Laman

Entri Populer

Minggu, Mei 01, 2011

Anak-anakku.., Hari ini akan menjadi satu
di antara hari-hari yang
paling bersejarah di dalam
kehidupan kalian berdua.
Sebentar lagi kalian akan
menjadi sepasang suami- isteri, yang darinya kelak
akan lahir anak-anak yang
sholeh dan sholehah, dan
kalian akan menjadi
seorang bapak dan seorang
ibu, untuk kemudian menjadi seorang kakek dan
seorang nenek, …… insya Allah. Rentang perjalanan hidup
manusia yang begitu
panjang … sesungguhnya singkat saja. Begitu pula… liku-liku dan pernik-pernik
kerumitan hidup
sesungguhnya jugalah
sederhana. Kita semua..
diciptakan ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa tidak lain untuk beribadah
kepada NYA. Maka, jika kita
semua berharap kelak
dapat berjumpa dengan
ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa … dalam keadaan IA ridlo kepada kita,
hendaklah kita jadikan
segala tindakan kita
semata-mata di dalam
rangka mencari keridlo’ an- NYA dan menyelaraskan diri
kepada Sunnah Nabi-NYA
Yang Mulia -Shallallahu
alaihi wa sallam- “Maka barangsiapa merindukan akan
perjumpaannya dengan
robb-nya, hendaknya ia
beramal dengan amalan
yang sholeh, serta tidak
menyekutukan dengan sesuatu apapun di dalam
peribadatahan kepada
robb-nya.” Begitu pula pernikahan ini,
ijab-qabulnya, adanya wali
dan dua orang saksi,
termasuk hadirnya kita
semua memenuhi undangan
ini… adalah ibadah, yang tidak luput dari keharusan
untuk sesuai dengan
syari’ at ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa. Oleh karena itu… , kepada calon suami anakku… Saya ingatkan, bahwa
wanita itu dinikahi karena
empat alasan, sebagaimana
sabda Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam: “Wanita dinikahi karena empat alasan. Hartanya,
keturunannya,
kecantikannya,atau
agamanya. Pilihlah karena
agamanya, niscaya
selamatlah engkau.” (HR:Muslim) Maka ambilah nanti putriku
sebagai isteri sekaligus
sebagai amanah yang kelak
kamu dituntut bertanggung
jawab atasnya. Dengannya
dan bersamanya lah kamu beribadah kepada ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa, di dalam suka… di dalam duka. Gaulilah ia secara baik,
sesuai dengan yang
diharuskan menurut
syari’ at ALLAH. Terimalah ia sepenuh hati, kelebihan dan
kekurangannya, karena
ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa telah memerintahkan demikian: “Dan gaulilah isteri-isterimu dengan cara yang ma’ ruf. Maka seandainya kalian
membenci mereka, karena
boleh jadi ada sesuatu yang
kalian tidak sukai dari
mereka, sedangkan ALLAH
menjadikan padanya banyak kebaikan.” (An-Nisaa’ :19) Dan ingatlah pula wasiat
Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam-: “Pergaulilah isteri-isteri dengan baik. Karena
sesungguhnya mereka itu
mitra hidup kalian” Dan perlakuanmu terhadap
isterimu ini menjadi cermin
kadar keimananmu,
sebagaimana Sabda Nabi -
Shallallahu alaihi wa sallam-; “Mu’ min yang paling sempurna imannya adalah
yang paling baik akhlaqnya.
Dan sebaik-baik kalian
adalah yang paling baik
terhadap isterinya” “Dan kamu sebagai laki-laki adalah pemimpin di dalam
rumah tangga”. “Lelaki itu pemimpin bagi wanita disebabkan ALLAH
telah melebihkan yang satu
dari yang lainnya dan
disebabkan para lelaki yang
memberi nafkah dengan
hartanya.” (An-Nisaa’ : 34) Maka agar kamu dapat
memimpin rumah tanggamu,
penuhilah syarat-
syaratnya, berupa
kemampuan untuk
menafkahi, mengajari, dan mengayomi. Raihlah
kewibawaan agar isterimu
patuh di bawah pimpinanmu.
Jadilah suami yang
bertanggungjawab, arif dan
lemah lembut , sehingga isterimu merasa hangat dan
tentram di sisimu.
Berusahalah sekuat tenaga
menjadi teladan yang baik
baginya, sehingga ia bangga
bersuamikan kamu. Ya, inilah sa’ atnya untuk membuktikan bahwa kamu
laki-laki sejati, laki-laki
yang bukan hanya lahirnya. Kepada putriku… Saya ingatkan kepadamu
akan sabda Nabi -
Shallallahu alaihi wa
sallam- : “Jika datang kepadamu (- wahai para orang tua anak
gadis-) seorang pemuda
yang kau sukai akhlaq dan
agamanya, maka
nikahkanlah ia. Jika tidak,
maka akan terjadi fitnah dan menyebarnya
kerusakan di muka
bumi.” (HR: Ibnu Majah) Dan semoga -tentunya-
calon suamimu datang dan
diterima karena agama dan
akhlaqnya, bukan karena
yang lain. Maka hendaknya
kau luruskan pula niatmu. Sambutlah dia sebagai
suami sekaligus pemimpinmu.
Jadikanlah perkawinanmu ini
sebagai wasilah ibadahmu
kepada ALLAH Subhaanahu
wa ta’ alaa. Camkanlah sabda Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam-: “Seandainya aku boleh memerintahkan manusia
untuk sujud kepada
sesamanya, sungguh sudah
aku perintahkan sang isteri
sujud kepada suaminya.” Karenanya sekali lagi saya
nasihatkan , wahai putriku… Terima dan sambutlah
suamimu ini dengan sepenuh
cinta dan ketaatan. Layani ia dengan
kehangatanmu… Manjakan ia dengan
kelincahan dan
kecerdasanmu… Bantulah ia dengan
kesabaran dan doamu… Hiburlah ia dengan nasihat-
nasihatmu… Bangkitkan ia dengan
keceriaan dan
kelembutanmu… Tutuplah kekurangannya
dengan mulianya akhlaqmu… Manakala telah kamu
lakukan itu semua, tak ada
gelar yang lebih tepat
disandangkan padamu selain
Al Mar’ atush-Shalihah, yaitu sebaik-baik perhiasan
dunia. Sebagaimana Sabda
Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam-: “Dunia tak lain adalah perhiasan. Dan sebaik-baik
perhiasan dunia adalah
wanita yang sholihah.” Inilah satu kebahagiaan
hakiki -bukan khayali- yang
diidam-idamkan oleh setiap
wanita beriman. Maka
bersyukurlah, sekali lagi
bersyukurlah kamu untuk semua itu, karena tidak
semua wanita memperoleh
kesempatan sedemikian
berharga. Kesempatan
menjadi seorang isteri,
menjadi seorang ibu. Terlebih lagi, adanya
kesempatan, diundang
masuk ke dalam surga dari
pintu mana saja yang kamu
kehendaki. Yang demikian ini mungkin
bagimu selagi kamu
melaksanakan sholat wajib
lima waktu -cukup yang
lima waktu-, puasa -juga
cukup yang wajib- di bulan Ramadhan, menjaga
kemaluan -termasuk
menutup aurat- , dan ta’ at kepada suami. Cukup, cukup
itu. Sebagaimana sabda Nabi
-Shallallahu alaihi wa
sallam-: “Jika seorang isteri telah sholat yang lima, puasa di
bulan Ramadhan, menjaga
kemaluannya, dan ta’ at kepada suaminya. Dikatakan
kapadanya: Silahkan masuk
ke dalam Surga dari pintu
mana saja yang engkau
mau.” Anak-anakku… , Melalui rangkaian ayat-ayat
suci Al Qur’ an dan Hadits- Hadits Nabi Yang Mulia, kami
semua yang hadir di sini
mengantarkan kalian
berdua memasuki gerbang
kehidupan yang baru,
bersiap-siap meninggalkan ruang tunggu, dan
mengakhiri masa penantian
kalian yang lama. Kami
semua hanya dapat
mengantar kalian hingga di
dermaga. Untuk selanjutnya, bahtera
rumah-tangga kalian akan
mengarungi samudra
kehidupan, yang tentunya
tak sepi dari ombak,
bahkan mungkin badai. Karena itu, jangan
tinggalkan jalan ketaqwaan.
Karena hanya dengan
ketaqwaan saja ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa akan mudahkan segala
urusan kalian,
mengeluarkan kalian dari
kesulitan-kesulitan, bahkan
mengaruniai kalian rizki. “Dan barang siapa yang bertaqwa kepada ALLAH,
niscaya ALLAH akan berikan
bagi nya jalan keluar dan
mengaruniai rizki dari sisi
yang tak terduga.” “Dan barang siapa yang bertaqwa kepada ALLAH,
niscaya ALLAH akan
mudahkan urusannya.” Bersyukurlah kalian berdua
akan ni’ mat ini semua. ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa telah mengkaruniakan kalian
separuh dari agama ini,
ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa telah mengkaruniakan kalian
kesempatan untuk
menjalankan syari’ at-NYA yang mulia, ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa juga telah mengkaruniakan
kalian kesempatan untuk
mencintai dan dicintai
dengan jalan yang suci dan
terhormat. Ketahuilah, bahwa
pernikahan ini menyebabkan
kalian harus lebih berbagi.
Orang tua kalian
bertambah, saudara kalian
bertambah, bahkan sahabat-sahabat kalian pun
bertambah, yang kesemua
itu tentu memperpanjang
tali silaturahmi,
memperlebar tempat
berpijak, memperluas pandangan, dan
memperjauh daya
pendengaran. Bukan saja
semakin banyak yang perlu
kalian atur dan perhatikan,
sebaliknya semakin banyak pula yang akan ikut
mengatur dan
memperhatikan kalian.
Maka, barang siapa yang
tidak kokoh sebagai pribadi
dia akan semakin gamang menghadapi kehidupannya
yang baru. Ketahuilah, bahwa anak-
anak yang sholeh dan
sholehah yang kalian idam-
idamkan itu sulit lahir dan
tumbuh kecuali di dalam
rumah tangga yang sakinah penuh cinta dan kasih
sayang. Dan tentunya tak
akan tercipta rumah-
tangga yang sakinah,
kecuali dibangun oleh suami
yang sholeh dan isteri yang sholehah. Akan tetapi, wahai anak-
anakku, jangan takut
menatap masa depan dan
memikul tanggung jawab ini
semua. Jangan bersedih dan
berkecil hati jika kalian menganggap bekal yang
kalian miliki sekarang ini
masih sangat kurang. ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa berfirman: (Artinya): “Dan janganlah berkecil hati juga jangan
bersedih. Padahal kalian
adalah orang-orang yang
mulia seandainya sungguh-
sungguh beriman.” (Ali Imran: 139) Ya, selama masih ada iman
di dalam dada segalanya
akan menjadi mudah bagi
kalian. Bukankah dengan
pernikahan ini kalian bisa
saling tolong-menolong di dalam kebajikan dan taqwa.
Bukankah dengan
pernikahan ini kalian bisa
saling menutupi kelemahan
dan kekurangan masing-
masing. Bersungguh- sungguhlah untuk itu,
untuk meraih segala
kebaikan yang ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa sediakan melalui pernikahan
ini. Jangan lupa untuk
senantiasa memohon
pertolongan kepada ALLAH.
kemudian jangan merasa
tak mampu atau pesimis. Jangan, jangan kalian awali
kehidupan rumah tangga ini
dengan perasaan lemah ! “Bersungguh-sungguhlah kepada yang bermanfa’ at bagimu, mohonlah
pertolongan kepada ALLAH,
dan jangan merasa
lemah!” (HR: Ibnu Majah) Terakhir, ingatlah bahwa
nikah merupakan Sunnah
Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam-, sebagaimana
sabdanya: “Nikah itu merupakan bagian dari Sunnahku. Maka
barang siapa berpaling dari
Sunnahku, ia bukanlah
bagian dari umatku.” Maka janganlah justru
melalui pernikahan ini atau
setelah aqad ini kalian
justru meninggalkan Sunnah
untuk kemudian
bergelimang di dalam berbagai bid’ ah dan kema’ shiyatan. Kepada besanku… Terimalah masing-masing
mereka sebagai tambahan
anak bagi kita. Ma’ lumilah kekurangan-
kekurangannya, karena
mereka memang masih
muda. Bimbinglah mereka,
karena inilah saatnya
mereka memasuki kehidupan yang sesungguhnya. Wajar, sebagaimana
seorang anak bayi yang
sedang belajar berdiri dan
berjalan, tentu pernah
mengalami jatuh untuk
kemudian bangkit dan mencoba kembali. Maka
bantulah mereka sampai
benar-benar kokoh untuk
berdiri dan berjalan sendiri. Bantu dan bimbing mereka,
tetapi jangan mengatur.
Biarkan.., Karena
sepenuhnya diri mereka dan
keturunan yang kelak lahir
dari perkawinan mereka adalah tanggung-jawab
mereka sendiri di hadapan
ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa. Hargailah harapan dan cita-cita yang mereka
bangun di atas ilmu yang
telah sampai pada mereka. Keterlibatan kita yang
terlalu jauh dan tidak pada
tempatnya di dalam
persoalan rumah tangga
mereka bukannya akan
membantu. Bahkan sebaliknya, membuat
mereka tak akan pernah
kokoh. Sementara mereka
dituntut untuk menjadi
sebenar-benar bapak dan
sebenar-benar ibu di hadapan… dan bagi anak- anak mereka sendiri. Ketahuilah, bahwa bukan
mereka saja yang sedang
memasuki kehidupannya
yang baru, sebagai suami
isteri. Kita pun, para orang
tua, sedang memasuki kehidupan kita yang baru,
yakni kehidupan calon
seorang kakek atau nenek
– insya Allah. Maka hendaknya umur dan
pengalaman ini membuat
kita,… para orang tua, menjadi lebih arif dan
sabar, bukannya semakin
pandir dan dikuasai
perasaan. Pengalaman hidup
kita memang bisa jadi
pelajaran, tetapi belum tentu harus jadi acuan bagi
mereka. Jika kelak -dari pernikahan
ini- lahir cucu-cucu bagi
kita. Sayangilah mereka
tanpa harus melecehkan
dan menjatuhkan wibawa
orang tuanya. Berapa banyak cerita di mana
kakek atau nenek merebut
superioritas ayah dan ibu.
Sehingga anak-anak lebih
ta’ at kepada kakek atau neneknya ketimbang
kepada kedua orang
tuanya. Sungguh, akankah
kelak cucu-cucu kita
menjadi anak-anak yang
ta’ at kepada orang tuanya atau tidak, sedikit banyak
dipengaruhi oleh cara kita
memanjakan mereka. Kepada semua, baik yang
pernah mengalami peristiwa
semacam ini, maupun yang
sedang menanti-nanti
gilirannya, marilah kita
do’ akan mereka dengan do’ a yang telah diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi
wa sallam.

Tidak ada komentar: