masing-masing
mereka sebagai tambahan
anak bagi kita. Ma’ lumilah kekurangan-
kekurangannya, karena
mereka memang masih
muda. Bimbinglah mereka,
karena inilah saatnya
mereka memasuki kehidupan yang sesungguhnya. Wajar, sebagaimana
seorang anak bayi yang
sedang belajar berdiri dan
berjalan, tentu pernah
mengalami jatuh untuk
kemudian bangkit dan mencoba kembali. Maka
bantulah mereka sampai
benar-benar kokoh untuk
berdiri dan berjalan sendiri. Bantu dan bimbing mereka,
tetapi jangan mengatur.
Biarkan.., Karena
sepenuhnya diri mereka dan
keturunan yang kelak lahir
dari perkawinan mereka adalah tanggung-jawab
mereka sendiri di hadapan
ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa. Hargailah harapan dan cita-cita yang mereka
bangun di atas ilmu yang
telah sampai pada mereka. Keterlibatan kita yang
terlalu jauh dan tidak pada
tempatnya di dalam
persoalan rumah tangga
mereka bukannya akan
membantu. Bahkan sebaliknya, membuat
mereka tak akan pernah
kokoh. Sementara mereka
dituntut untuk menjadi
sebenar-benar bapak dan
sebenar-benar ibu di hadapan… dan bagi anak- anak mereka sendiri. Ketahuilah, bahwa bukan
mereka saja yang sedang
memasuki kehidupannya
yang baru, sebagai suami
isteri. Kita pun, para orang
tua, sedang memasuki kehidupan kita yang baru,
yakni kehidupan calon
seorang kakek atau nenek
– insya Allah. Maka hendaknya umur dan
pengalaman ini membuat
kita,… para orang tua, menjadi lebih arif dan
sabar, bukannya semakin
pandir dan dikuasai
perasaan. Pengalaman hidup
kita memang bisa jadi
pelajaran, tetapi belum tentu harus jadi acuan bagi
mereka. Jika kelak -dari pernikahan
ini- lahir cucu-cucu bagi
kita. Sayangilah mereka
tanpa harus melecehkan
dan menjatuhkan wibawa
orang tuanya. Berapa banyak cerita di mana
kakek atau nenek merebut
superioritas ayah dan ibu.
Sehingga anak-anak lebih
ta’ at kepada kakek atau neneknya ketimbang
kepada kedua orang
tuanya. Sungguh, akankah
kelak cucu-cucu kita
menjadi anak-anak yang
ta’ at kepada orang tuanya atau tidak, sedikit banyak
dipengaruhi oleh cara kita
memanjakan mereka. Kepada semua, baik yang
pernah mengalami peristiwa
semacam ini, maupun yang
sedang menanti-nanti
gilirannya, marilah kita
do’ akan mereka dengan do’ a yang telah diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi
wa sallam.

10 nasehat untuk para istri

Berikut ini sepuluh wasiat
untuk wanita, untuk istri,
untuk ibu rumah tangga
dan ibunya anak-anak yang
ingin menjadikan rumahnya
sebagai pondok yang tenang dan tempat nan aman yang dipenuhi cinta dan kasih sayang,
ketenangan dan kelembutan.

Wahai wanita mukminah! Sepuluh wasiat ini aku persembahkan untukmu, yang dengannya engkau
membuat ridla Tuhanmu,
engkau dapat membahagiakan suamimu dan engkau dapat menjaga
tahtamu.

Wasiat Pertama:

Takwa kepada Allah dan menjauhi
maksiat Sesungguhnya kemaksiatan
menghancurkan negeri dan
menggoncangkan kerajaan,
dan sudah tentu dapat
meng goncangkan rumahmu.
Wahai hamba Allah…
Jagalah Allah niscaya
Dia akan menjagamu dan menjaga
untukmu suamimu dan
rumahmu.
Sesungguhnya ketaatan akan
mengumpulkan hati dan mempersatukannya,
sedangkan kemaksiatan
akan mengoyak hati dan
mencerai-beraikan keutuhannya. Maka hati-hatilah wahai saudariku muslimah dari berbuat
maksiat,
antara lain :
- Meninggalkan shalat atau
mengakhirkannya atau
menunaikannya dengan cara
yang tidak benar.
- Duduk di majlis ghibah dan namimah,berbuat riya’ dan sum’ ah. - Menjelekkan dan
mengejek orang lain.

Allah berfirman:

“Wahai orang- orang yang beriman,
janganlah suatu kaum
mengolok-olokkan kaum
yang lain(karena) boleh jadi
mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olokkan) dan janganlah wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain(karena) boleh jadi wanita-
wanita (yang diperolok- olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan).” (Al Hujuraat: 11)

- Keluar menuju pasar
tanpa kepentingan yang
sangat mendesak dan tanpa
didampingi mahram.

Nabi shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda:

“Negeri yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan negeri
yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya.”

- Mendidik anak dengan
pendidikan barat atau menyerahkan pendidikan anak kepada para
pembantu dan pendidik-
pendidik yang kafir.

- Meniru wanita-wanita kafir.

Nabi shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda:

“Siapa yang menyerupai suatu
kaum maka ia termasuk
golongan mereka.”

- Membiarkan suami dalam
kemaksiatannya.

(3) - Bersahabat dengan
wanita-wantia fajir dan
fasik.

Nabi shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda: “Seseorang itu menurut agama temannya.” – Tabarruj (pamer kecantikan) dan sufur
(membuka wajah)

Wasiat kedua: Berupaya
mengenal dan memahami
suami Hendaknya seorang istri
berupaya memahami
suaminya.
Ia tahu apa yang
disukai suami maka ia berusaha memenuhinya.
Dan ia tahu apa yang dibenci suami maka ia berupaya untuk menjauhinya, dengan
catatan selama tidak dalam
perkara maksiat kepada
Allah, karena tidak ada
ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al
Khaliq (Allah Ta`ala).

Wasiat ketiga: Ketaatan
yang nyata kepada suami
dan bergaul dengan baik Sesungguhnya hak suami
atas istrinya itu besar.

Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda:

“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang
untuk sujud kepada orang
lain niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.

” Hak suami yang pertama
adalah ditaati dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah dan
baik dalam bergaul dengannya serta tidak mendurhakainya.

Bersabda Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam:

“Dua golongan yang shalatnya tidak akan melewati kepalanya, yaitu
budak yang lari darituannya hingga ia kembali dan istri yang durhaka kepada suaminya hingga ia kembali.”
Karena itulah Aisyah Ummul Mukminin berkata dalam
memberi nasehat kepada
para wanita:

“Wahai sekalian wanita, seandainya
kalian mengetahui hak
suami-suami kalian atas diri
kalian niscaya akan ada
seorang wanita di antara
kalian yang mengusap debu dari kedua kaki suaminya
dengan pipinya.

” Engkau termasuk sebaik-
baik wanita!! Dengan ketaatanmu kepada suamimu dan baiknya
pergaulanmu terhadapnya,
engkau akan menjadi
sebaik-baik wanita, dengan
izin Allah.

Pernah ada yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam: “Wanita bagaimanakah yang terbaik?”
Beliau menjawab: “Yang menyenangkan suami ketika dipandang, taat kepada suami jika
diperintah dan ia tidak
menyalahi pada dirinya dan
hartanya dengan yang tidak disukai suaminya.” (Isnadnya hasan)

Ketahuilah, engkau
termasuk penduduk surga
dengan izin Allah, jika
engkau bertakwa kepada
Allah dan taat kepada
suamimu, berdasarkan
sabda Rasulullah shallallahu
‘ alaihi wasallam:

“Bila seorang wanita shalat lima waktu, puasa pada bulan Ramadlan, menjaga kemaluannya dan taat
kepada suaminya, ia akan
masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.”

Wasiat keempat: Bersikap
qana’ ah (merasa cukup)

Kami menginginkan wanita
muslimah ridla dengan apa
yang diberikan (suami) untuknya baik itu sedikit ataupun banyak. Maka janganlah ia menuntut di luar kesanggupan suaminya
atau meminta sesuatu yang
tidak perlu.

Dalam riwayat disebutkan

“Wanita yang paling besar barokahnya.”
Wahai siapa gerangan
wanita itu?!
Apakah dia yang menghambur-
hamburkan harta menuruti
selera syahwatnya dan mengenyangkan keinginannya? Ataukah dia yang biasa mengenakan
pakaian termahal walau
suaminya harus berhutang
kepada teman-temannya
untuk membayar harganya?!

Sekali-kalitidak… demi Allah, namun (mereka adalah):

“Wanita yang paling besar barokahnya adalah yang
paling ringan maharnya.”

Renungkanlah wahai
suadariku muslimah adabnya
wanita salaf radliallahu
‘ anhunna…

Salah seorang dari mereka bila suaminya hendak keluar rumah ia
mewasiatkan satu wasiat
padanya. Apa wasiatnya?
Ia berkata kepada sang suami:

“Hati-hatilah engkau wahai suamiku dari penghasilan yang haram, karena kami bisa bersabar dari rasa
lapar namun kami tidak bisa
sabar dari api neraka…”

Wasiat kelima:

Baik dalam mengatur urusan rumah,
seperti mendidik anak-anak
dan tidak menyerahkannya
pada pembantu, menjaga
kebersihan rumah dan menatanya dengan baik dan
menyiapkan makan pada
waktunya.
Termasuk pengaturan yang
baik adalah istri.membelanjakan harta suaminya pada tempatnya
(dengan baik), maka ia
tidak berlebih-lebihan dalam perhiasan dan alat-alat
kecantikan.

Wasiat keenam:
Baik dalam bergaul dengan keluarga
suami dan kerabat- kerabatnya, khususnya dengan ibu suami sebagai orang yang paling dekat dengannya.

Wajib bagimu untuk
menampakkan kecintaan
kepadanya, bersikap lembut, menunjukkan rasa hormat, bersabar atas kekeliruannya dan engkau melaksanakan semua perintahnya selama tidak bermaksiat kepada Allah semampumu.

Berapa banyak rumah
tangga yang masuk padanya pertikaian dan perselisihan disebabkan buruknya sikap istri
terhadap ibu suaminya dan
tidak adanya perhatian
akan haknya..

Ingatlah wahai hamba Allah,
sesungguhnya yang bergadang dan memelihara pria yang sekarang menjadi suamimu adalah ibu ini,
maka jagalah dia atas kesungguhannya dan
hargailah apa yang telah
dilakukannya.

Semoga Allah menjaga dan memeliharamu.
Maka adakah balasan bagi
kebaikan selain kebaikan?

Wasiat ketujuh:
Menyertai suami dalam perasaannya
dan turut merasakan duka
cita dan kesedihannya.

Jika engkau ingin hidup
dalam hati suamimu maka
sertailah dia dalam duka cita dan kesedihannya.
Aku ingin mengingatkan engkau
dengan seorang wanita yang terus hidup dalam hati suaminya sampaipun ia telah meninggal dunia.

Tahun-tahun yang terus
berganti tidak dapat
mengikis kecintaan sang suami padanya dan panjangnya masa tidak
dapat menghapus kenangan
bersamanya di hati suami.
Bahkan ia terus mengenangnya dan bertutur tentang andilnya
dalam ujian,
kesulitan dan musibah yang dihadapi.

Wasiat kedelapan:
Bersyukur (berterimankasih) kepada suami atas kebaikannya dan tidak
melupakan keutamaannya.

Siapa yang tidak tahu
berterimakasih kepada
manusia, ia tidak akan
dapat bersyukur kepada
Allah.

Maka janganlah
meniru wanita yang jika suaminya berbuat kebaikan
padanya sepanjang masa
(tahun), kemudian ia
melihat sedikit kesalahan
dari suaminya, ia berkata:

“Aku sama sekali tidak melihat kebaikan darimu…”

Nabi shallallahu ‘ alaihi wasallam telah bersabda:

“Wahai sekalian wanita bersedekahlah karena aku
melihat mayoritas penduduk
nereka adalah kalian.” Maka mereka (para wanita)
berkata: “Ya Rasulullah kepada demikian?” Beliau menjawab: “Karena kalian banyak melaknat dan
mengkufuri kebaikan
suami.” Mengkufuri kebaikan suami
adalah menentang
keutamaan suami dan tidak
menunaikan haknya. Wahai istri yang mulia! Rasa
terima kasih pada suami
dapat engkau tunjukkan
dengan senyuman manis di
wajahmu yang menimbulkan
kesan di hatinya, hingga terasa ringan baginya
kesulitan yang dijumpai
dalam pekerjaannya. Atau
engkau ungkapkan dengan
kata-kata cinta yang
memikat yang dapat menyegarkan kembali
cintamu dalam hatinya. Atau
memaafkan kesalahan dan
kekurangannya dalam
menunaikan hakmu. Namun
di mana bandingan kesalahan itu dengan
lautan keutamaan dan
kebaikannya padamu. Nabi shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda: “Allah tidak akan melihat kepada istri yang tidak
tahu bersyukur kepada
suaminya dan ia tidak
merasa cukup darinya.” Wasiat kesembilan:
Menyimpan rahasia suami
dan menutupi
kekurangannya (aibnya). Istri adalah tempat rahasia
suami dan orang yang
paling dekat dengannya
serta paling tahu
kekhususannya (yang paling
pribadi dari diri suami). Bila menyebarkan rahasia
merupakan sifat yang
tercela untuk dilakukan
oleh siapa pun maka dari
sisi istri lebih besar dan
lebih jelek lagi. Sesungguhnya majelis (dan
pergaulan, red) sebagian
wanita tidak luput dari
membuka dan menyebarkan
aib-aib suami atau sebagian
rahasianya. Ini merupakan bahaya besar dan dosa
yang besar. Karena itulah
ketika salah seorang istri
Nabi shallallahu ‘ alaihi wasallam menyebarkan satu
rahasia beliau, datang
hukuman keras, Rasulullah
shallallahu ‘ alaihi wasallam bersumpah untuk tidak
mendekati istri tersebut
selama satu bulan penuh.
Allah Azza wa Jalla
menurunkan ayat-Nya
berkenaan dengan peristiwa tersebut. “Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara
rahasia kepada salah
seorang dari isteri-
isterinya suatu peristiwa.
Maka tatkala si istri
menceritakan peristiwa itu (kepada yang lain), dan
Allah memberitahukan hal
itu kepada Muhammad lalu
Muhammad memberitahukan
sebagian (yang diberitakan
Allah kepada beliau) dan menyembunyikan sebagian
yang lain.” (At Tahriim: 3) Oleh karena itu, wahai
saudariku muslimah,
simpanlah rahasia-rahasia
suamimu, tutuplah aibnya
dan jangan engkau
tampakkan kecuali karena maslahat yang syar’ i seperti mengadukan
perbuatan dhalim kepada
Hakim atau Mufti (ahli
fatwa) atau orang yang
engkau harapkan
nasehatnya. Sebagimana yang dilakukan Hindun
radliallahu ‘ anha di sisi Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam. Hindun berkata:
“Abu Sufyan adalah pria yang kikir, ia tidak
memberiku apa yang
mencukupiku dan anak-
anakku. Apakah boleh aku
mengambil dari hartanya
tanpa izinnya?!” Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda: “Ambillah yang mencukupimu dan anakmu
dengan cara yang ma`ruf.” Cukup bagimu wahai
saudariku muslimah sabda
Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam: “Sesungguhnya termasuk sejelek-jelek kedudukan
manusia pada hari kiamat di
sisi Allah adalah pria yang
bersetubuh dengan istrinya
dan istri yang bersetubuh
dengan suaminya, kemudian salah seorang dari
keduanya menyebarkan
rahasia pasangannya.” Wasiat terakhir: Kecerdasan
dan kecerdikan serta
berhati-hati dari
kesalahan-kesalahan. - Termasuk kesalahan
adalah: Seorang istri
menceritakan dan
menggambarkan kecantikan
sebagian wanita yang
dikenalnya kepada suaminya, padahal
Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam telah melarang
yang demikian itu dengan
sabdanya: “Janganlah seorang wanita bergaul dengan wanita lain
lalu ia mensifatkan wanita
itu kepada suaminya
sehingga seakan-akan
suaminya melihatnya.” Hikmah dari larangan itu
adalah kekhawatiran
kagumnya orang yang
diceritakan terhadap
wanita yang sedang
digambarkan, maka hatinya tergantung dengannya
(menerawang
membayangkannya)
sehingga ia jatuh kedalam
fitnah. Terkadang yang
menceritakan itu adalah istrinya -sebagaimana
dalam hadits dia atas-
maka bisa jadi hal itu
mengantarkan pada
perceraiannya.
Menceritakan kebagusan wanita lain kepada suami
mengandung kerusakan-
kerusakan yang tidak
terpuji akibatnya. - Termasuk kesalahan
adalah apa yang dilakukan
sebagian besar istri ketika
suaminya baru kembali dari
bekerja. Belum lagi si suami
duduk dengan enak, ia sudah mengingatkannya
tentang kebutuhan rumah,
tagihan, tunggakan-
tunggakan dan uang jajan
anak-anak. Dan biasanya
suami tidak menolak pembicaraan seperti ini,
akan tetapi seharusnyalah
seorang istri memilih waktu
yang tepat untuk
menyampaikannya. - Termasuk kesalahan
adalah memakai pakaian
yang paling bagus dan
berhias dengan hiasan yang
paling bagus ketika keluar
rumah. Adapun di hadapan suami, tidak ada kecantikan
dan tidak ada perhiasan. Dan masih banyak lagi
kesalahan lain yang menjadi
batu sandungan
(penghalang) bagi suami
untuk menikmati
kesenangan dengan istrinya. Istri yang cerdas
adalah yang menjauhi
semua kesalahan itu. Diringkas /disadur dengan
merujuk pada : ﻞﻛﺎﺸﻣ ﻼﺑ ﺓﺮﺳﻷﺍ karya Mazin bin Abdul Karim Al
Farih. Edisi Indonesia: Rumah
Tangga Tanpa Problema; bab
Sepuluh Wasiat untuk Istri yang
Mendambakan “Keluarga Bahagia tanpa Problema”, hal. 59-82. Penerjemah: Ummu Ishâq Zulfâ
bintu Husein.

NASEHAT UNTUK REMAJA MUSLIM

Kami persembahkan nasehat
ini untuk saudara-saudara
kami terkhusus para
pemuda dan remaja muslim.
Mudah-mudahan nasehat ini
dapat membuka mata hati mereka sehingga mereka
lebih tahu tentang siapa
dirinya sebenarnya, apa
kewajiban yang harus
mereka tunaikan sebagai
seorang muslim, agar mereka merasa bahwa masa
muda ini tidak sepantasnya
untuk diisi dengan perkara
yang bisa melalaikan
mereka dari mengingat
Allah subhanahu wata’ ala sebagai penciptanya, agar
mereka tidak terus-
menerus bergelimang ke
dalam kehidupan dunia yang
fana dan lupa akan negeri
akhirat yang kekal abadi. Wahai para pemuda muslim,
tidakkah kalian
menginginkan kehidupan
yang bahagia selamanya?
Tidakkah kalian
menginginkan jannah (surga) Allah subhanahu
wata’ ala yang luasnya seluas langit dan bumi? Ketahuilah, jannah Allah
subhanahu wata’ ala itu diraih dengan usaha yang
sungguh-sungguh dalam
beramal. Jannah itu
disediakan untuk orang-
orang yang bertaqwa yang
mereka tahu bahwa hidup di dunia ini hanyalah
sementara, mereka merasa
bahwa gemerlapnya
kehidupan dunia ini akan
menipu umat manusia dan
menyeret mereka kepada kehidupan yang sengsara di
negeri akhirat selamanya. Allah subhanahu wata’ ala berfirman (artinya) : “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu.” (Ali ‘ Imran: 185) Untuk Apa Kita Hidup di Dunia? Wahai para pemuda,
ketahuilah, sungguh Allah
subhanahu wata’ ala telah menciptakan kita bukan
tanpa adanya tujuan. Bukan
pula memberikan kita
kesempatan untuk
bersenang-senang saja,
tetapi untuk meraih sebuah tujuan mulia. Allah
subhanahu wata’ ala berfirman (artinya) : “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan
agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56) Beribadah kepada Allah
subhanahu wata’ ala dengan menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi
semua larangan-Nya. Itulah
tugas utama yang harus
dijalankan oleh setiap
hamba Allah. Dalam beribadah, kita
dituntut untuk ikhlas dalam
menjalankannya. Yaitu
dengan beribadah semata-
mata hanya mengharapkan
ridha dan pahala dari Allah subhanahu wata’ ala. Jangan beribadah karena
terpaksa, atau karena
gengsi terhadap orang-
orang di sekitar kita.
Apalagi beribadah dalam
rangka agar dikatakan bahwa kita adalah orang-
orang yang alim, kita
adalah orang-orang shalih
atau bentuk pujian dan
sanjungan yang lain. Umurmu Tidak Akan Lama Lagi Wahai para pemuda, jangan
sekali-kali terlintas di
benak kalian: beribadah
nanti saja kalau sudah tua,
atau mumpung masih muda,
gunakan untuk foya-foya. Ketahuilah, itu semua
merupakan rayuan setan
yang mengajak kita untuk
menjadi teman mereka di An
Nar (neraka). Tahukah kalian, kapan
kalian akan dipanggil oleh
Allah subhanahu wata’ ala, berapa lama lagi kalian
akan hidup di dunia ini?
Jawabannya adalah
sebagaimana firman Allah
subhanahu wata’ ala (artinya): “Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa
yang akan dilakukannya
besok. Dan tiada
seorangpun yang dapat
mengetahui di bumi mana
dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (Luqman: 34) Wahai para pemuda,
bertaqwalah kalian kepada
Allah subhanahu wata’ ala. Mungkin hari ini kalian
sedang berada di tengah-
tengah orang-orang yang
sedang tertawa, berpesta,
dan hura-hura menyambut
tahun baru dengan berbagai bentuk maksiat
kepada Allah subhanahu
wata’ ala, tetapi keesokan harinya kalian sudah
berada di tengah-tengah
orang-orang yang sedang
menangis menyaksikan
jasad-jasad kalian
dimasukkan ke liang lahad (kubur) yang sempit dan
menyesakkan. Betapa celaka dan ruginya
kita, apabila kita belum
sempat beramal shalih.
Padahal, pada saat itu
amalan diri kita sajalah
yang akan menjadi pendamping kita ketika
menghadap Allah subhanahu
wata’ ala. Nabi shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda: “Yang mengiringi jenazah itu ada tiga: keluarganya,
hartanya, dan amalannya.
Dua dari tiga hal tersebut
akan kembali dan tinggal
satu saja (yang
mengiringinya), keluarga dan hartanya akan kembali,
dan tinggal amalannya
(yang akan mengiringinya)
.” (Muttafaqun ‘ Alaihi) Wahai para pemuda,
takutlah kalian kepada
adzab Allah subhanahu
wata’ ala. Sudah siapkah kalian dengan timbangan
amal yang pasti akan kalian
hadapi nanti. Sudah
cukupkah amal yang kalian
lakukan selama ini untuk
menambah berat timbangan amal kebaikan. Betapa sengsaranya kita,
ketika ternyata bobot
timbangan kebaikan kita
lebih ringan daripada
timbangan kejelekan.
Ingatlah akan firman Allah subhanahu wata’ ala (artinya) : “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan
(kebaikan)nya, maka dia
berada dalam kehidupan
yang memuaskan. Dan
adapun orang-orang yang
ringan timbangan (kebaikan)nya, maka
tempat kembalinya adalah
neraka Hawiyah. Tahukah
kamu apakah neraka
Hawiyah itu? (Yaitu) api
yang sangat panas.” (Al Qari’ ah: 6-11) Bersegeralah dalam Beramal Wahai para pemuda,
bersegeralah untuk beramal
kebajikan, dirikanlah shalat
dengan sungguh-sungguh,
ikhlas dan sesuai tuntunan
Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam. Karena shalat
adalah yang pertama kali
akan dihisab nanti pada
hari kiamat, sebagaimana
sabdanya: “Sesungguhnya amalan yang pertama kali manusia
dihisab dengannya di hari
kiamat adalah shalat.” (HR. At Tirmidzi, An Nasa`i, Abu
Dawud, Ibnu Majah dan
Ahmad. Lafazh hadits
riwayat Abu Dawud no.733) Bagi laki-laki, hendaknya
dengan berjama’ ah di masjid. Banyaklah berdzikir
dan mengingat Allah
subhanahu wata’ ala. Bacalah Al Qur’ an, karena sesungguhnya ia akan
memberikan syafaat bagi
pembacanya pada hari
kiamat nanti. Banyaklah bertaubat
kepada Allah subhanahu
wata’ ala. Betapa banyak dosa dan kemaksiatan yang
telah kalian lakukan selama
ini. Mudah-mudahan dengan
bertaubat, Allah subhanahu
wata’ ala akan mengampuni dosa-dosa kalian dan
memberi pahala yang
dengannya kalian akan
memperoleh kebahagiaan
dunia dan akhirat. Wahai para pemuda,
banyak-banyaklah beramal
shalih, pasti Allah
subhanahu wata’ ala akan memberi kalian kehidupan
yang bahagia, dunia dan
akhirat. Allah subhanahu
wata’ ala berfirman (artinya) : “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih,
baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan
beriman, maka
sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (An Nahl: 97) Engkau Habiskan untuk Apa Masa Mudamu? Pertanyaan inilah yang
akan diajukan kepada
setiap hamba Allah
subhanahu wata’ ala pada hari kiamat nanti.
Sebagaimana yang
diberitakan oleh Rasulullah
shallallahu ‘ alaihi wasallam dalam salah satu haditsnya: “Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada
hari kiamat nanti di
hadapan Rabbnya sampai
ditanya tentang lima
perkara: umurnya untuk
apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa
dihabiskan, hartanya dari
mana dia dapatkan dan
dibelanjakan untuk apa
harta tersebut, dan
sudahkah beramal terhadap ilmu yang telah ia
ketahui.” (HR. At Tirmidzi no. 2340) Sekarang cobalah
mengoreksi diri kalian
sendiri, sudahkah kalian
mengisi masa muda kalian
untuk hal-hal yang
bermanfaat yang mendatangkan keridhaan
Allah subhanahu wata’ ala? Ataukah kalian isi masa
muda kalian dengan
perbuatan maksiat yang
mendatangkan kemurkaan-
Nya? Kalau kalian masih saja
mengisi waktu muda kalian
untuk bersenang-senang
dan lupa kepada Allah
subhanahu wata’ ala, maka jawaban apa yang bisa
kalian ucapkan di hadapan
Allah subhanahu wata’ ala Sang Penguasa Hari
Pembalasan? Tidakkah
kalian takut akan ancaman
Allah subhanahu wata’ ala terhadap orang yang
banyak berbuat dosa dan
maksiat? Padahal Allah
subhanahu wata’ ala telah mengancam pelaku
kejahatan dalam firman-Nya
(artinya): “Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan,
niscaya akan diberi
pembalasan dengan
kejahatan itu dan ia tidak
mendapat pelindung dan
tidak (pula) penolong baginya selain dari
Allah.” (An Nisa’ : 123) Bukanlah masa tua yang
akan ditanyakan oleh Allah
subhanahu wata’ ala. Oleh karena itu, pergunakanlah
kesempatan di masa muda
kalian ini untuk kebaikan. Ingat-ingatlah selalu bahwa
setiap amal yang kalian
lakukan akan
dipertanggungjawabkan
kelak di hadapan Allah
subhanahu wata’ ala. Jauhi Perbuatan Maksiat Apa yang menyebabkan
Adam dan Hawwa
dikeluarkan dari Al Jannah
(surga)? Tidak lain adalah
kemaksiatan mereka berdua
kepada Allah subhanahu wata’ ala. Mereka melanggar larangan Allah
subhanahu wata’ ala karena mendekati sebuah pohon di
Al Jannah, mereka terbujuk
oleh rayuan iblis yang
mengajak mereka untuk
bermaksiat kepada Allah
subhanahu wata’ ala. Wahai para pemuda,
senantiasa iblis, setan, dan
bala tentaranya berupaya
untuk mengajak umat
manusia seluruhnya agar
mereka bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ ala, mereka mengajak umat
manusia seluruhnya untuk
menjadi temannya di
neraka. Sebagaimana yang
Allah subhanahu wata’ ala jelaskan dalam firman-Nya
(yang artinya): “Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka
jadikanlah ia musuh(mu),
karena sesungguhnya
setan-setan itu mengajak
golongannya supaya mereka
menjadi penghuni neraka yang menyala-
nyala.” (Fathir: 6) Setiap amalan kejelekan
dan maksiat yang engkau
lakukan, walaupun kecil
pasti akan dicatat dan
diperhitungkan di sisi Allah
subhanahu wata’ ala. Pasti engkau akan melihat akibat
buruk dari apa yang telah
engkau lakukan itu. Allah
subhanahu wata’ ala berfirman (yang artinya): “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sekecil apapun, niscaya dia
akan melihat (balasan)
nya.” (Az Zalzalah: Setan juga menghendaki
dengan kemaksiatan ini,
umat manusia menjadi
terpecah belah dan saling
bermusuhan. Jangan dikira
bahwa ketika engkau bersama teman-temanmu
melakukan kemaksiatan
kepada Allah subhanahu
wata’ ala, itu merupakan wujud solidaritas dan
kekompakan di antara
kalian. Sekali-kali tidak,
justru cepat atau lambat,
teman yang engkau cintai
menjadi musuh yang paling engkau benci. Allah
subhanahu wata’ ala berfirman (artinya) : “Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan
dan kebencian di antara
kamu karena (meminum)
khamr dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat,
maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan
perbuatan itu).” (Al Maidah: 91) Demikianlah setan
menjadikan perbuatan
maksiat yang dilakukan
manusia sebagai sarana
untuk memecah belah dan
menimbulkan permusuhan di antara mereka. Ibadah yang Benar Dibangun di atas Ilmu Wahai para pemuda, setelah
kalian mengetahui bahwa
tugas utama kalian hidup di
dunia ini adalah untuk
beribadah kepada Allah
subhanahu wata’ ala semata, maka sekarang
ketahuilah bahwa Allah subhanahu wata’ ala hanya menerima amalan ibadah
yang dikerjakan dengan
benar. Untuk itulah wajib
atas kalian untuk belajar
dan menuntut ilmu agama,
mengenal Allah subhanahu wata’ ala, mengenal Rasul- Nya shallallahu ‘ alaihi wasallam, dan mengenal
agama Islam ini, mengenal
mana yang halal dan mana
yang haram, mana yang haq
(benar) dan mana yang
bathil (salah), serta mana yang sunnah dan mana
yang bid’ ah. Dengan ilmu agama, kalian
akan terbimbing dalam
beribadah kepada Allah
subhanahu wata’ ala, sehingga ibadah yang kalian
lakukan benar-benar
diterima di sisi Allah
subhanahu wata’ ala. Betapa banyak orang yang
beramal kebajikan tetapi
ternyata amalannya tidak
diterima di sisi Allah
subhanahu wata’ ala, karena amalannya tidak
dibangun di atas ilmu agama
yang benar. Oleh karena itu, wahai para
pemuda muslim, pada
kesempatan ini, kami juga
menasehatkan kepada
kalian untuk banyak
mempelajari ilmu agama, duduk di majelis-majelis
ilmu, mendengarkan Al
Qur’ an dan hadits serta nasehat dan penjelasan
para ulama. Jangan
sibukkan diri kalian dengan
hal-hal yang kurang
bermanfaat bagi diri kalian,
terlebih lagi hal-hal yang mendatangkan murka Allah
subhanahu wata’ ala. Ketahuilah, menuntut ilmu
agama merupakan
kewajiban bagi setiap
muslim, maka barangsiapa
yang meninggalkannya dia
akan mendapatkan dosa, dan setiap dosa pasti akan
menyebabkan kecelakaan
bagi pelakunya. “Menuntut ilmu agama itu merupakan kewajiban bagi
setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no.224) Akhir Kata Semoga nasehat yang
sedikit ini bisa memberikan
manfaat yang banyak
kepada kita semua.
Sesungguhnya nasehat itu
merupakan perkara yang sangat penting dalam
agama ini, bahkan saling
memberikan nasehat
merupakan salah satu sifat
orang-orang yang
dijauhkan dari kerugian, sebagaimana yang Allah
subhanahu wata’ ala firmankan dalam surat Al
‘ Ashr (artinya): “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal
shalih dan nasehat-
menasehati dalam kebenaran dan nasehat-
menasehati supaya
menetapi kesabaran.” (Al ‘ Ashr: 1-3) Wallahu ta‘ ala a’ lam bishshowab.

Senin, April 18, 2011

4 NASEHAT UNTUK SAUDARI MUSLIMAH

Dunia telah menawarkan gemerlap perhiasannya. Di sana ada sisi-sisi kehidupan yang mengancam kehormatan kaum wanita. Tak layak kita lalai menelaah ancaman itu melalui untaian nasihat untuk mengingatkan setiap wanita muslimah yang menginginkan keselamatan. Saudariku muslimah, hendaknya engkau waspada akan bahaya hubungan yang haram dan segala yang berselubung “cinta” namun menyembunyikan sesuatu yang nista. Engkau pun hendaknya berhati-hati terhadap pergaulan bebas dengan para pemuda ataupun laki-laki tak bermoral yang ingin merampas kehormatanmu di balik kedok “cinta”. Duhai saudariku muslimah – semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya padamu – ada hal- hal yang semestinya engkau waspadai : Pertama, tabarruj1. Hati- hatilah, jangan sampai dirimu terjatuh dalam perangkapnya dan janganlah kecantikan yang Allah anugerahkan kepadamu membuatmu terpedaya. Sesungguhnya akhir dari sebuah kecantikan hanyalah bangkai yang menjijikkan dalam kegelapan kubur dan secarik kain kafan, beserta cacing-cacing
yang merasa iri padamu dan merampas kecantikan itu darimu. Ingatlah Saudariku, wanita yang bertabarruj berhak mendapatkan laknat, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘ alaihi wassalam2 : “Laknatilah mereka (wanita yang bertabarruj), karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang terlaknat”. Bahkan Beliau Shallallahu ‘ alaihi wassalam telah bersabda3: “Dan wanita-wanita yang berpakaian namun (pada hakekatnya) telanjang, mereka berlenggak-lenggok, kepala- kepala mereka seperti punuk- punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk ke dalam surga, bahkan mereka tidak akan dapat mencium harumnya surga, padahal wanginya dapat tercium dari jarak sekian- sekian”. Tidakkah engkau ketahui, duhai Saudariku, saat ini wanita telah menjadi barang dagangan yang murah. Buktinya adalah iklan- iklan televisi. Tidaklah engkau melihat iklan sepatu atau alat- alat olahraga, bahkan iklan kolam
renang, pasti di sana ditayangkan sosok wanita. Di manakah gerangan orang- orang yang menuntut kebebasan kaum wanita? Sesungguhnya mereka menuntut kebebasan wanita bukanlah karena simpati atau iba terhadap wanita, justru mereka menuntut kebebasan itu agar dapat menikmati wanita! Satu bukti bahwa wanita itu tidak berharga di sisi mereka adalah ucapan salah seorang dari
“serigala” tak bermoral. Ia menyatakan: ”Gelas (khamar) dan perempuan cantik lebih banyak menghancurkan umat Muhammad daripada seribu senjata. Maka tenggelamkanlah mereka dalam cinta syahwat”. Tahukah dirimu, bagaimana para wanita diperdagangkan oleh orang-orang yang menuntut kebebasannya? Seakan-akan mereka berkata: Janganlah kau tertipu dengan senyumanku Karena kata-kataku membuatmu tertawa, Namun sesungguhnya perbuatanku membuatmu menangis Kedua, telepon. Berapa banyak sudah pemudi yang direnggut kesuciannya dan ditimpa kehancuran dalam kehidupannya? Bahkan sebagian di antara mereka bunuh diri. Semua itu tidak lain disebabkan oleh telepon. Coba engkau simak kisah ini! Sungguh, di dalamnya tersimpan pelajaran berharga. Ada seorang gadis berkenalan dengan seorang pemuda melalui telepon, kemudian mereka menjalin hubungan akrab. Seiring berlalunya waktu tumbuhlah benih-benih asmara di antara mereka. Suatu hari “serigala” itu mengajaknya pergi. Tatkala ia berada di atas mobil, lelaki itu menghisap rokok. Ternyata asap rokok itu membiusnya. Setelah sadar ia temukan dirinya berada di depan pintu rumahnya dalam keadaan telah dilecehkan kehormatannya. Ia mendapati dirinya mengandung anak hasil zina. Akhirnya gadis itu
bunuh diri, karena ingin lari dari aib dan cela. Sungguh lelaki itu ibarat seekor serigala yang memangsa kambing betina. Setelah puas mengambil apa yang ia kehendaki, ia pergi dan meninggalkannya. Ketiga, khalwat.4 Semestinya engkau jauhi khalwat, karena khalwat adalah awal bencana yang akan menimpamu, sebagaimana ucapan Nabi Shallallahu ‘ alaihi wassalam5 : “Tidaklah seorang lelaki berkhalwat (berduaan) dengan seorang perempuan kecuali yang ketiganya adalah syaitan”. Apabila syaitan datang padamu, ia akan menjerumuskanmu dalam musibah. Berapa banyak gadis yang diperdaya oleh lelaki tak bermoral, hingga terjadilah perkara yang keji. Semuanya dikemas dengan label “cinta”. Ada seorang gadis pergi berdua bersama pasangannya, lalu lelaki itu merayunya dengan kata-kata
yang manis. Dikatakannya pada gadis itu, yang mereka lakukan itu adalah sesuatu yang indah dan menyenangkan. Akhirnya lelaki itu pun mengajaknya pergi ke tempat yang sunyi. Ketika sang gadis meminta untuk pulang, lelaki itu menolaknya, kemudian… Keempat, pergaulan yang jelek. Nabi Shallallahu ‘ alaihi wassalam bersabda6 : “Seseorang itu ada diatas agama temannya, maka hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa yang ia jadikan teman” Wahai saudariku, ambillah pelajaran dari selainmu, sebelum engkau mengalami apa yang ia alami. Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dapat memetik nasihat dari peristiwa yang menimpa orang lain, dan orang yang celaka adalah orang yang hanya bisa mendapat nasihat dari sesuatu yang menimpa dirinya sendiri. Akhirnya, segala puji hanyalah bagi Allah Rabb seluruh alam. (diterjemahkan dari kitabUkhti Al Muslimah Ihdzari Adz Dzi’ ab karya Salim Al ‘ Ajmi oleh Ummu ‘ Affan Nafisah bintu Abi Salim) Catatan Kaki: 1. Tabarruj adalah berhias di depan selain mahramnya 2. Diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad nomor 7083 dengan tahqiq Ahmad Syakir. Beliau mengatakan :”Sanad hadits ini shahih”. 3. Diriwayatkan Imam Muslim nomor 2128. 4. Khalwat adalah berdua-duaan dengan selain mahram. 5. Shahih Sunan At-Tirmidzi karya
Syaikh Al Albani : 1187 dan dalam Silsilah Ash-Shahihah karya beliau juga nomor hadits 430. 6. Diriwayatkan Imam Ahmad dan Abu Dawud, lihatlah Silsilah Ash- Shahihah Imam Al-Albani nomor 927