Laman

Entri Populer

Selasa, Mei 10, 2011

mencari rizqi yang halal !

“Mas, saiki mencari duit dari yang haram we susah…apalagi yang halal” sebuah ungkapan yang mengerikan bagi para
pencari syurga. Dan itu pasti
muncul dari seseorang yang
sedang putus asa dan dalam
cengkeraman syetan. Ungkapan
tersebut hanyalah anekdot, tetapi saat ini suka atau tidak
suka anekdot itu telah menjadi
keumuman dalam kenyataan. ّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ِﻦَﻋ ﺽﺭ َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ ﻰﺑﺍ ْﻦَﻋ َﻝﺎَﻗ ﺹ : ٌﻥﺎَﻣَﺯ ِﺱﺎَّﻨﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻰﺗﺄﻳ َﺍ ُﻪْﻨِﻣ َﺬَﺧَﺍ ﺎﻣ ُﺀْﺮَﻤﻟْﺍ ﻰﻟﺎﺒﻳ َﻻ ِﻡﺍَﺮَﺤﻟْﺍ َﻦِﻣ ْﻡَﺍ ِﻝَﻼَﺤﻟْﺍ َﻦِﻣ . ﻯﺭﺎﺨﺒﻟﺍ Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi
SAW, beliau bersabda, “Akan datang suatu masa, ketika itu
orang tidak lagi mempedulikan
apa-apa yang dia dapatkan,
apakah termasuk yang halal
atau yang haram”. [HR. Bukhari juz 3, hal. 6] Uniknya, kesuksesan mencari
yang haram ini bukan dipicu
karena susahnya mencari yang
halal tetapi bisa juga disebabkan
faktor RAKUSS. Yang halal pun
telah ditangan, tetapi demi memenuhi syahwat perut yang
tiada ujung kemudian
memberikan legitimasi kepada
tangan dan otak untuk meraih
yang haram-haram itu. Penghasilan atau gaji telah
didapat, tetapi usaha untuk
meraih yang lebih dengan cara-
cara curang dan haram tetap
saja dilakukan. Lupa bahwa Allah
Maha Melihat dan lupa Malaikat pencatat tidak pernah lalai
secuilpun. َﻝﺎَﻗ ّﻲِﻤَﻠْﺳَﻻْﺍ َﺓَﺯْﺮَﺑ ﻰﺑﺍ ْﻦَﻋ : ﺹ ِﻪﻠﻟﺍ ُﻝْﻮُﺳَﺭ َﻝﺎَﻗ : ُﻝْﻭُﺰَﺗ َﻻ ِﻩِﺮْﻤُﻋ ْﻦَﻋ َﻝَﺄْﺴُﻳ ﻰﺘﺣ ٍﺪْﺒَﻋ ﺎﻣﺪﻗ ُﻩﺎَﻨْﻓَﺍ ﺎﻤﻴﻓ ، ﺎﻤﻴﻓ ِﻪِﻤْﻠِﻋ ْﻦَﻋ َﻭ َﻞَﻌَﻓ ، َﻦْﻳَﺍ ْﻦِﻣ ِﻪِﻟﺎَﻣ ْﻦَﻋ َﻭ ُﻪَﻘَﻔْﻧَﺍ ﺎﻤﻴﻓ َﻭ ُﻪَﺒَﺴَﺘْﻛﺍ ، َﻭ ُﻩَﻼْﺑَﺍ ﺎﻤﻴﻓ ِﻪِﻤْﺴِﺟ ْﻦَﻋ Dari Abu Barzah Al-Aslamiy, ia
berkata : Rasulullah SAW
bersabda, “Tidak akan bergerak kedua tapak kaki seorang hamba
(pada hari qiyamat) sehingga
ditanya tentang umurnya untuk
apa dia habiskan, tentang
ilmunya untuk apa dia gunakan,
tentang hartanya dari mana dia mendapatkannya dan untuk apa
dia membelanjakannya, dan
tentang badannya untuk apa dia
memanfaatkannya”. [HR. Tirmidzi 4, hal. 36, no. 2532, dan ia
berkata : Ini hadits hasan shahih] Sobat, bekerja keras dengan
niat ibadah adalah ciri utama
manusia beriman. Konon usaha
kerja keras manusia beriman
demi memenuhi kebutuhan
keluarga akan mampu menghapuskan dosa-dosa yang
tidak bisa dihapus dengan amalan
shalat dan puasa. Trus bekerja
yang bagaimana yang dimaksud? َﻻ ﺎﺑﻮﻧﺫ ِﺏْﻮُﻧُّﺬﻟﺍ َﻦِﻣ َّﻥِﺍ ُﺔَﻗَﺪَّﺼﻟﺍ َﻻ َﻭ ُﺓَﻼَّﺼﻟﺍ ﺎﻫﺮﻔﻜﻳ ُّﺞَﺤﻟْﺍ َﻻ َﻭ ، ُّﻢَﻬﻟْﺍ ﺎﻫﺮﻔﻜﻳ َﻭ ِﺔَﺸْﻴِﻌَﻤﻟْﺍ ِﺐَﻠَﻃ ﻰﻓ . ﻦﺑﺍ ﻰﻧﺍﺮﺒﻄﻟﺍ ﻭ ﻪﻳﻭﺎﺒﺑ Sesungguhnya diantara dosa-
dosa itu ada dosa-dosa yang
tidak bisa terhapus oleh shalat,
sedeqah dan hajji. Tetapi bisa
terhapus oleh lelahnya
seseorang dalam mencari ma‘ isyah. [HR. Ibnu Babawaih dan Thabrani] Bekerja dengan niat ibadah,
bekerja dengan ikhlas dan
bekerja yang tetap berpegang
kepada rambu-rambu keimanan.
Bekerja dengan niat lurus dan
kuat akan menimbulkan semangat dan kesungguhan yang
luar biasa. Sehingga nantinya
akan membuka pintu-pintu rizki
yang telah diberikan Allah untuk
dirinya. 1. Niat untuk Ibadah Inilah hal utama yang terkadang
terlupa. Karena sudah menjadi
rutinitas pokok sehingga menjadi
lupa untuk berniat bahkan
berdoa sebelum memulai
pekerjaan. Niat dan doa akan memberikan energi positip dalam
mengerjakan tahapan pekerjaan
dan usaha yang kita lakukan.
Sunnatullah memang berlaku,
usaha yang minim mendapat hasil
sedikit dan usaha yang rajin akan mendapatkan lebih besar.
Tapi ingatlah, Allah Maha Kaya
dan Kuasa, bukanlah hal yang
susah dan rumit ketika Dia akan
mencurahkan rizki yang banyak
dan barokah kepada siapapun. ﺹ ّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ِﻦَﻋ ِﺪْﻴِﻌَﺳ ﻰﺑﺍ ْﻦَﻋ َﻝﺎَﻗ : ُﻦْﻴِﻣَﻷْﺍ ُﻕْﻭُﺪَّﺼﻟﺍ ُﺮِﺟﺎَّﺘﻟﺍ َﻭ َﻦْﻴِﻘْﻳّﺪّﺼﻟﺍ َﻭ َﻦْﻴّﻴِﺒَّﻨﻟﺍ َﻊَﻣ ِﺀﺍَﺪَﻬُّﺸﻟﺍ Dari Abu Sa’ id (Al-Khudriy RA), dari Nabi SAW, beliau bersabda,
“Pedagang yang jujur lagi menjaga amanat akan bersama
Nabi-nabi, orang-orang yang
jujur dan orang-orang yang mati
syahid”. [HR. Tirmidzi juz 2, hal. 341, no. 1227, dan ia berkata,
"Ini hadits hasan"] 2. Memakai Cara-cara yang
Halal Inilah yang krusial. Inilah yang
membuat status rizki yang
dihasilkan. Jika kita menimbang
dengan curang, menakar tidak
sesuai, melakukan kolusi dan
bahkan korupsi maka dipastikan hasilnya Haram. ْﻢُﺘْﻠِﻛ ﺍﺫﺍ َﻞْﻴَﻜﻟْﺍ ﺍﻮﻓﻭﺍ َﻭ ِﺱﺎَﻄْﺴِﻘﻟْﺎِﺑ ﺍﻮﻧﺯ َﻭ ِﻢْﻴِﻘَﺘْﺴُﻤﻟْﺍ ، َّﻭ ٌﺮْﻴَﺧ َﻚِﻟﺫ ًﻼْﻳِﻭْﺄَﺗ ُﻦَﺴْﺣَﺍ Dan sempurnakanlah takaran
apabila kamu menakar, dan
timbanglah dengan neraca yang
benar. Itulah yang lebih utama
(bagimu) dan lebih baik
akibatnya. [QS. Al-Israa' : 35] Jika mengejar keuntungan
dengan menyikut lawan,
memfitnah dan mendholimi orang
lain maka bisa dipastikan hasil
yang didapat jauh dari kehalalan. َﻝْﻮُﺳَﺭ َّﻥَﺍ َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ ﻰﺑﺍ ْﻦَﻋ ٍﻡﺎَﻌَﻃ ِﺓَﺮْﺒُﺻ ﻰﻠﻋ َّﺮَﻣ ﺹ ِﻪﻠﻟﺍ ْﺖَﻟﺎَﻨَﻓ ﺎﻬﻴﻓ ُﻩَﺪَﻳ َﻞَﺧْﺩَﺎَﻓ ًﻼَﻠَﺑ ُﻪُﻌِﺑﺎَﺻَﺍ ، َﻝﺎَﻘَﻓ : ﺎﻳ ﺍﺬﻫ ﺎﻣ َﻝﺎَﻗ ؟ِﻡﺎَﻌَّﻄﻟﺍ َﺐِﺣﺎَﺻ : ُﻪْﺘَﺑﺎَﺻَﺍ ِﻪﻠﻟﺍ َﻝْﻮُﺳَﺭ ﺎﻳ ُﺀﺎَﻤَّﺴﻟﺍ ، َﻝﺎَﻗ :ْﻲَﻛ ِﻡﺎَﻌَّﻄﻟﺍ َﻕْﻮَﻓ ُﻪَﺘْﻠَﻌَﺟ َﻼَﻓَﺍ ُﺱﺎَّﻨﻟﺍ ُﻩﺍَﺮَﻳ ، َﺲْﻴَﻠَﻓ َّﺶَﻏ ْﻦَﻣ ﻰﻨﻣ . ﻢﻠﺴﻣ Dari Abu Hurairah, bahwasanya
Rasulullah SAW pernah lewat
pada segundukan bahan
makanan, lalu beliau memasukkan
tangannya ke dalam gundukan
bahan makanan itu sehingga jari- jari beliau mendapati sesuatu
yang basah. Rasulullah SAW
bertanya, “Apa ini hai penjual bahan makanan ?”. Penjual itu menjawab, “Ya Rasulullah, itu karena hujan”. Beliau bersabda, “Mengapa tidak kamu letakkan di bagian atas agar orang-orang
(pembeli) mengetahuinya ?
Barangsiapa yang menipu, maka
bukan golonganku”. [HR. Muslim juz 1, hal. 99] 3. Manajemen Waktu Lagi asyik kerja, melayani
pelanggan atau client tiba-tiba
ada panggilan Adzan maka apa
yang anda lakukan?. Ibadah
Shalat paling baik dilakukan di
awal waktu. Seorang pekerja juga tidak akan korupsi waktu,
jika kesepakatan yang disetujui
adalah jam 8 to 5. Mustinya dia
berusaha untuk datang tidak
terlambat dan pulang sesuai
waktu yang telah ditentukan. Dengan manajemen waktu,
diharapkan bisa bekerja dengan
efektip dan hasil yang maksimal.
Panggilah ibadah atau panggilan
jihad tidak akan terganggu oleh
pekerjaan. InsyaAllah َﻊَﻓْﺮُﺗ ْﻥَﺃ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻥِﺫَﺃ ٍﺕﻮُﻴُﺑ ﻲﻓ ُﻪَﻟ ُﺢِّﺒَﺴُﻳ ُﻪُﻤْﺳﺍ ﺎﻬﻴﻓ َﺮَﻛْﺬُﻳَﻭ ِﻝﺎَﺻﻵﺍَﻭ ِّﻭُﺪُﻐْﻟﺎِﺑ ﺎﻬﻴﻓ ) ٣٦ ( ﻻﻭ ٌﺓَﺭﺎَﺠِﺗ ْﻢِﻬﻴِﻬْﻠُﺗ ﻻ ٌﻝﺎَﺟِﺭ ِﻡﺎَﻗِﺇَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺮْﻛِﺫ ْﻦَﻋ ٌﻊْﻴَﺑ ِﺓﺎَﻛَّﺰﻟﺍ ِﺀﺎَﺘﻳِﺇَﻭ ِﺓﻼَّﺼﻟﺍ ِﻪﻴِﻓ ُﺐَّﻠَﻘَﺘَﺗ ﺎﻣﻮﻳ َﻥﻮُﻓﺎَﺨَﻳ ُﺭﺎَﺼْﺑﻷﺍَﻭ ُﺏﻮُﻠُﻘْﻟﺍ Bertasbih kepada Allah di masjid-
masjid yang telah diperintahkan
untuk dimuliakan dan disebut
nama-Nya di dalamnya, pada
waktu pagi dan waktu petang,
laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh
jual beli dari mengingati Allah,
dan (dari) mendirikan
sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. mereka
takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang. (QS.An Nur :
36-37) 4. Pasrah Atas Hasil Sungguh indah manusia beriman,
jika mendapat rizki sedikit tetap
sabar dan jika memperoleh
melimpah atau sesuai harapan
pasti bersyukur. Rumus
pekerjaan telah dilakukan, waktu dan tenaga telah dimaksimalkan
maka kepasrahan kepada Allah
adalah kunci memperoleh hasil
yang barokah. Tidak ada
perasaan takut dan sedih ketika
mendapati hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Bisa jadi itulah
yang terbaik, Allah yang paling
tahu dan mengerti akan
kecukupan kebutuhan hamba-
Nya َﻝﺎَﻗ ٍﺐْﻴَﻬُﺻ ْﻦَﻋ : ُﻝْﻮُﺳَﺭ َﻝﺎَﻗ ﺹ ِﻪﻠﻟﺍ : ﺎﺒﺠﻋ ِﺮْﻣَﻻِ ِﻦِﻣْﺆُﻤﻟْﺍ ، ٌﺮْﻴَﺧ ُﻪَّﻠُﻛ ُﻩَﺮْﻣَﺍ َّﻥِﺍ . َﺲْﻴَﻟ َﻭ َﻙﺍَﺫ ٍﺪَﺣَﻻِ ِﻦِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ َّﻻِﺍ . ْﻥِﺍ َﻥﺎَﻜَﻓ َﺮَﻜَﺷ ُﺀﺍَّﺮَﺳ ُﻪْﺘَﺑﺎَﺻَﺍ ُﻪَﻟ ﺍﺮﻴﺧ . ُﻪْﺘَﺑﺎَﺻَﺍ ْﻥِﺍ َﻭ َﺮَﺒَﺻ ُﺀﺍَّﺮَﺿ ، ُﻪَﻟ ﺍﺮﻴﺧ َﻥﺎَﻜَﻓ . ﻢﻠﺴﻣ Dari Shuhaib, ia berkata :
Rasulullah SAW bersabda,
“Mengagumkan sekali urusannya orang mukmin itu. Sesungguhnya
urusannya, semuanya menjadi
kebaikan baginya. Dan tidak ada
yang mendapatkan demikian itu
seseorangpun kecuali orang
mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, bersyukur. Maka
yang demikian itu adalah menjadi
kebaikan baginya. Dan apabila
ditimpa suatu mushibah,
bershabar. Maka yang demikian
itu menjadi kebaikan pula baginya”. [HR. Muslim juz 4, hal. 2295] 5. Memberikan sebagian
Hasil. Salah satu bentuk syukur ketika
menerima rizki dari Allah adalah
menunaikan titipan harta yang
tercampur dalam rizki kita
kepada yang berhak. Zakat pada
dasarnya memang bukan milik kita, celakalah orang yang
menyembunyikannya atau
bahkan memakannya. Dan sikap
Kikir dan Boros adalah pekerjaan
Syetan. ِﻪِﻟﻮُﺳَﺭَﻭ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ﺍﻮﻨﻣﺁ ْﻢُﻜَﻠَﻌَﺟ ﺎﻤﻣ ﺍﻮﻘﻔﻧﺃﻭ ﺍﻮﻨﻣﺁ َﻦﻳِﺬَّﻟﺎَﻓ ِﻪﻴِﻓ َﻦﻴِﻔَﻠْﺨَﺘْﺴُﻣ ٌﺮﻴِﺒَﻛ ٌﺮْﺟَﺃ ْﻢُﻬَﻟ ﺍﻮﻘﻔﻧﺃﻭ ْﻢُﻜْﻨِﻣ Berimanlah kamu kepada Allah
dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah
telah menjadikan kamu
menguasainya. Maka orang-
orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar.
(QS.Al Hadid : 7) Bentuk syukur selanjutnya
adalah gemar berinfaq sedekah.
Hukum perdagangan yang dijamin
sangat besar labanya adalah
hanyalah melakukan jul-beli
dengan Allah. Allah Maha Melihat dan Maha benar janjinya, bukan
perkara yang sulit jika Allah
memberikan bonus rizki kepada
hambaNya yang beriman dan
beramal shaleh. 6. Menggunakan Hasil dalam
Kebaikan Melihat kembali hadist dalam
alinea pembuka. Rizki yang halal
tetap akan dituntut dibelanjakan
dengan cara dan peruntukan
yang halal pula. Bahkan Rasulullah
SAW-pun memberikan rambu- rambu, kalau beramal kebaikan
dengan rizki haram tidak akan
diterima. Pola pikir yang salah besar, bila
beranggapan jika sebagian hasil
korupsi dipakai menyumbang
anak yatim dan mesjid bisa
memberikan ampunan Allah atau
memutihkan hasil korupsi yang telah sengaja dilakukan. َﻝﺎَﻗ َﺓَﺮْﺠُﻋ ِﻦْﺑ ِﺐْﻌَﻛ ْﻦَﻋ : َﻝﺎَﻗ ﺹ َّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ : َﺓَﺮْﺠُﻋ َﻦْﺑ ُﺐْﻌَﻛ ﺎﻳ ٌﻡَﺩ َﻭ ٌﻢْﺤَﻟ َﺔَّﻨَﺠﻟْﺍ ُﻞُﺧْﺪَﻳ َﻻ ُﻪَّﻧِﺍ ٍﺖْﺤُﺳ ﻰﻠﻋ ﺎﺘﺒﻧ ، ﻰﻟﻭﺍ ُﺭﺎَّﻨﻟَﺍ ِﻪِﺑ . َﺓَﺮْﺠُﻋ َﻦْﺑ ُﺐْﻌَﻛ ﺎﻳ ، ُﺱﺎَّﻨﻟَﺍ ِﻥﺎَﻳِﺩﺎَﻏ . ِﻪِﺴْﻔَﻧ ِﻙﺎَﻜِﻓ ﻰﻓ ٍﺩﺎَﻐَﻓﺎﻬﻘﺘﻌﻤﻓ ، ﺎﻬﻘﺑﻮﻣ ٍﺩﺎَﻏ َﻭ . ﺎﻳ َﺓَﺮْﺠُﻋ َﻦْﺑ ُﺐْﻌَﻛ ، ُﺓَﻼَّﺼﻟَﺍ َﻭ ٌﻥﺎَﻫْﺮُﺑ ُﺔَﻗَﺪَّﺼﻟﺍ َﻭ ٌﻥﺎَﺑْﺮُﻗ ٌﺔَّﻨُﺟ ُﻡْﻮَّﺼﻟﺍ ، ُﺔَﻗَﺪَّﺼﻟﺍ َﻭ ُﺐَﻫْﺬَﻳ ﺎﻤﻛ َﺔَﺌْﻴِﻄَﺨﻟْﺍ ُﺊِﻔْﻄُﺗ ﺎﻔﺼﻟﺍ ﻰﻠﻋ ُﺪْﻴِﻠَﺠﻟْﺍ Dari Ka‘ ab bin ‘ Ujrah, dia berkata : Nabi SAW bersabda,
“Hai Ka‘ ab bin ‘ Ujrah, sesungguhnya tidak akan masuk
surga daging dan darah yang
tumbuh dari barang yang haram,
neraka lebih pantas baginya. Hai
Ka‘ ab bin ‘ Ujrah, manusia itu memasuki waktu pagi ada dua
macam : pertama, orang yang
mampu menahan nafsunya, maka
dia membebaskannya (dari
neraka). Kedua, orang yang
membinasakan dirinya. Hai Ka‘ ab bin ‘ Ujrah, shalat itu pendekatan diri (kepada Allah),
shadaqah itu tanda bukti
keimanan, dan puasa itu perisai.
Shadaqah bisa menghapus
kesalahan sebagaimana
meluncurnya hujan es di atas batu licin“. [HR. Ibnu Hibban juz 12, hal. 378, no. 5567] 7. Tidak ada kamus Malas
dan Putus asa Unsur dari rumus menuju taqwa
adalah ujian dari Allah. Terkadang
ketika berburu rizki menemui
hal-hal yang tidak diinginkan dan
diluar rencana. Rugi besar
karena dibohongi orang, salah dalam perhitungan, dikhianati
partner kerja, difitnah oleh
kolega ataupun berbagai
kejadian yang sungguh tidak
mengenakkan. Nah, jiak tidak
sadar maka itulah yang terkadang membuat hati menjadi
putus asa. ﺍﻮﻓﺮﺳﺃ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ َﻱِﺩﺎَﺒِﻋ ﺎﻳ ْﻞُﻗ ْﻦِﻣ ﺍﻮﻄﻨﻘﺗ ﻻ ْﻢِﻬِﺴُﻔْﻧَﺃ ﻰﻠﻋ ُﺮِﻔْﻐَﻳ َﻪَّﻠﻟﺍ َّﻥِﺇ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺔَﻤْﺣَﺭ َﻮُﻫ ُﻪَّﻧِﺇ ﺎﻌﻴﻤﺟ َﺏﻮُﻧُّﺬﻟﺍ ُﻢﻴِﺣَّﺮﻟﺍ ُﺭﻮُﻔَﻐْﻟﺍ Katakanlah: “Hai hamba-hamba- Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS.Az Zumar : 53) Bolehlah kita kecewa sejenak,
tetapi jadikanlah itu sebagai
sarana untuk mengkoreksi diri
dan jika ada kesalahan lekas
bertaubat. Jangan berlama-lama
dalam kekecewaan dan lekaslah bangkit kembali. Tidak ada
kesuksesan tanpa kegagalan.
Bangkrut, rugi atau gagal
hanyalah kesuksesan yang
tertunda. ّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ِﻦَﻋ ٍﻚِﻟﺎَﻣ ِﻦْﺑ ِﺲَﻧَﺍ ْﻦَﻋ َﻝﺎَﻗ ﺹ : ٌﺐِﺟﺍَﻭ ِﻝَﻼَﺤﻟْﺍ ُﺐَﻠَﻃ ٍﻢِﻠْﺴُﻣ ّﻞُﻛ ﻰﻠﻋ . ﻰﻓ ﻰﻧﺍﺮﺒﻄﻟﺍ ﻂﺳﻭﻻﺍ Dari Anas bin Maalik dari Nabi
SAW, beliau bersabda, “Mencari yang halal adalah wajib atas
setiap orang Islam”. [HR. Thabrani di dalam Al-Ausath]

syarat agar amal di terima d sisi allah

Beramal shalih memang
penting karena merupakan
konsekuensi dari keimanan
seseorang. Namun yang tak
kalah penting adalah
mengetahui persyaratan agar amal tersebut
diterima di sisi Allah. Jangan
sampai ibadah yang kita
lakukan menjadi sia-sia
karena tidak diterima Allah
Subhanahuwata’ ala, bahkan bisa jadi justru
membuat Allah murka
karena cara beramal kita
tidak memenuhi syarat
yang Allah dan Rasul-Nya
telah bimbing melalui Al Qur’ an dan As-Sunnah. Syarat Diterimanya Amal oleh Allah Subhanahuwata’ ala Pertama, amal harus
dilaksanakan dengan
keikhlasan semata-mata
mencari ridha Allah
Subhanahuwata’ ala. Allah Subhanahuwata’ ala berfirman; Dan tidaklah mereka
diperintahkan melainkan
agar menyembah Allah
dengan mengikhlaskan
baginya agama yang lurus”. (Al Bayyinah: 5) Rasulullah
Sholallohualaihiwasallam
bersabda: “Sesungguhnya amal-amal tergantung pada niat dan
setiap orang akan
mendapatkan sesuatu
sesuai dengan
niatnya.” (Shahih, HR Bukhari-Muslim) Kedua dalil ini sangat jelas
menunjukkan bahwa dasar
dan syarat pertama
diterimanya amal adalah
ikhlas, yaitu semata-mata
mencari wajah Allah Subhanahuwata’ ala. Amal tanpa disertai dengan
keikhlasan maka amal
tersebut tidak akan
diterima oleh Allah
Subhanahuwata’ ala. Kedua, amal tersebut
sesuai dengan sunnah
(petunjuk) Rasulullah
Sholallohualaihiwasallam. Beliau
Sholallohualaihiwasallam
bersabda: “Dan barang siapa yang melakukan satu amalan
yang tidak ada perintahnya
dari kami maka amalan
tersebut
tertolak.” (Shahih, HR Muslim dari ‘ Aisyah radhiallahu ‘ anha) Dari dalil-dalil di atas para
ulama sepakat bahwa
syarat amal yang akan
diterima oleh Allah
Subhanahuwata’ ala adalah ikhlas dan sesuai dengan
bimbingan Rasulullah
Sholallohualaihiwasallam.
Jika salah satu dari kedua
syarat tersebut tidak ada,
maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah
Subhanahuwata’ ala. Dari sini sangat jelas
kesalahan orang-orang
yang mengatakan “ Yang penting kan niatnya.” Yang benar, harus ada
kesesuaian amal tersebut
dengan ajaran Rasulullah
Sholallohualaihiwasallam.
Jika istilah “yang penting niat” itu benar niscaya kita akan membenarkan
segala perbuatan maksiat
(ingkar, red) kepada Allah
Subhanahuwata’ ala dengan alasan ‘ yang penting niatnya’ . Orang seperti mereka akan
mengatakan para pencuri,
penzina, pemabuk, pemakan
riba’ , pemakan harta anak yatim, perampok, penjudi,
penipu, pelaku bid’ ah (yaitu cara-cara baru
dalam beribadah mengada-
ada, yang tidak ada
contohnya dari Rasululah
Sholallohualaihiwasallam)
dan bahkan perbuatan syirik tidak bisa kita
salahkan, karena beralasan
kita tidak mengetahui
bagaimana niatnya (karena
bisa jadi niatnya baik
menurut pandangan mereka). Demikian juga
dengan seseorang yang
mencuri dengan niat
memberikan nafkah kepada
anak dan isterinya. Apakah seseorang
melakukan bid’ ah (cara beribadah yang sesat)
dengan niat beribadah
kepada Allah
Subhanahuwata’ ala adalah perbuatan yang
dibenarkan? Apakah orang
yang meminta petunjuk
kepada kuburan-kuburan /
makam wali dengan niat
memuliakan wali itu adalah perbuatan yang
dibenarkan? Tentu
jawabannya adalah tidak. Dari pembahasan di atas
sangat jelas kedudukan dua
syarat tersebut dalam
sebuah amalan dan sebagai
penentu diterimanya. Oleh
karena itu, sebelum melangkah untuk beramal
hendaklah bertanya pada
diri kita: Untuk siapa saya
beramal? Dan bagaimana
caranya? Maka jawabannya
adalah dengan kedua syarat di atas. Masalah berikutnya, juga
bukan sekedar
memperbanyak amal, akan
tetapi benar atau tidaknya
amalan tersebut.
Allah Subhanahuwata’ ala berfirman: “Dia Allah yang telah menciptakan mati dan hidup
untuk menguji kalian
siapakah yang paling bagus
amalannya.” (Al Mulk: 2) Jadi dari ayat ini Allah
Subhanahuwata’ ala mengatakan yang paling
baik amalnya dan bukan
yang paling banyak
amalnya, yaitu amal yang
dilaksanakan dengan ikhlas
dan sesuai dengan ajaran Rasulullah
Sholallohualaihiwasallam. Wallahu a’ lam.

wahai saudaraku tinggalkanlah DUSTA !

Di antara sebab
terbanyak yang menjerumuskan anak Adam ke lembah kemaksiatan, adalah mereka
tidak menjaga dua hal yaitu lidah dan kemaluannya. Sehingga Rasulullah
shalallahu alaihi wa salam bersabda:
”Barangsiapa yang mampu menjaga
apa yang terdapat di antara dua
janggutnya dan apa yang ada di antara dua
kakinya, maka aku jamin akan masuk surga.” (Muttafaq alaih, dari Sahl bin
Sa’ ad). Kemaksiatan yang ditimbulkan dari kemaluan adalah zina, dan
kemaksiatan yang ditimbulkan oleh lisan adalah dusta. Terkadang dengan lisannya
seseorang mengucapkan kata- kata tanpa dipertimbangkan dan dipikirkan sebelumnya,
sehingga menimbulkan fitnah dan kemudharatan yang banyak bagi dirinya maupun
bagi orang lain.
Oleh karena itu jelaslah bahwa di antara keselamatan
seorang hamba adalah tergantung pada penjagaannya terhadap lisannya. Nabi
shalallahu alaihi wa salam sendiri pernah menasehati ‘ Uqbah bin Amir ketika dia
bertanya tentang keselamatan, lalu beliau bersabda:
”Peliharalah lidahmu, betahlah tinggal di rumahmu dan tangisilah dosa- dosamu.” (HR Tirmidzi, hadits hasan).
Termasuk penyimpangan yang nyata dan banyak
terjadi di masyarakat kita sekarang ini adalah melakukan dusta, baik dalam
ucapan maupun perbuatan, baik dalam menjual maupun membeli, dalam sumpah dan
perjanjian, bahkan menggunakan dusta sebagai bumbu dakwah dan menjatuhkan orang
karena kedengkian.
Manusia yang awam maupun yang ‘ alimnya banyak menganggap sepele masalah dusta, sehingga menjadi kebiasaan yang membudaya, yang
seolah sulit ditinggalkan. Yang lebih parah lagi adalah kebiasaan dusta ini
tidak dipedulikan lagi oleh yang awam maupun yang alim, mad’ u maupun da’ inya, terhadap bahaya yang ditimbulkan. Na’ udzubillah min dzalik.
Padahal urusan dusta adalah termasuk hal yang berbahaya,
karena termasuk urusan haram yang menyebabkan pelakunya terjerumus ke dalam
neraka. Rasulullah shalallahu alaihi
wa salam bersabda:
”Sesungguhnya dusta itu menuntun kepada kekejian dan kekejian itu menuntun ke dalam neraka.
Tidak henti-hentinya seseorang itu berdusta dan membiasakan diri dalam dusta,
sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (muttafaqun
‘ alaih). Dusta mempunyai beberapa pengaruh buruk, yang seandainya hal ini
disadari oleh para pendusta pasti
mereka akan meninggalkan kebiasaan dustanya
dan akan kembali bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ ala. Sebagian
dari pengaruh buruk itu adalah: 1. Menyebarkan
keraguan kepada dan di antara manusia Keraguan artinya
bimbang dan resah. Ini berarti seorang pendusta selamanya menjadi sumber
keresahan dan keraguan, serta menjatuhkan ketenangan pada orang yang jujur.
Berkata Rasulullah shalallahu alaihi wa salam:
”Tinggalkanlah apa-apa yang membuatmu ragu dan ambil apa-apa yang tidak meragukanmu, karena
sesungguhnya kejujuran itu adalah ketenangan dan dusta itu adalah
keresahan.” (HR Tirmidzi, An Nasai, dan lainnya). 2. Terjerumusnya
seseorang ke dalam salah satu tanda munafik Rasulullah shalallahu
alaihi wa salam bersabda:
”Ada empat hal, barangsiapa yang memiliki
semuanya, maka dia munafik sejati. Dan barangsiapa memiliki salah satu di
antaranya, berarti dia mempunyai satu jenis sifat munafik hingga dia
meninggalkannya. Yaitu bila diberi amanat dia khianat, bila berkata dia dusta,
bila berjanji dia mengingkari, dan jika berselisih dia berkata kotor.” (Muttafaqun ‘ alaih). Sebagaimana diketahui, bahwa orang munafik akan
menempati kerak neraka yang paling bawah. Sebutan munafik adalah sebutan yang
amat berat, maka mengapa kita berani berdusta dan mempertahankannya padahal ia
hanya akan mengantarkan kita kepada kedudukan yang buruk lagi
menghinakan. 3. Hilangnya kepercayaan Sesungguhnya selama
dusta menyebar dalam kehidupan
masyarakat, maka hal itu akan menghilangkan
kepercayaan di kalangan kaum Muslimin, memutuskan jalinan kasih sayang di antara
mereka, sehingga menyebabkan tercegahnya kebaikan dan menjadi penghalang
sampainya kebaikan kepada orang yang berhak menerimanya. 4.
Memutarbalikkan kebenaran Di antara pengaruh buruk dusta adalah
memutarbalikkan kebenaran dan membawa berita yang berlainan dengan fakta,
lebih-lebih dilakukan dengan tanpa mencari kejelasan atau tabayyun yang
disyariatkan. Hal ini dilakukan karena para pendusta suka merubah kebatilan
menjadi kebenaran dan kebenaran menjadi kebatilan dalam pandangan manusia.
Sebagaimana para pendusta pun suka menghias-hiasi keburukan sehingga tampak baik
dan memburuk-burukkan yang baik sehingga berubah menjadi buruk. Dan itulah
perniagaan para pendusta yang terurai rapi dan mahal harganya menurut pandangan
mereka.
Dan apa saja yang mereka katakan tentang keburukan seseorang, dan
apapun pengaruhnya, maka hati- hatilah terhadap mereka, baik yang anda baca dari
mereka ataupun yang anda dengar. Pahami firman Allah
ta’ ala: ”… Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (QS Al Mukmin:
28) 5. Pengaruh dusta terhadap
anggota badan Dusta menjalar
dari hati ke lidah, maka rusaklah lidah itu, lalu menjalar ke anggota badan,
maka rusaklah amal perbuatannya sebagaimana rusaknya lidah dalam berbicara. Maka
jika Allah subhanahu wa ta’ ala tidak memberikan kesembuhan dalam kejujuran
kepada para pendusta itu. Sehingga semakin rusaklah mereka dan menjerumuskan
mereka ke arah kehancuran.
Rasulullah shalallahu alaihi wa salam
bersabda:
”Sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebajikan, sedangkan
dusta menuntun kepada kedurhakaan.” (Muttafaq ‘ alaih) .
Itulah
sebagian kecil dari akibat buruk dusta yang semuanya merupakan akibat yang
terasa di dunia, dan di sisi Allah balasan bagi pendusta lebih dahsyat dan
mengerikan.
Jelaslah bahwa para pendusta akan berjalan di atas jalan yang
menuju neraka, karena dengan berdusta berarti ia akan membuka berbagai pintu
keburukan lainnya. Rasulullah shalallahu alaih wa salam
bersabda:
”Sesungguhnya dusta itu menuju kepada kekejian dan kekejian
menuntun ke neraka, seseorang terus menerus berdusta sehingga dicatat di sisi
Allah sebagai Pendusta.” (muttafaq ‘ alaih) Untuk itu agar kita semua
memperhatikan bahaya dusta sehingga takut untuk melakukannya. Adapun cara untuk
menghindar darinya antara lain: 1. Tidak bergaul dengan
para pendusta dan mencari teman yang shaleh lagi jujur.
2. Mempunyai
keyakinan yang mantap akan bahaya yang ditimbulkannya baik di dunia maupun di
akhirat.
3. Melatih hati dan lisan untuk selalu berkata dan berbuat
jujur.
4. Selalu aktif mengkaji Al- Qur’ an dan mengamalkannya. Semoga
Allah menganugerahkan kejujuran kepada kita semua dalam ucapan maupun
perbuatan.

Senin, Mei 09, 2011

seperti apa suami idaman itu ?

Tidak selalu tuntutan untuk berbuat baik dan bersikap baik ditujukan kepada istri dalam hubungan rumah tangga. menjadi istri idaman untuk suami adalah hal yang harus dipenuhi oleh setiap wanita. menjadi suri tauladan dan guru bagi anak-anaknya dan anak- anak suaminya. akan tetapi disamping itu, seorang istri juga miliki hak-hak yang harus dipenuhi oleh suami. Kewajiban yang harus ditunaikan juga mencakup tanggung jawab seorang suami atas seisi rumah. Islam telah membagi antara hak-hak istri dan hak-hak suami agar tidak terjadi kesalah pahaman antara keduanya. diantara hak istri yang harus dipenuhi oleh suami adalah sebagaimana yang difirmankan Allah : ِﺀﺎَﺴِّﻨﻟﺍ ﻰﻠﻋ َﻥﻮُﻣﺍَّﻮَﻗ ُﻝﺎَﺟِّﺮﻟﺍ ﻰﻠﻋ ْﻢُﻬَﻀْﻌَﺑ ُﻪَّﻠﻟﺍ َﻞَّﻀَﻓ ﺎﻤﺑ ْﻦِﻣ ﺍﻮﻘﻔﻧﺃ ﺎﻤﺑﻭ ٍﺾْﻌَﺑ ْﻢِﻬِﻟﺍَﻮْﻣَﺃ Artinya : "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki- laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka." (QS An- Nisa : 34) Menjadi pemimpin yang bertanggung jawab atas istri, atas segala kebutuhannya, baik itu kebutuhan lahir ataupun batin. perhatian terhadap dirinya, peduli dan menampakkan rasa simpati, berperilaku lemah lembut. tampakkan rasa kasih sayang terhadapnya. Seorang istri tetaplah manusia, yang tidak mungkin dibiarkan begitu saja tanpa perhatian. terkadang sebagian suami bersikap agak tidak peduli terhadap apa yang dilakukan istri. tanpa kata- kata mesra lagi, tanpa sentuhan lembut untuk meringankan bebannya karena dengan setia telah melayaninya. Setelah mempunyai dua atau tiga anak, seseorang telah merasa tua, dan merasa lebih dewasa. jika memang seseorang itu lebih tua akan lebih dewasa, seharusnya setiap orang yang berkeluarga bisa tampil lebih romantis terhadap pasangannya. lebih dekat, dan lebih mengerti setiap apa yang diperlukan pasangannya. bukan tambah renggang hubungannya, bukan pula seperti orang lain yang seperti tidak pernah kenal. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- ketika telah berumur sekitar 50-an tahun. masih tetap romantis terhadap istrinya 'Aisyah -rodhiyallahu 'anha-. masih tetap perhatian dengan semua istri-istrinya. Dan siapakah suami terbaik? suami terbaik adalah yang sebagaimana disabdakan Rosulullah - sholallahu 'alaihi wasallam- : ِﻪِﻠْﻫَﺄِﻟ ْﻢُﻛُﺮْﻴَﺧ ْﻢُﻛُﺮْﻴَﺧ ، ﺎﻧﺃﻭ ﻲﻠﻫﺄﻟ ْﻢُﻛُﺮْﻴَﺧ Artinya : "sebaik-baik kalian
adalah yang paling baik terhadap keluarganya. dan saya adalah terbaik diantara kalian terhadap keluargaku." (HR Bukhori, Muslim dan lainnya) Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- telah mengatakan bahwa dialah orang terbaik diantara para sahabat-sahabatnya terhadap keluarga. ini berarti beliau adalah sebagai panutan bagi setiap
orang yang telah berkeluarga. agar meniru beliau dalam berumah tangga. Rosulullah - sholallahu 'alaihi wasallam- juga bersabda : ﺎﻧﺎﻤﻳﺇ َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ُﻞَﻤْﻛَﺃ ْﻢُﻛُﺭﺎَﻴِﺧَﻭ ﺎﻘﻠﺧ ْﻢُﻬُﻨَﺴْﺣَﺃ ﺎﻘﻠﺧ ْﻢِﻬِﺋﺎَﺴِﻨِﻟ ْﻢُﻛُﺭﺎَﻴِﺧ Artinya : "Paling sempurnanya iman diantara kalian adalah yang paling baik budi pekertinya. dan paling baik diantara kalian adalah yang paling baik budi pekertinya terhadap istrinya." (HR At-Tirmidzi)

Jumat, Mei 06, 2011

BAHAYA ! DURHAKA KEPADA SUAMI

Tujuan suatu pernikahan
adalah untuk menciptakan
kecenderungan
(ketenangan), kasih
sayang, dan cinta. Sebab
seorang istri akan menjadi penyejuk mata, dan
penenang di kala timbul
problema. Namun, jika istri
itu durhaka lagi
membangkang kepada
suaminya, maka alamat kehancuran ada didepan
mata. Dia tidak lagi menjadi
penyejuk hati, tapi menjadi
musibah dan neraka bagi
suaminya. Allah Subhanahu wa Ta’ ala telah berfirman : “Dan diantara tanda-tanda
kekuasan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-
istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung
dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-
Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya
yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum :21) Kedurhakaan seorang istri
kepada suaminya amat
banyak ragam dan
bentuknya, seperti
mencaci-maki suami,
mengangkat suara depan suami, membuat suami
jengkel, berwajah cemberut
depan suami, menolak
ajakan suami untuk jimak,
membenci keluarga suami,
tidak mensyukuri (mengingkari) kebaikan, dan
pemberian suami, tidak mau
mengurusi rumah tangga
suami, selingkuh,
berpacaran di belakang
suami, keluar rumah tanpa izin suami, dan sebagainya. Allah -Subhanahu wa Ta’ la- telah mengancam istri yang
durhaka kepada suaminya
melalui lisan Rasul-Nya
ketika Beliau -Shollallahu
‘ alaihi wasallam- bersabda, “Allah tidak akan melihat seorang istri yang tidak
mau berterima kasih atas
kebaikan suaminya padahal
ia selalu butuh kepada
suaminya” . [HR. An-Nasa'iy dalam Al-
Kubro (9135 & 9136), Al-
Bazzar dalam Al-Musnad
(2349), Al-Hakim dalam Al-
Mustadrok (2771), dan
lainnya. Hadits ini di-shohih- kan oleh Syaikh Al-Albaniy
dalam Ash-Shohihah (289)] Tipe wanita seperti ini
banyak disekitar kita.
Suami yang capek banting
tulang setiap hari untuk
menghidupi anak-anaknya,
dan memenuhi kebutuhannya, namun masih
saja tetap berkeluh kesah
dan tidak puas dengan
penghasilan suaminya. Ia
selalu membanding-
bandingkan suaminya dengan orang lain, sehingga
hal itu menjadi beban yang
berat bagi suaminya. Maka
tidak heran jika neraka
dipenuhi dengan wanita-
wanita seperti ini, sebagaimana sabda Nabi -
Shollallahu ‘ alaihi wasallam- “Telah diperlihatkan neraka kepadaku, kulihat
mayoritas penghuninya
adalah wanita, mereka
telah kufur (ingkar)!” Ada yang bertanya, “apakah mereka kufur (ingkar)
kepada Allah?” Rasullah - Shollallahu ‘ alaihi wasallam- menjawab, “Tidak, mereka mengingkari (kebaikan)
suami. Sekiranya kalian
senantiasa berbuat baik
kepada salah seorang dari
mereka sepanjang
hidupnya, lalu ia melihat sesuatu yang tidak
berkenan, ia (istri durhaka
itu) pasti berkata, “Saya sama sekali tidak pernah
melihat kebaikan pada
dirimu”. [HR. Bukhariy dalam Shohih-nya (29), dan Muslim
dalam Shohih-nya (907)] Hushain bin Mihshon telah
berkata, “Bibiku telah menceritakan kepadaku
seraya berkata,
“Saya mendatangi Rasulullah -Shollallahu
‘ alaihi wasallam- untuk suatu keperluan. Beliau
bertanya:”siapakah ini? Apakah sudah bersuami?.
“sudah!”, jawabku. “Bagaimana hubungan engkau dengannya?”, tanya Rasulullah. “Saya selalu mentaatinya sebatas
kemampuanku”. Rasulullah - Shollallahu ‘ alaihi wasallam- bersabda, “Perhatikanlah selalu bagaimana
hubunganmu dengannya,
sebab suamimu adalah
surgamu, dan nerakamu”. [HR. An-Nasa'iy dalam Al-
Kubro (8963), Ahmad dalam
Al-Musnad (4/341/no.
19025), dan lainnya. Hadits
ini di-shohih-kan oleh Al-
Albaniy dalam Ash-Shohihah (2612), dan Adab Az-Zifaf
(hal. 213)] Dari hadits ini, kita telah
mengetahui betapa besar
dan agungnya hak-hak
suami yang wajib dipenuhi
seorang istri sampai
Rasulullah -Shollallahu ‘ alaihi wasallam- pernah bersabda, “Sekiranya aku boleh memerintahkan seseorang
untuk sujud kepada lainnya,
niscaya akan kuperintahkan
seorang istri sujud kepada
suaminya” . [HR. At- Tirmidziy dalam As-Sunan
(1159), dan lainnya. Hadits
ini di-shohih-kan oleh
Syaikh Al-Albaniy dalam Al-
Irwa' (1998)] Jika seorang istri tidak
memenuhi hak-hak tersebut
atau durhaka kepada
suami, maka ia
mendapatkan ancaman dari
Allah -Ta’ ala- lewat lisan Nabi -Shallallahu ‘ alaihi wa sallam-, “Ada dua orang yang sholatnya tidak
melampaui kepalanya: budak
yang lari dari majikannya
sampai ia kembali, dan
wanita yang durhaka
kepada suaminya sampai ia mau rujuk (taubat)”. [HR. Ath-Thobroniy dalam
Ash-Shoghir (478), dan Al-
Hakim dalam Al-Mustadrok
(7330)] Nabi -Shallallahu ‘ alaihi wa sallam- bersabda, “Ada tiga orang yang sholatnya tidak melampaui
telinganya: Hamba yang lari
sampai ia mau kembali,
wanita yang bermalam
(tidur, red), sedang
suaminya masih marah kepadanya, dan seorang
pemimpin kaum, sedang
mereka benci kepadanya”. [HR. At-Tirmidziy (360).
Hadits ini di-hasan-kan oleh
Al-Albaniy dalam Takhrij Al-
Misykah (1122)] Ini merupakan ancaman
yang amat keras bagi para
wanita durhaka, karena
kedurhakaannya menjadi
sebab tertolaknya amal
sholatnya di sisi Allah. Dia sholat hanya sekedar
melaksanakan kewajiban di
hadapan Allah. Adapun
pahalanya, maka ia tak
akan mendapatkannya,
selain lelah dan capek saja. Wal’ iyadzu billahmin dzalik. Diantara bentuk
kedurhakaan seorang istri
kepada suaminya,
enggannya seorang istri
untuk memenuhi hajat
biologis suaminya. Keengganan seorang istri
dalam melayani suaminya,
lalu suami murka dan
jengkel merupakan sebab
para malaikat melaknat
istri yang durhaka seperti ini. Nabi -Shallallahu ‘ alaihi wa sallam- bersabda, “Jika seorang suami mengajak istrinya
(berjimak) ke tempat tidur,
lalu sang istri enggan, dan
suami bermalam dalam
keadaan marah kepadanya,
maka para malaikat akan melaknat sang istri sampai
pagi”. [HR. Al-Bukhoriy Kitab Bad'il Kholq (3237),
dan Muslim dalam Kitab An-
Nikah (1436)] Seorang suami saat ia
butuh pelayanan biologis
(jimak) dari istrinya, maka
seorang istri tak boleh
menolak hajat suaminya,
bahkan ia harus berusaha sebisa mungkin memenuhi
hajatnya, walaupun ia
capek atau sibuk dengan
suatu urusan. Nabi -
Shallallahu ‘ alaihi wa sallam- bersabda, “Demi (Allah) Yang jiwa Muhammad ada di Tangan-
Nya, seorang istri tak akan
memenuhi hak Robb-nya
sampai ia mau memenuhi
hak suaminya. Walaupun
suaminya meminta dirinya (untuk berjimak), sedang ia
berada dalam sekedup,
maka ia (istri) tak boleh
menghalanginya”. [HR. Ibnu Majah dalam Kitab
An-Nikah (1853). Hadits ini
dikuatkan oleh Al-Albaniy
dalam Adab Az-Zifaf (hal.
211)] Perhatikan hadits ini, Nabi -
Shallallahu ‘ alaihi wa sallam- memberikan
bimbingan kepada para
wanita yang bersuami agar
memperhatikan suaminya
saat-saat ia dibutuhkan
oleh suaminya. Sebab kebanyakan problema
rumah tangga timbul dan
berawal dari masalah
kurangnya perhatian istri
atau suami kepada
kebutuhan biologis pasangannya, sehingga
“solusinya” (baca: akibatnya) munculllah
kemarahan, dan
ketidakharmonisan rumah
tangga. Syaikh Al-Albaniy-
rahimahullah- berkata
dalam Adab Az-Zifaf (hal.
210), “Jika wajib bagi seorang istri untuk
mentaati suaminya dalam
hal pemenuhan biologis
(jimak), maka tentunya
lebih wajib lagi baginya
untuk mentaati suami dalam perkara yang lebih penting
dari itu, seperti mendidik
anak, memperbaiki
(mengurusi) rumah tangga,
dan sejenisnya diantara
hak dan kewajibannya”. Seorang wanita yang
durhaka kepada suaminya,
akan selalu dibenci oleh
suaminya, bahkan ia akan
dibenci oleh istri suaminya
dari kalangan bidadari di surga. Istri bidadari ini
akan marah. Saking
marahnya, ia mendoakan
kejelekan bagi wanita yang
durhaka kepada suaminya.. Nabi -Shallallahu ‘ alaihi wa sallam- bersabda, “Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di
dunia, melainkan istrinya
dari kalangan bidadari akan
berkata, “Janganlah engkau menyakitinya.
Semoga Allah memusuhimu.
Dia (sang suami) hanyalah
tamu di sisimu; hampir saja
ia akan meninggalkanmu
menuju kepada kami”. [HR. At-Tirmidziy Kitab Ar-
Rodho' (1174), dan Ibnu
Majah dalam Kitab An-Nikah
(2014). Hadits ini di-shohih-
kan oleh Al-Albaniy dalam
Adab Az-Zifaf (hal. 212)] Demikianlah bahayanya
seorang wanita melakukan
kedurhakaan kepada
suaminya, yakni tak mau
taat kepada suami dalam
perkara-perkara yang ma’ ruf (boleh) menurut syari’ at. Semoga wanita- wanita yang durhaka
kepada suaminya mau
kembali berbakti, dan
bertaubat sebelum ajal
menjemput. Pada hari itulah
penyesalan tak lagi bermanfaat baginya.

Minggu, Mei 01, 2011

Anak-anakku.., Hari ini akan menjadi satu
di antara hari-hari yang
paling bersejarah di dalam
kehidupan kalian berdua.
Sebentar lagi kalian akan
menjadi sepasang suami- isteri, yang darinya kelak
akan lahir anak-anak yang
sholeh dan sholehah, dan
kalian akan menjadi
seorang bapak dan seorang
ibu, untuk kemudian menjadi seorang kakek dan
seorang nenek, …… insya Allah. Rentang perjalanan hidup
manusia yang begitu
panjang … sesungguhnya singkat saja. Begitu pula… liku-liku dan pernik-pernik
kerumitan hidup
sesungguhnya jugalah
sederhana. Kita semua..
diciptakan ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa tidak lain untuk beribadah
kepada NYA. Maka, jika kita
semua berharap kelak
dapat berjumpa dengan
ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa … dalam keadaan IA ridlo kepada kita,
hendaklah kita jadikan
segala tindakan kita
semata-mata di dalam
rangka mencari keridlo’ an- NYA dan menyelaraskan diri
kepada Sunnah Nabi-NYA
Yang Mulia -Shallallahu
alaihi wa sallam- “Maka barangsiapa merindukan akan
perjumpaannya dengan
robb-nya, hendaknya ia
beramal dengan amalan
yang sholeh, serta tidak
menyekutukan dengan sesuatu apapun di dalam
peribadatahan kepada
robb-nya.” Begitu pula pernikahan ini,
ijab-qabulnya, adanya wali
dan dua orang saksi,
termasuk hadirnya kita
semua memenuhi undangan
ini… adalah ibadah, yang tidak luput dari keharusan
untuk sesuai dengan
syari’ at ALLAH Subhaanahu wa ta’ alaa. Oleh karena itu… , kepada calon suami anakku… Saya ingatkan, bahwa
wanita itu dinikahi karena
empat alasan, sebagaimana
sabda Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam: “Wanita dinikahi karena empat alasan. Hartanya,
keturunannya,
kecantikannya,atau
agamanya. Pilihlah karena
agamanya, niscaya
selamatlah engkau.” (HR:Muslim) Maka ambilah nanti putriku
sebagai isteri sekaligus
sebagai amanah yang kelak
kamu dituntut bertanggung
jawab atasnya. Dengannya
dan bersamanya lah kamu beribadah kepada ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa, di dalam suka… di dalam duka. Gaulilah ia secara baik,
sesuai dengan yang
diharuskan menurut
syari’ at ALLAH. Terimalah ia sepenuh hati, kelebihan dan
kekurangannya, karena
ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa telah memerintahkan demikian: “Dan gaulilah isteri-isterimu dengan cara yang ma’ ruf. Maka seandainya kalian
membenci mereka, karena
boleh jadi ada sesuatu yang
kalian tidak sukai dari
mereka, sedangkan ALLAH
menjadikan padanya banyak kebaikan.” (An-Nisaa’ :19) Dan ingatlah pula wasiat
Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam-: “Pergaulilah isteri-isteri dengan baik. Karena
sesungguhnya mereka itu
mitra hidup kalian” Dan perlakuanmu terhadap
isterimu ini menjadi cermin
kadar keimananmu,
sebagaimana Sabda Nabi -
Shallallahu alaihi wa sallam-; “Mu’ min yang paling sempurna imannya adalah
yang paling baik akhlaqnya.
Dan sebaik-baik kalian
adalah yang paling baik
terhadap isterinya” “Dan kamu sebagai laki-laki adalah pemimpin di dalam
rumah tangga”. “Lelaki itu pemimpin bagi wanita disebabkan ALLAH
telah melebihkan yang satu
dari yang lainnya dan
disebabkan para lelaki yang
memberi nafkah dengan
hartanya.” (An-Nisaa’ : 34) Maka agar kamu dapat
memimpin rumah tanggamu,
penuhilah syarat-
syaratnya, berupa
kemampuan untuk
menafkahi, mengajari, dan mengayomi. Raihlah
kewibawaan agar isterimu
patuh di bawah pimpinanmu.
Jadilah suami yang
bertanggungjawab, arif dan
lemah lembut , sehingga isterimu merasa hangat dan
tentram di sisimu.
Berusahalah sekuat tenaga
menjadi teladan yang baik
baginya, sehingga ia bangga
bersuamikan kamu. Ya, inilah sa’ atnya untuk membuktikan bahwa kamu
laki-laki sejati, laki-laki
yang bukan hanya lahirnya. Kepada putriku… Saya ingatkan kepadamu
akan sabda Nabi -
Shallallahu alaihi wa
sallam- : “Jika datang kepadamu (- wahai para orang tua anak
gadis-) seorang pemuda
yang kau sukai akhlaq dan
agamanya, maka
nikahkanlah ia. Jika tidak,
maka akan terjadi fitnah dan menyebarnya
kerusakan di muka
bumi.” (HR: Ibnu Majah) Dan semoga -tentunya-
calon suamimu datang dan
diterima karena agama dan
akhlaqnya, bukan karena
yang lain. Maka hendaknya
kau luruskan pula niatmu. Sambutlah dia sebagai
suami sekaligus pemimpinmu.
Jadikanlah perkawinanmu ini
sebagai wasilah ibadahmu
kepada ALLAH Subhaanahu
wa ta’ alaa. Camkanlah sabda Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam-: “Seandainya aku boleh memerintahkan manusia
untuk sujud kepada
sesamanya, sungguh sudah
aku perintahkan sang isteri
sujud kepada suaminya.” Karenanya sekali lagi saya
nasihatkan , wahai putriku… Terima dan sambutlah
suamimu ini dengan sepenuh
cinta dan ketaatan. Layani ia dengan
kehangatanmu… Manjakan ia dengan
kelincahan dan
kecerdasanmu… Bantulah ia dengan
kesabaran dan doamu… Hiburlah ia dengan nasihat-
nasihatmu… Bangkitkan ia dengan
keceriaan dan
kelembutanmu… Tutuplah kekurangannya
dengan mulianya akhlaqmu… Manakala telah kamu
lakukan itu semua, tak ada
gelar yang lebih tepat
disandangkan padamu selain
Al Mar’ atush-Shalihah, yaitu sebaik-baik perhiasan
dunia. Sebagaimana Sabda
Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam-: “Dunia tak lain adalah perhiasan. Dan sebaik-baik
perhiasan dunia adalah
wanita yang sholihah.” Inilah satu kebahagiaan
hakiki -bukan khayali- yang
diidam-idamkan oleh setiap
wanita beriman. Maka
bersyukurlah, sekali lagi
bersyukurlah kamu untuk semua itu, karena tidak
semua wanita memperoleh
kesempatan sedemikian
berharga. Kesempatan
menjadi seorang isteri,
menjadi seorang ibu. Terlebih lagi, adanya
kesempatan, diundang
masuk ke dalam surga dari
pintu mana saja yang kamu
kehendaki. Yang demikian ini mungkin
bagimu selagi kamu
melaksanakan sholat wajib
lima waktu -cukup yang
lima waktu-, puasa -juga
cukup yang wajib- di bulan Ramadhan, menjaga
kemaluan -termasuk
menutup aurat- , dan ta’ at kepada suami. Cukup, cukup
itu. Sebagaimana sabda Nabi
-Shallallahu alaihi wa
sallam-: “Jika seorang isteri telah sholat yang lima, puasa di
bulan Ramadhan, menjaga
kemaluannya, dan ta’ at kepada suaminya. Dikatakan
kapadanya: Silahkan masuk
ke dalam Surga dari pintu
mana saja yang engkau
mau.” Anak-anakku… , Melalui rangkaian ayat-ayat
suci Al Qur’ an dan Hadits- Hadits Nabi Yang Mulia, kami
semua yang hadir di sini
mengantarkan kalian
berdua memasuki gerbang
kehidupan yang baru,
bersiap-siap meninggalkan ruang tunggu, dan
mengakhiri masa penantian
kalian yang lama. Kami
semua hanya dapat
mengantar kalian hingga di
dermaga. Untuk selanjutnya, bahtera
rumah-tangga kalian akan
mengarungi samudra
kehidupan, yang tentunya
tak sepi dari ombak,
bahkan mungkin badai. Karena itu, jangan
tinggalkan jalan ketaqwaan.
Karena hanya dengan
ketaqwaan saja ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa akan mudahkan segala
urusan kalian,
mengeluarkan kalian dari
kesulitan-kesulitan, bahkan
mengaruniai kalian rizki. “Dan barang siapa yang bertaqwa kepada ALLAH,
niscaya ALLAH akan berikan
bagi nya jalan keluar dan
mengaruniai rizki dari sisi
yang tak terduga.” “Dan barang siapa yang bertaqwa kepada ALLAH,
niscaya ALLAH akan
mudahkan urusannya.” Bersyukurlah kalian berdua
akan ni’ mat ini semua. ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa telah mengkaruniakan kalian
separuh dari agama ini,
ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa telah mengkaruniakan kalian
kesempatan untuk
menjalankan syari’ at-NYA yang mulia, ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa juga telah mengkaruniakan
kalian kesempatan untuk
mencintai dan dicintai
dengan jalan yang suci dan
terhormat. Ketahuilah, bahwa
pernikahan ini menyebabkan
kalian harus lebih berbagi.
Orang tua kalian
bertambah, saudara kalian
bertambah, bahkan sahabat-sahabat kalian pun
bertambah, yang kesemua
itu tentu memperpanjang
tali silaturahmi,
memperlebar tempat
berpijak, memperluas pandangan, dan
memperjauh daya
pendengaran. Bukan saja
semakin banyak yang perlu
kalian atur dan perhatikan,
sebaliknya semakin banyak pula yang akan ikut
mengatur dan
memperhatikan kalian.
Maka, barang siapa yang
tidak kokoh sebagai pribadi
dia akan semakin gamang menghadapi kehidupannya
yang baru. Ketahuilah, bahwa anak-
anak yang sholeh dan
sholehah yang kalian idam-
idamkan itu sulit lahir dan
tumbuh kecuali di dalam
rumah tangga yang sakinah penuh cinta dan kasih
sayang. Dan tentunya tak
akan tercipta rumah-
tangga yang sakinah,
kecuali dibangun oleh suami
yang sholeh dan isteri yang sholehah. Akan tetapi, wahai anak-
anakku, jangan takut
menatap masa depan dan
memikul tanggung jawab ini
semua. Jangan bersedih dan
berkecil hati jika kalian menganggap bekal yang
kalian miliki sekarang ini
masih sangat kurang. ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa berfirman: (Artinya): “Dan janganlah berkecil hati juga jangan
bersedih. Padahal kalian
adalah orang-orang yang
mulia seandainya sungguh-
sungguh beriman.” (Ali Imran: 139) Ya, selama masih ada iman
di dalam dada segalanya
akan menjadi mudah bagi
kalian. Bukankah dengan
pernikahan ini kalian bisa
saling tolong-menolong di dalam kebajikan dan taqwa.
Bukankah dengan
pernikahan ini kalian bisa
saling menutupi kelemahan
dan kekurangan masing-
masing. Bersungguh- sungguhlah untuk itu,
untuk meraih segala
kebaikan yang ALLAH
Subhaanahu wa ta’ alaa sediakan melalui pernikahan
ini. Jangan lupa untuk
senantiasa memohon
pertolongan kepada ALLAH.
kemudian jangan merasa
tak mampu atau pesimis. Jangan, jangan kalian awali
kehidupan rumah tangga ini
dengan perasaan lemah ! “Bersungguh-sungguhlah kepada yang bermanfa’ at bagimu, mohonlah
pertolongan kepada ALLAH,
dan jangan merasa
lemah!” (HR: Ibnu Majah) Terakhir, ingatlah bahwa
nikah merupakan Sunnah
Nabi -Shallallahu alaihi wa
sallam-, sebagaimana
sabdanya: “Nikah itu merupakan bagian dari Sunnahku. Maka
barang siapa berpaling dari
Sunnahku, ia bukanlah
bagian dari umatku.” Maka janganlah justru
melalui pernikahan ini atau
setelah aqad ini kalian
justru meninggalkan Sunnah
untuk kemudian
bergelimang di dalam berbagai bid’ ah dan kema’ shiyatan. Kepada besanku… Terimalah masing-masing
mereka sebagai tambahan
anak bagi kita. Ma’ lumilah kekurangan-
kekurangannya, karena
mereka memang masih
muda. Bimbinglah mereka,
karena inilah saatnya
mereka memasuki kehidupan yang sesungguhnya. Wajar, sebagaimana
seorang anak bayi yang
sedang belajar berdiri dan
berjalan, tentu pernah
mengalami jatuh untuk
kemudian bangkit dan mencoba kembali. Maka
bantulah mereka sampai
benar-benar kokoh untuk
berdiri dan berjalan sendiri. Bantu dan bimbing mereka,
tetapi jangan mengatur.
Biarkan.., Karena
sepenuhnya diri mereka dan
keturunan yang kelak lahir
dari perkawinan mereka adalah tanggung-jawab
mereka sendiri di hadapan
ALLAH Subhaanahu wa
ta’ alaa. Hargailah harapan dan cita-cita yang mereka
bangun di atas ilmu yang
telah sampai pada mereka. Keterlibatan kita yang
terlalu jauh dan tidak pada
tempatnya di dalam
persoalan rumah tangga
mereka bukannya akan
membantu. Bahkan sebaliknya, membuat
mereka tak akan pernah
kokoh. Sementara mereka
dituntut untuk menjadi
sebenar-benar bapak dan
sebenar-benar ibu di hadapan… dan bagi anak- anak mereka sendiri. Ketahuilah, bahwa bukan
mereka saja yang sedang
memasuki kehidupannya
yang baru, sebagai suami
isteri. Kita pun, para orang
tua, sedang memasuki kehidupan kita yang baru,
yakni kehidupan calon
seorang kakek atau nenek
– insya Allah. Maka hendaknya umur dan
pengalaman ini membuat
kita,… para orang tua, menjadi lebih arif dan
sabar, bukannya semakin
pandir dan dikuasai
perasaan. Pengalaman hidup
kita memang bisa jadi
pelajaran, tetapi belum tentu harus jadi acuan bagi
mereka. Jika kelak -dari pernikahan
ini- lahir cucu-cucu bagi
kita. Sayangilah mereka
tanpa harus melecehkan
dan menjatuhkan wibawa
orang tuanya. Berapa banyak cerita di mana
kakek atau nenek merebut
superioritas ayah dan ibu.
Sehingga anak-anak lebih
ta’ at kepada kakek atau neneknya ketimbang
kepada kedua orang
tuanya. Sungguh, akankah
kelak cucu-cucu kita
menjadi anak-anak yang
ta’ at kepada orang tuanya atau tidak, sedikit banyak
dipengaruhi oleh cara kita
memanjakan mereka. Kepada semua, baik yang
pernah mengalami peristiwa
semacam ini, maupun yang
sedang menanti-nanti
gilirannya, marilah kita
do’ akan mereka dengan do’ a yang telah diajarkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi
wa sallam.

surat untuk saudara ku

Saudaraku .. Tulisan ini kutujukan
kepadamu, ya .. kepadamu
yang mengharapkan Ridho
Allah dan kenikmatan yang
kekal di sisiNya, serta
takut kepada siksa dan azab yang Allah Ta’ ala siapkan untuk orang-orang
yang bermaksiat dan kafir. Kepadamu saudaraku, yang
pernah merasakan manisnya
keimanan dan nikmatnya
berjalan diatas jalan yang
lurus serta indahnya
mendekatkan diri kepada Allah. Kepadamu saudaraku, yang
dulu bersemangat dan
berpacu menuntut ilmu
serta mengajak kepada
kebaikan. Kepadamu saudaraku yang
dulu sering kulihat berzikir,
membaca dan menghapalkan
Al Qur’ an. Apa yang terjadi pada
dirimu? Kenapa engkau kini
mulai menjauh dari teman-
temanmu yang rajin sholat
berjama’ ah, cinta kepada ilmu agama, gemar
mempelajari Al Qur’ an dan Hadits serta membaca
buku-buku yang
bermanfaat? Kenapa aku melihat
semangatmu memudar,
penampilanmu juga
berobah ..tidak lagi seperti
dulu yang berusaha
mengikuti sunnah-sunnah Nabi shollallahu ‘ alaihi wa sallam? ingatkah engkau, ketika itu
engkau berhenti dari
tempatmu bekerja,
kenapa?! Ketika itu engkau
mengatakan, karena tidak
bisa sholat berjama’ ah ke mesjid! Karena engkau takut fitnah
syahwat yang slalu
menggoda! Karena engkau ingin
meninggalkan nyanyian dan
menggantikannya dengan
mendengarkan Al Qur’ an! Karena engkau ingin
menjaga ‘ iffah dirimu! Karena engkau ingin
menjaga Dinmu!! Saudaraku .. kenapa aku
lihat syahwat mulai
mengalahkanmu, hasrat pun
membelenggumu..wajahmu
tidak pernah lagi kulihat di
majelis-majelis ilmu! Apakah engkau telah
menyimpulkan bahwa iltizam
dan keistiqomahanmu serta
keta’ atanmu kepada Robbmu selama ini sebuah
kesalahan, lalu engkau
memilih jalan lain; jalan
yang menyimpang, maksiat
dan kelalaian – agar engkau bisa sampai ke surga
Firdaus?! Ataukah engkau mengira
jalan yang telah engkau
tempuh selama ini terasa
terlalu panjang dan berat,
lalu engkau tidak sabar dan
memilih jalan orang-orang lali dan lengah yang
diperbudak hawa nafsu
mereka, yang keinginan
mereka hanyalah sebatas
diri mereka sendiri, tidak
peduli kepada Dinullah dan Dakwah Rasulullah
shollallahu ‘ alaihi wa sallama. Ataukah engkau telah
melupakan kematian dan
sakarat-nya … Melupakan kuburan dan
kegelapannya … Hari kiamat dan
kedahsyatannya … Neraka dan keras azabnya
… Semoga Allah melindungimu
dari itu semua Dan semoga Allah tidak
menjadikanmu termasuk
orang-orang yang
dikatakanNya, “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang
telah Kami berikan
kepadanya ayat-ayat Kami
(pengetahuan tentang isi Al
Kitab), kemudian Dia
melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu Dia
diikuti oleh syaitan (sampai
Dia tergoda), Maka jadilah
Dia Termasuk orang-orang
yang sesat.” (Al A’ rof : 175) Kuharap dadamu lapang dan
maafkan aku karena
kerasnya kata-kataku
kepadamu. Akan tetapi
kecintaanku kepadamu yang
kusimpan di dalam dadaku, dan kekhawatiran su-ul
khotimah atas dirimu .. hal
itulah yang telah membakar
hatiku. Setiap kali aku
melihat kondisimu yang
membuat gembira musuhmu (Syetan beserta
pengikutnya) serta
membuat sedih teman-
teman dan orang-orang
yang mencintaimu. Saudaraku, akankah engkau
kembali sebelum kematian
mendatangi?. Kapankah
engkau kembali kepada
taman keta’ atan dan telaga taubat serta
istiqomah yang penuh
rahmah dan berkah dari
Allah?? “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau
Menganiaya diri sendiri,
mereka ingat akan Allah,
lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain
dari pada Allah? dan
mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu,
sedang mereka mengetahui”.(Ali Imron : 135) Tumbuhkanlah harapanmu,
bangunlah asamu,
sesungguhnya engkau
memiliki Robb yang maha
luas ampunanNya,
membentangkan TanganNya siang dan malam untuk
mengampuni orang-orang
yang berdosa. Mohonlah hidayah kepada
Allah Ta’ ala dengan tulus dari hatimu. Lihatlah Nabimu
yang engkau cintai
shollallahu ‘ alaihi wa sallama meminta hidayah
kepada Robbnya, beliau
berdo’ a, “Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu
petunjuk, ketakwaan,
kesucian dan kekayaan”. (HR. Muslim, At-Tirmidzi dan
Al Baihaqy dari Ibnu
Mas’ ud, dan sanadnya shohih, lihat, Shohih Al
Jami’ no. 1275) Beliau shollallahu ‘ alaihi wa sallama mengajarkan itu
sebagaimana beliau
mengajarkan cucunya Al
Hasan bin Ali rodhiyallahu
‘ anhuma agar di dalam qunut mengucapkan, “Ya Allah berilah aku petunjuk sebagaimana
orang-orang yang engkau
tunjuki”. (HR. Abu Dawud, An Nasa-I dan lain-lainnya,
dari Abul Hawro’ , dan sanadnya shohih, lihat :
Misykatul Mashobiih no.
1273) Nabi shollallahu ‘ alaihi wa sallama juga berlindung
kepada Allah dari kesesatan
setelah petunjuk, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan
kemuliaanMu dari Engkau
sesatkan, tidak ada Ilah
yang diibadati dengan hak
melainkan Engkau”. (Muttafaqun ‘ alaihi dari Ibnu Abbas) Dalam do’ a safar beliau mengucapkan, “Dan aku berlindung kepadaMu dari Al Haur
setelah Al Kaur ”. (HR. Muslim) Maksud Al Haur setelah Al
Kaur yaitu; kerusakan
setelah kebaikan,
kesesatan setelah
petunjuk. Akuilah dosamu .. tangisilah
kesalahan dan kelalaianmu.
Mintalah kepada Allah, agar
Ia tidak menghinakanmu di
hari pembalasan, serta
agar Ia memutihkan wajahmu ketika dihitamkan
wajah-wajah pelaku maksiat
dan orang-orang kafir. Mulailah lembaran baru
yang putih bersama Allah
Ta’ ala dengan keta’ atan dan taubat nashuhah. “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan
orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja
hari dengan mengharap
keridhaan-Nya; dan
janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan
perhiasan dunia ini; dan
janganlah kamu mengikuti
orang yang hatinya telah
Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu
melewati batas.” (Al Kahfi : 28) Palingkanlah wajahmu dari
teman-teman yang tidak
baik, dari orang-orang
yang tidak peduli apakah
engkau nanti di sorga atau
di neraka. Bahkan lebih dari itu, kelak mereka di hari
kiamat meminta kepada
Allah Ta’ ala supaya Allah menambahkan azab yang
berlipat untuk teman-
teman mereka. “mereka berkata (lagi): “Ya Tuhan kami; barang siapa
yang menjerumuskan Kami
ke dalam azab ini Maka
tambahkanlah azab
kepadanya dengan berlipat
ganda di dalam neraka”. (Shod : 61) Bersihkan dari dirimu debu-
debu dosa dan kelengahan.
Bergabunglah dengan
kafilah yang berjalan
menuju Allah Ta’ ala. Kembalilah
saudaraku ..kepada Allah
Ta’ ala, agar engkau kembali menjadi telaga
kebaikan yang selalu
mengalirkan manfaat untuk
umatmu. Saudaraku, berikut ini
sebagian kiat dan asbab
yang akan membantumu
untuk tetap teguh dan
istiqomah dengan izin Allah
Ta’ ala : 1. Do’ a yang tulus, berdo’ alah, “Hai Yang Membolak- balikkan hati, teguhkanlah
hatiku di atas din-Mu”. 2. Carilah teman yang baik
dan sholeh, yang akan
membantumu untuk ta’ at kepada Allah. 3. Jauhkan dirimu dari
teman-teman yang tidak
baik. 4. Jagalah Kitabullah,
dengan membaca,
menghapal dan mempelajari
makna-makna serta hukum-hukumnya,
ketahuilah Al Qur’ an adalah obat hati yang sakit. 5. Jagalah ibadah-ibadah
fardhu dan ibadah-ibadah
nafilah yang mengiringinya. 6. Menuntut ilmu sya’ ri dan menghadiri majelis-majelis
ilmu. 7. Takut kepada dosa dan
akibatnya, karena dosa
adalah penyebab su-ul
khotimah. 8. Membaca buku-buku yang
bermanfa’ at, mengikuti daurah-daurah ilmiyah dan
dakwiyah. 9. Ghoddul Bashor (menahan
pandangan dari penyebab
maksiat), percayalah
dengan ghoddul bashor
hatimu akan lebih tenang
dan terasa manisnya keimanan. 10. Ingatlah permusuhan
syetan terhadapmu dalam
setiap detik. Dan
bahwasanya ia senantiasa
mengintai kelengahanmu
serta menggunakannya untuk menyeretmu menjadi
temannya di neraka kelak. Terakhir saudaraku,
kalimat-kalimat ini mungkin
keras dan tajam, akan
tetapi ia memancar dari
cinta yang tulus, hatiku
lebih dahulu mengatakannya sebelum penaku
menorehkannya, karena
kasihan kepadamu
saudaraku tercinta. Tidak
ada yang kuinginkan
melainkan kebaikan untukmu. Semoga Allah
Ta’ ala melimpahkan rahmatNya untuk kita … Dan sampai bertemu di atas
jalan kebaikan dengan izin
Allah Ta’ ala, semoga Allah menjagamu saudaraku.

10 nasehat untuk para istri

Berikut ini sepuluh wasiat
untuk wanita, untuk istri,
untuk ibu rumah tangga
dan ibunya anak-anak yang
ingin menjadikan rumahnya
sebagai pondok yang tenang dan tempat nan aman yang dipenuhi cinta dan kasih sayang,
ketenangan dan kelembutan.

Wahai wanita mukminah! Sepuluh wasiat ini aku persembahkan untukmu, yang dengannya engkau
membuat ridla Tuhanmu,
engkau dapat membahagiakan suamimu dan engkau dapat menjaga
tahtamu.

Wasiat Pertama:

Takwa kepada Allah dan menjauhi
maksiat Sesungguhnya kemaksiatan
menghancurkan negeri dan
menggoncangkan kerajaan,
dan sudah tentu dapat
meng goncangkan rumahmu.
Wahai hamba Allah…
Jagalah Allah niscaya
Dia akan menjagamu dan menjaga
untukmu suamimu dan
rumahmu.
Sesungguhnya ketaatan akan
mengumpulkan hati dan mempersatukannya,
sedangkan kemaksiatan
akan mengoyak hati dan
mencerai-beraikan keutuhannya. Maka hati-hatilah wahai saudariku muslimah dari berbuat
maksiat,
antara lain :
- Meninggalkan shalat atau
mengakhirkannya atau
menunaikannya dengan cara
yang tidak benar.
- Duduk di majlis ghibah dan namimah,berbuat riya’ dan sum’ ah. - Menjelekkan dan
mengejek orang lain.

Allah berfirman:

“Wahai orang- orang yang beriman,
janganlah suatu kaum
mengolok-olokkan kaum
yang lain(karena) boleh jadi
mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-
olokkan) dan janganlah wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain(karena) boleh jadi wanita-
wanita (yang diperolok- olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan).” (Al Hujuraat: 11)

- Keluar menuju pasar
tanpa kepentingan yang
sangat mendesak dan tanpa
didampingi mahram.

Nabi shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda:

“Negeri yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan negeri
yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya.”

- Mendidik anak dengan
pendidikan barat atau menyerahkan pendidikan anak kepada para
pembantu dan pendidik-
pendidik yang kafir.

- Meniru wanita-wanita kafir.

Nabi shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda:

“Siapa yang menyerupai suatu
kaum maka ia termasuk
golongan mereka.”

- Membiarkan suami dalam
kemaksiatannya.

(3) - Bersahabat dengan
wanita-wantia fajir dan
fasik.

Nabi shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda: “Seseorang itu menurut agama temannya.” – Tabarruj (pamer kecantikan) dan sufur
(membuka wajah)

Wasiat kedua: Berupaya
mengenal dan memahami
suami Hendaknya seorang istri
berupaya memahami
suaminya.
Ia tahu apa yang
disukai suami maka ia berusaha memenuhinya.
Dan ia tahu apa yang dibenci suami maka ia berupaya untuk menjauhinya, dengan
catatan selama tidak dalam
perkara maksiat kepada
Allah, karena tidak ada
ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al
Khaliq (Allah Ta`ala).

Wasiat ketiga: Ketaatan
yang nyata kepada suami
dan bergaul dengan baik Sesungguhnya hak suami
atas istrinya itu besar.

Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda:

“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang
untuk sujud kepada orang
lain niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.

” Hak suami yang pertama
adalah ditaati dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah dan
baik dalam bergaul dengannya serta tidak mendurhakainya.

Bersabda Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam:

“Dua golongan yang shalatnya tidak akan melewati kepalanya, yaitu
budak yang lari darituannya hingga ia kembali dan istri yang durhaka kepada suaminya hingga ia kembali.”
Karena itulah Aisyah Ummul Mukminin berkata dalam
memberi nasehat kepada
para wanita:

“Wahai sekalian wanita, seandainya
kalian mengetahui hak
suami-suami kalian atas diri
kalian niscaya akan ada
seorang wanita di antara
kalian yang mengusap debu dari kedua kaki suaminya
dengan pipinya.

” Engkau termasuk sebaik-
baik wanita!! Dengan ketaatanmu kepada suamimu dan baiknya
pergaulanmu terhadapnya,
engkau akan menjadi
sebaik-baik wanita, dengan
izin Allah.

Pernah ada yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam: “Wanita bagaimanakah yang terbaik?”
Beliau menjawab: “Yang menyenangkan suami ketika dipandang, taat kepada suami jika
diperintah dan ia tidak
menyalahi pada dirinya dan
hartanya dengan yang tidak disukai suaminya.” (Isnadnya hasan)

Ketahuilah, engkau
termasuk penduduk surga
dengan izin Allah, jika
engkau bertakwa kepada
Allah dan taat kepada
suamimu, berdasarkan
sabda Rasulullah shallallahu
‘ alaihi wasallam:

“Bila seorang wanita shalat lima waktu, puasa pada bulan Ramadlan, menjaga kemaluannya dan taat
kepada suaminya, ia akan
masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.”

Wasiat keempat: Bersikap
qana’ ah (merasa cukup)

Kami menginginkan wanita
muslimah ridla dengan apa
yang diberikan (suami) untuknya baik itu sedikit ataupun banyak. Maka janganlah ia menuntut di luar kesanggupan suaminya
atau meminta sesuatu yang
tidak perlu.

Dalam riwayat disebutkan

“Wanita yang paling besar barokahnya.”
Wahai siapa gerangan
wanita itu?!
Apakah dia yang menghambur-
hamburkan harta menuruti
selera syahwatnya dan mengenyangkan keinginannya? Ataukah dia yang biasa mengenakan
pakaian termahal walau
suaminya harus berhutang
kepada teman-temannya
untuk membayar harganya?!

Sekali-kalitidak… demi Allah, namun (mereka adalah):

“Wanita yang paling besar barokahnya adalah yang
paling ringan maharnya.”

Renungkanlah wahai
suadariku muslimah adabnya
wanita salaf radliallahu
‘ anhunna…

Salah seorang dari mereka bila suaminya hendak keluar rumah ia
mewasiatkan satu wasiat
padanya. Apa wasiatnya?
Ia berkata kepada sang suami:

“Hati-hatilah engkau wahai suamiku dari penghasilan yang haram, karena kami bisa bersabar dari rasa
lapar namun kami tidak bisa
sabar dari api neraka…”

Wasiat kelima:

Baik dalam mengatur urusan rumah,
seperti mendidik anak-anak
dan tidak menyerahkannya
pada pembantu, menjaga
kebersihan rumah dan menatanya dengan baik dan
menyiapkan makan pada
waktunya.
Termasuk pengaturan yang
baik adalah istri.membelanjakan harta suaminya pada tempatnya
(dengan baik), maka ia
tidak berlebih-lebihan dalam perhiasan dan alat-alat
kecantikan.

Wasiat keenam:
Baik dalam bergaul dengan keluarga
suami dan kerabat- kerabatnya, khususnya dengan ibu suami sebagai orang yang paling dekat dengannya.

Wajib bagimu untuk
menampakkan kecintaan
kepadanya, bersikap lembut, menunjukkan rasa hormat, bersabar atas kekeliruannya dan engkau melaksanakan semua perintahnya selama tidak bermaksiat kepada Allah semampumu.

Berapa banyak rumah
tangga yang masuk padanya pertikaian dan perselisihan disebabkan buruknya sikap istri
terhadap ibu suaminya dan
tidak adanya perhatian
akan haknya..

Ingatlah wahai hamba Allah,
sesungguhnya yang bergadang dan memelihara pria yang sekarang menjadi suamimu adalah ibu ini,
maka jagalah dia atas kesungguhannya dan
hargailah apa yang telah
dilakukannya.

Semoga Allah menjaga dan memeliharamu.
Maka adakah balasan bagi
kebaikan selain kebaikan?

Wasiat ketujuh:
Menyertai suami dalam perasaannya
dan turut merasakan duka
cita dan kesedihannya.

Jika engkau ingin hidup
dalam hati suamimu maka
sertailah dia dalam duka cita dan kesedihannya.
Aku ingin mengingatkan engkau
dengan seorang wanita yang terus hidup dalam hati suaminya sampaipun ia telah meninggal dunia.

Tahun-tahun yang terus
berganti tidak dapat
mengikis kecintaan sang suami padanya dan panjangnya masa tidak
dapat menghapus kenangan
bersamanya di hati suami.
Bahkan ia terus mengenangnya dan bertutur tentang andilnya
dalam ujian,
kesulitan dan musibah yang dihadapi.

Wasiat kedelapan:
Bersyukur (berterimankasih) kepada suami atas kebaikannya dan tidak
melupakan keutamaannya.

Siapa yang tidak tahu
berterimakasih kepada
manusia, ia tidak akan
dapat bersyukur kepada
Allah.

Maka janganlah
meniru wanita yang jika suaminya berbuat kebaikan
padanya sepanjang masa
(tahun), kemudian ia
melihat sedikit kesalahan
dari suaminya, ia berkata:

“Aku sama sekali tidak melihat kebaikan darimu…”

Nabi shallallahu ‘ alaihi wasallam telah bersabda:

“Wahai sekalian wanita bersedekahlah karena aku
melihat mayoritas penduduk
nereka adalah kalian.” Maka mereka (para wanita)
berkata: “Ya Rasulullah kepada demikian?” Beliau menjawab: “Karena kalian banyak melaknat dan
mengkufuri kebaikan
suami.” Mengkufuri kebaikan suami
adalah menentang
keutamaan suami dan tidak
menunaikan haknya. Wahai istri yang mulia! Rasa
terima kasih pada suami
dapat engkau tunjukkan
dengan senyuman manis di
wajahmu yang menimbulkan
kesan di hatinya, hingga terasa ringan baginya
kesulitan yang dijumpai
dalam pekerjaannya. Atau
engkau ungkapkan dengan
kata-kata cinta yang
memikat yang dapat menyegarkan kembali
cintamu dalam hatinya. Atau
memaafkan kesalahan dan
kekurangannya dalam
menunaikan hakmu. Namun
di mana bandingan kesalahan itu dengan
lautan keutamaan dan
kebaikannya padamu. Nabi shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda: “Allah tidak akan melihat kepada istri yang tidak
tahu bersyukur kepada
suaminya dan ia tidak
merasa cukup darinya.” Wasiat kesembilan:
Menyimpan rahasia suami
dan menutupi
kekurangannya (aibnya). Istri adalah tempat rahasia
suami dan orang yang
paling dekat dengannya
serta paling tahu
kekhususannya (yang paling
pribadi dari diri suami). Bila menyebarkan rahasia
merupakan sifat yang
tercela untuk dilakukan
oleh siapa pun maka dari
sisi istri lebih besar dan
lebih jelek lagi. Sesungguhnya majelis (dan
pergaulan, red) sebagian
wanita tidak luput dari
membuka dan menyebarkan
aib-aib suami atau sebagian
rahasianya. Ini merupakan bahaya besar dan dosa
yang besar. Karena itulah
ketika salah seorang istri
Nabi shallallahu ‘ alaihi wasallam menyebarkan satu
rahasia beliau, datang
hukuman keras, Rasulullah
shallallahu ‘ alaihi wasallam bersumpah untuk tidak
mendekati istri tersebut
selama satu bulan penuh.
Allah Azza wa Jalla
menurunkan ayat-Nya
berkenaan dengan peristiwa tersebut. “Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara
rahasia kepada salah
seorang dari isteri-
isterinya suatu peristiwa.
Maka tatkala si istri
menceritakan peristiwa itu (kepada yang lain), dan
Allah memberitahukan hal
itu kepada Muhammad lalu
Muhammad memberitahukan
sebagian (yang diberitakan
Allah kepada beliau) dan menyembunyikan sebagian
yang lain.” (At Tahriim: 3) Oleh karena itu, wahai
saudariku muslimah,
simpanlah rahasia-rahasia
suamimu, tutuplah aibnya
dan jangan engkau
tampakkan kecuali karena maslahat yang syar’ i seperti mengadukan
perbuatan dhalim kepada
Hakim atau Mufti (ahli
fatwa) atau orang yang
engkau harapkan
nasehatnya. Sebagimana yang dilakukan Hindun
radliallahu ‘ anha di sisi Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam. Hindun berkata:
“Abu Sufyan adalah pria yang kikir, ia tidak
memberiku apa yang
mencukupiku dan anak-
anakku. Apakah boleh aku
mengambil dari hartanya
tanpa izinnya?!” Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda: “Ambillah yang mencukupimu dan anakmu
dengan cara yang ma`ruf.” Cukup bagimu wahai
saudariku muslimah sabda
Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam: “Sesungguhnya termasuk sejelek-jelek kedudukan
manusia pada hari kiamat di
sisi Allah adalah pria yang
bersetubuh dengan istrinya
dan istri yang bersetubuh
dengan suaminya, kemudian salah seorang dari
keduanya menyebarkan
rahasia pasangannya.” Wasiat terakhir: Kecerdasan
dan kecerdikan serta
berhati-hati dari
kesalahan-kesalahan. - Termasuk kesalahan
adalah: Seorang istri
menceritakan dan
menggambarkan kecantikan
sebagian wanita yang
dikenalnya kepada suaminya, padahal
Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam telah melarang
yang demikian itu dengan
sabdanya: “Janganlah seorang wanita bergaul dengan wanita lain
lalu ia mensifatkan wanita
itu kepada suaminya
sehingga seakan-akan
suaminya melihatnya.” Hikmah dari larangan itu
adalah kekhawatiran
kagumnya orang yang
diceritakan terhadap
wanita yang sedang
digambarkan, maka hatinya tergantung dengannya
(menerawang
membayangkannya)
sehingga ia jatuh kedalam
fitnah. Terkadang yang
menceritakan itu adalah istrinya -sebagaimana
dalam hadits dia atas-
maka bisa jadi hal itu
mengantarkan pada
perceraiannya.
Menceritakan kebagusan wanita lain kepada suami
mengandung kerusakan-
kerusakan yang tidak
terpuji akibatnya. - Termasuk kesalahan
adalah apa yang dilakukan
sebagian besar istri ketika
suaminya baru kembali dari
bekerja. Belum lagi si suami
duduk dengan enak, ia sudah mengingatkannya
tentang kebutuhan rumah,
tagihan, tunggakan-
tunggakan dan uang jajan
anak-anak. Dan biasanya
suami tidak menolak pembicaraan seperti ini,
akan tetapi seharusnyalah
seorang istri memilih waktu
yang tepat untuk
menyampaikannya. - Termasuk kesalahan
adalah memakai pakaian
yang paling bagus dan
berhias dengan hiasan yang
paling bagus ketika keluar
rumah. Adapun di hadapan suami, tidak ada kecantikan
dan tidak ada perhiasan. Dan masih banyak lagi
kesalahan lain yang menjadi
batu sandungan
(penghalang) bagi suami
untuk menikmati
kesenangan dengan istrinya. Istri yang cerdas
adalah yang menjauhi
semua kesalahan itu. Diringkas /disadur dengan
merujuk pada : ﻞﻛﺎﺸﻣ ﻼﺑ ﺓﺮﺳﻷﺍ karya Mazin bin Abdul Karim Al
Farih. Edisi Indonesia: Rumah
Tangga Tanpa Problema; bab
Sepuluh Wasiat untuk Istri yang
Mendambakan “Keluarga Bahagia tanpa Problema”, hal. 59-82. Penerjemah: Ummu Ishâq Zulfâ
bintu Husein.

NASEHAT UNTUK REMAJA MUSLIM

Kami persembahkan nasehat
ini untuk saudara-saudara
kami terkhusus para
pemuda dan remaja muslim.
Mudah-mudahan nasehat ini
dapat membuka mata hati mereka sehingga mereka
lebih tahu tentang siapa
dirinya sebenarnya, apa
kewajiban yang harus
mereka tunaikan sebagai
seorang muslim, agar mereka merasa bahwa masa
muda ini tidak sepantasnya
untuk diisi dengan perkara
yang bisa melalaikan
mereka dari mengingat
Allah subhanahu wata’ ala sebagai penciptanya, agar
mereka tidak terus-
menerus bergelimang ke
dalam kehidupan dunia yang
fana dan lupa akan negeri
akhirat yang kekal abadi. Wahai para pemuda muslim,
tidakkah kalian
menginginkan kehidupan
yang bahagia selamanya?
Tidakkah kalian
menginginkan jannah (surga) Allah subhanahu
wata’ ala yang luasnya seluas langit dan bumi? Ketahuilah, jannah Allah
subhanahu wata’ ala itu diraih dengan usaha yang
sungguh-sungguh dalam
beramal. Jannah itu
disediakan untuk orang-
orang yang bertaqwa yang
mereka tahu bahwa hidup di dunia ini hanyalah
sementara, mereka merasa
bahwa gemerlapnya
kehidupan dunia ini akan
menipu umat manusia dan
menyeret mereka kepada kehidupan yang sengsara di
negeri akhirat selamanya. Allah subhanahu wata’ ala berfirman (artinya) : “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu.” (Ali ‘ Imran: 185) Untuk Apa Kita Hidup di Dunia? Wahai para pemuda,
ketahuilah, sungguh Allah
subhanahu wata’ ala telah menciptakan kita bukan
tanpa adanya tujuan. Bukan
pula memberikan kita
kesempatan untuk
bersenang-senang saja,
tetapi untuk meraih sebuah tujuan mulia. Allah
subhanahu wata’ ala berfirman (artinya) : “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan
agar mereka beribadah
kepada-Ku.” (Adz Dzariyat: 56) Beribadah kepada Allah
subhanahu wata’ ala dengan menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi
semua larangan-Nya. Itulah
tugas utama yang harus
dijalankan oleh setiap
hamba Allah. Dalam beribadah, kita
dituntut untuk ikhlas dalam
menjalankannya. Yaitu
dengan beribadah semata-
mata hanya mengharapkan
ridha dan pahala dari Allah subhanahu wata’ ala. Jangan beribadah karena
terpaksa, atau karena
gengsi terhadap orang-
orang di sekitar kita.
Apalagi beribadah dalam
rangka agar dikatakan bahwa kita adalah orang-
orang yang alim, kita
adalah orang-orang shalih
atau bentuk pujian dan
sanjungan yang lain. Umurmu Tidak Akan Lama Lagi Wahai para pemuda, jangan
sekali-kali terlintas di
benak kalian: beribadah
nanti saja kalau sudah tua,
atau mumpung masih muda,
gunakan untuk foya-foya. Ketahuilah, itu semua
merupakan rayuan setan
yang mengajak kita untuk
menjadi teman mereka di An
Nar (neraka). Tahukah kalian, kapan
kalian akan dipanggil oleh
Allah subhanahu wata’ ala, berapa lama lagi kalian
akan hidup di dunia ini?
Jawabannya adalah
sebagaimana firman Allah
subhanahu wata’ ala (artinya): “Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa
yang akan dilakukannya
besok. Dan tiada
seorangpun yang dapat
mengetahui di bumi mana
dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (Luqman: 34) Wahai para pemuda,
bertaqwalah kalian kepada
Allah subhanahu wata’ ala. Mungkin hari ini kalian
sedang berada di tengah-
tengah orang-orang yang
sedang tertawa, berpesta,
dan hura-hura menyambut
tahun baru dengan berbagai bentuk maksiat
kepada Allah subhanahu
wata’ ala, tetapi keesokan harinya kalian sudah
berada di tengah-tengah
orang-orang yang sedang
menangis menyaksikan
jasad-jasad kalian
dimasukkan ke liang lahad (kubur) yang sempit dan
menyesakkan. Betapa celaka dan ruginya
kita, apabila kita belum
sempat beramal shalih.
Padahal, pada saat itu
amalan diri kita sajalah
yang akan menjadi pendamping kita ketika
menghadap Allah subhanahu
wata’ ala. Nabi shallallahu ‘ alaihi wasallam bersabda: “Yang mengiringi jenazah itu ada tiga: keluarganya,
hartanya, dan amalannya.
Dua dari tiga hal tersebut
akan kembali dan tinggal
satu saja (yang
mengiringinya), keluarga dan hartanya akan kembali,
dan tinggal amalannya
(yang akan mengiringinya)
.” (Muttafaqun ‘ Alaihi) Wahai para pemuda,
takutlah kalian kepada
adzab Allah subhanahu
wata’ ala. Sudah siapkah kalian dengan timbangan
amal yang pasti akan kalian
hadapi nanti. Sudah
cukupkah amal yang kalian
lakukan selama ini untuk
menambah berat timbangan amal kebaikan. Betapa sengsaranya kita,
ketika ternyata bobot
timbangan kebaikan kita
lebih ringan daripada
timbangan kejelekan.
Ingatlah akan firman Allah subhanahu wata’ ala (artinya) : “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan
(kebaikan)nya, maka dia
berada dalam kehidupan
yang memuaskan. Dan
adapun orang-orang yang
ringan timbangan (kebaikan)nya, maka
tempat kembalinya adalah
neraka Hawiyah. Tahukah
kamu apakah neraka
Hawiyah itu? (Yaitu) api
yang sangat panas.” (Al Qari’ ah: 6-11) Bersegeralah dalam Beramal Wahai para pemuda,
bersegeralah untuk beramal
kebajikan, dirikanlah shalat
dengan sungguh-sungguh,
ikhlas dan sesuai tuntunan
Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam. Karena shalat
adalah yang pertama kali
akan dihisab nanti pada
hari kiamat, sebagaimana
sabdanya: “Sesungguhnya amalan yang pertama kali manusia
dihisab dengannya di hari
kiamat adalah shalat.” (HR. At Tirmidzi, An Nasa`i, Abu
Dawud, Ibnu Majah dan
Ahmad. Lafazh hadits
riwayat Abu Dawud no.733) Bagi laki-laki, hendaknya
dengan berjama’ ah di masjid. Banyaklah berdzikir
dan mengingat Allah
subhanahu wata’ ala. Bacalah Al Qur’ an, karena sesungguhnya ia akan
memberikan syafaat bagi
pembacanya pada hari
kiamat nanti. Banyaklah bertaubat
kepada Allah subhanahu
wata’ ala. Betapa banyak dosa dan kemaksiatan yang
telah kalian lakukan selama
ini. Mudah-mudahan dengan
bertaubat, Allah subhanahu
wata’ ala akan mengampuni dosa-dosa kalian dan
memberi pahala yang
dengannya kalian akan
memperoleh kebahagiaan
dunia dan akhirat. Wahai para pemuda,
banyak-banyaklah beramal
shalih, pasti Allah
subhanahu wata’ ala akan memberi kalian kehidupan
yang bahagia, dunia dan
akhirat. Allah subhanahu
wata’ ala berfirman (artinya) : “Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih,
baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan
beriman, maka
sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik.” (An Nahl: 97) Engkau Habiskan untuk Apa Masa Mudamu? Pertanyaan inilah yang
akan diajukan kepada
setiap hamba Allah
subhanahu wata’ ala pada hari kiamat nanti.
Sebagaimana yang
diberitakan oleh Rasulullah
shallallahu ‘ alaihi wasallam dalam salah satu haditsnya: “Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada
hari kiamat nanti di
hadapan Rabbnya sampai
ditanya tentang lima
perkara: umurnya untuk
apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa
dihabiskan, hartanya dari
mana dia dapatkan dan
dibelanjakan untuk apa
harta tersebut, dan
sudahkah beramal terhadap ilmu yang telah ia
ketahui.” (HR. At Tirmidzi no. 2340) Sekarang cobalah
mengoreksi diri kalian
sendiri, sudahkah kalian
mengisi masa muda kalian
untuk hal-hal yang
bermanfaat yang mendatangkan keridhaan
Allah subhanahu wata’ ala? Ataukah kalian isi masa
muda kalian dengan
perbuatan maksiat yang
mendatangkan kemurkaan-
Nya? Kalau kalian masih saja
mengisi waktu muda kalian
untuk bersenang-senang
dan lupa kepada Allah
subhanahu wata’ ala, maka jawaban apa yang bisa
kalian ucapkan di hadapan
Allah subhanahu wata’ ala Sang Penguasa Hari
Pembalasan? Tidakkah
kalian takut akan ancaman
Allah subhanahu wata’ ala terhadap orang yang
banyak berbuat dosa dan
maksiat? Padahal Allah
subhanahu wata’ ala telah mengancam pelaku
kejahatan dalam firman-Nya
(artinya): “Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan,
niscaya akan diberi
pembalasan dengan
kejahatan itu dan ia tidak
mendapat pelindung dan
tidak (pula) penolong baginya selain dari
Allah.” (An Nisa’ : 123) Bukanlah masa tua yang
akan ditanyakan oleh Allah
subhanahu wata’ ala. Oleh karena itu, pergunakanlah
kesempatan di masa muda
kalian ini untuk kebaikan. Ingat-ingatlah selalu bahwa
setiap amal yang kalian
lakukan akan
dipertanggungjawabkan
kelak di hadapan Allah
subhanahu wata’ ala. Jauhi Perbuatan Maksiat Apa yang menyebabkan
Adam dan Hawwa
dikeluarkan dari Al Jannah
(surga)? Tidak lain adalah
kemaksiatan mereka berdua
kepada Allah subhanahu wata’ ala. Mereka melanggar larangan Allah
subhanahu wata’ ala karena mendekati sebuah pohon di
Al Jannah, mereka terbujuk
oleh rayuan iblis yang
mengajak mereka untuk
bermaksiat kepada Allah
subhanahu wata’ ala. Wahai para pemuda,
senantiasa iblis, setan, dan
bala tentaranya berupaya
untuk mengajak umat
manusia seluruhnya agar
mereka bermaksiat kepada Allah subhanahu wata’ ala, mereka mengajak umat
manusia seluruhnya untuk
menjadi temannya di
neraka. Sebagaimana yang
Allah subhanahu wata’ ala jelaskan dalam firman-Nya
(yang artinya): “Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka
jadikanlah ia musuh(mu),
karena sesungguhnya
setan-setan itu mengajak
golongannya supaya mereka
menjadi penghuni neraka yang menyala-
nyala.” (Fathir: 6) Setiap amalan kejelekan
dan maksiat yang engkau
lakukan, walaupun kecil
pasti akan dicatat dan
diperhitungkan di sisi Allah
subhanahu wata’ ala. Pasti engkau akan melihat akibat
buruk dari apa yang telah
engkau lakukan itu. Allah
subhanahu wata’ ala berfirman (yang artinya): “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sekecil apapun, niscaya dia
akan melihat (balasan)
nya.” (Az Zalzalah: Setan juga menghendaki
dengan kemaksiatan ini,
umat manusia menjadi
terpecah belah dan saling
bermusuhan. Jangan dikira
bahwa ketika engkau bersama teman-temanmu
melakukan kemaksiatan
kepada Allah subhanahu
wata’ ala, itu merupakan wujud solidaritas dan
kekompakan di antara
kalian. Sekali-kali tidak,
justru cepat atau lambat,
teman yang engkau cintai
menjadi musuh yang paling engkau benci. Allah
subhanahu wata’ ala berfirman (artinya) : “Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan
dan kebencian di antara
kamu karena (meminum)
khamr dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat,
maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan
perbuatan itu).” (Al Maidah: 91) Demikianlah setan
menjadikan perbuatan
maksiat yang dilakukan
manusia sebagai sarana
untuk memecah belah dan
menimbulkan permusuhan di antara mereka. Ibadah yang Benar Dibangun di atas Ilmu Wahai para pemuda, setelah
kalian mengetahui bahwa
tugas utama kalian hidup di
dunia ini adalah untuk
beribadah kepada Allah
subhanahu wata’ ala semata, maka sekarang
ketahuilah bahwa Allah subhanahu wata’ ala hanya menerima amalan ibadah
yang dikerjakan dengan
benar. Untuk itulah wajib
atas kalian untuk belajar
dan menuntut ilmu agama,
mengenal Allah subhanahu wata’ ala, mengenal Rasul- Nya shallallahu ‘ alaihi wasallam, dan mengenal
agama Islam ini, mengenal
mana yang halal dan mana
yang haram, mana yang haq
(benar) dan mana yang
bathil (salah), serta mana yang sunnah dan mana
yang bid’ ah. Dengan ilmu agama, kalian
akan terbimbing dalam
beribadah kepada Allah
subhanahu wata’ ala, sehingga ibadah yang kalian
lakukan benar-benar
diterima di sisi Allah
subhanahu wata’ ala. Betapa banyak orang yang
beramal kebajikan tetapi
ternyata amalannya tidak
diterima di sisi Allah
subhanahu wata’ ala, karena amalannya tidak
dibangun di atas ilmu agama
yang benar. Oleh karena itu, wahai para
pemuda muslim, pada
kesempatan ini, kami juga
menasehatkan kepada
kalian untuk banyak
mempelajari ilmu agama, duduk di majelis-majelis
ilmu, mendengarkan Al
Qur’ an dan hadits serta nasehat dan penjelasan
para ulama. Jangan
sibukkan diri kalian dengan
hal-hal yang kurang
bermanfaat bagi diri kalian,
terlebih lagi hal-hal yang mendatangkan murka Allah
subhanahu wata’ ala. Ketahuilah, menuntut ilmu
agama merupakan
kewajiban bagi setiap
muslim, maka barangsiapa
yang meninggalkannya dia
akan mendapatkan dosa, dan setiap dosa pasti akan
menyebabkan kecelakaan
bagi pelakunya. “Menuntut ilmu agama itu merupakan kewajiban bagi
setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah no.224) Akhir Kata Semoga nasehat yang
sedikit ini bisa memberikan
manfaat yang banyak
kepada kita semua.
Sesungguhnya nasehat itu
merupakan perkara yang sangat penting dalam
agama ini, bahkan saling
memberikan nasehat
merupakan salah satu sifat
orang-orang yang
dijauhkan dari kerugian, sebagaimana yang Allah
subhanahu wata’ ala firmankan dalam surat Al
‘ Ashr (artinya): “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal
shalih dan nasehat-
menasehati dalam kebenaran dan nasehat-
menasehati supaya
menetapi kesabaran.” (Al ‘ Ashr: 1-3) Wallahu ta‘ ala a’ lam bishshowab.

sudahkah anda memahami kalimat syahadat dengan benar ?

Setiap muslim seyogyanya
mengerti dan memiliki
kepedulian terhadap
perkara agamanya. Terlebih
tatkala dia hidup dimasa
kini yang jauh dari jaman kenabian Muhammad
Shalallahu ‘ Alaihi Wasallam dan semakin dekat dengan
hari kiamat. Dia hidup di
tengah kebodohan (ilmu
agama) yang telah
menyebar sedangkan ilmu
agama yang benar semakin pudar dengan meninggalnya
para ulama (satu demi
satu). Di antara perkara yang
harus dimengerti tersebut
adalah dua kalimat
syahadat, sebuah perkara
yang Allah dan rasul-Nya
jadikan sebagai rukun terpenting dari rukun-
rukun Islam, dinding
pembatas antara iman dan
kekufuran, halal atau
haramnya darah dan harta
seseorang untuk ditumpahkan dan diambil.
Bahkan sebagai faktor
penentu seseorang menjadi
penghuni Jannah (surga)
atau Naar (neraka). Allah Subhanahu Wa Ta’ ala berfirman: “Hanyalah orang-orang yang beriman itu adalah
orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-
Nya.” (Al Hujuraat : 15). Rasulullah Shalallahu ‘ Alaihi Wasallam bersabda : “Islam itu adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang benar
kecuali Allah dan Muhammad
itu adalah utusan Allah…” (H. R. Muslim). Beliau Shalallahu ‘ Alaihi Wasallam juga bersabda : “Aku diperintah untuk memerangi manusia sampai
mereka bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang
benar kecuali Allah dan
Muhammad adalah utusan
Allah, menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat.
Apabila mereka telah
melakukannya maka mereka
telah menjaga darah dan
hartanya dariku kecuali
dengan haknya, sedangkan hisab mereka di sisi Allah.” (Muttafaqun ‘ Alaihi). Memang, dua kalimat
syahadat merupakan
sebuah persaksian seorang
muslim tentang hak Allah
dan rasul-Nya. Namun,
hendaklah dia ketahui bahwa persaksian itu
tidaklah cukup dengan
ucapan lisannya saja,
walaupun dia fasih dalam
mengucapkannya. Tetapi ia
juga sangat membutuhkan pengetahuan dan amalan
tentang makna dan
kandungannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ ala sendiri banyak
menyebutkan tentang
makna dan kandungan
syahadat Laa Ilaaha Illallah
di dalam kitab-Nya yang
suci. Di antaranya Allah ceritakan tentang kisah
antara nabi Ibrahim ‘ Alaihi Salam dengan kaumnya : “Dan ketika Ibrahim berkata kepada bapak dan
kaumnya: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa
yang kalian sembah kecuali
Dzat yang telah
menciptakanku, Dialah yang
benar-benar menunjukiku,
dan Dia (Allah) yang telah menjadikan sikap berlepas
diri dan loyalitasnya
tersebut sebagai kalimat
yang selalu ada pada
keturunannya (Ibrahim)
agar mereka kembali kepada tauhid.” (Az Zukhruf : 26-28). Al Imam Ibnul Qayyim
rahimahullah mengatakan
tentang tafsir ayat
tersebut: “Yaitu Allah telah menjadikan sikap loyalitas
kepada-Nya dan berlepas
diri dari setiap sesembahan
selain-Nya sebagai kalimat
yang selalu ada pada
keturunannya (Ibrahim). Para nabi dan pengikut
mereka akan saling
mewarisi kalimat tersebut.
Ia adalah Laa Ilaaha Illallah
yang telah diwariskan oleh
imam para Ahlut Tauhid yaitu Ibrahim kepada para
pengikutnya sampai hari
kiamat.” Penggalan (lafadz
syahadat) “Laa Ilaaha” yang mengandung arti
peniadaan (penolakan, red)
atas segala sesuatu
sebagai (yang boleh
dijadikan, red) sesembahan.
Sedangkan (lafadz syahadat) “Illallah” yang mengandung penetapan
bahwa Allah Subhanahu Wa
Ta’ ala adalah satu-satunya sesembahan yang berhak
untuk diibadahi. Kesimpulannya bahwa
makna sekaligus kandungan
yang sebenarnya tentang
syahadat “Laa Ilaaha Illallah” adalah tiada sesembahan yang berhak
untuk diibadahi melainkan
hanya Allah saja. Uniknya makna yang sah
dari tinjauan syar’ i maupun bahasa Arab tersebut
sangat dipahami dan
diketahui orang-orang
musyrikin di jaman
Rasulullah Shalallahu ‘ Alaihi Wasallam, akan tetapi sifat
sombong dan gengsi dengan
agama nenek moyang
mereka menjadi faktor
penghalang untuk menerima
seruan dakwah Laa Ilaaha Illallah. Allah Subhanahu Wa
Ta’ ala berfirman: “Sesungguhnya bila dikatakan kepada mereka
Laa Ilaaha Illallah, mereka
menyombongkan diri.” (Ash Shaffaat: 35). Kesalahan Sebagian Orang Dalam Memaknai Syahadat Berdasar tinjauan makna
dan kandungan Laa Ilaaha
Illallah yang sedemikian
rupa maka sangatlah tidak
tepat bila ada sebagian
orang yang memberikan makna syahadat tersebut
dengan berbagai makna
misalnya: “Tidak ada pencipta, pengatur, dan pemberi rizki
kecuali Allah.” “Tidak ada Tuhan kecuali Allah.” Atau yang lebih tragis lagi
bila seorang “cendekiawan muslim” memberikan makna yang nyeleneh: “Tidak ada tuhan kecuali Tuhan.” Subhanallah !! Semua
pendapat yang semata-
mata dari akal pikiran dan
jauh dari petunjuk Al
Qur’ an dan As Sunnah di atas, sesungguhnya masih
meninggalkan adanya
kemungkinan pengakuan
terhadap sesembahan selain
Allah. Tidaklah mengherankan
akibat kesalahan di dalam
memahami makna dan
kandungan syahadat Laa
Ilaaha Illallah, banyak di
antara kaum muslimin yang terjatuh ke dalam berbagai
bentuk kesyirikan yang
sebenarnya pernah, atau
bahkan belum pernah
dipraktekkan kaum
musyrikin jahiliyyah meskipun mereka
mengucapkan syahadat di
dalam dzikir, shalat dan
do’ a mereka. Wallahul Musta’ an. Syahadat Rasul Muhammadur- Rasulullah Para pembaca yang mulia,
manakala seseorang telah
mengerti dan meyakini
bahwasanya tidak ada
sesembahan yang benar
kecuali Allah saja maka dia tidak akan mampu
mengetahui cara dan
bentuk ibadah yang akan
dia persembahkan kepada-
Nya kecuali hanya dengan
petunjuk utusan-Nya yaitu Rasulullah Muhammad
Shalallahu ‘ Alaihi Wasallam. Di sinilah letak pentingnya
mengetahui makna dan
kandungan syahadat rasul
Muhammadur- rasulullah
terlebih dahulu sebelum
berbicara tentang syari’ at dan sunnah-sunnahnya.
Tidaklah sah dan diterima
syahadat Laa Ilaaha Illallah
tanpa adanya syahadat ini. Sangatlah banyak dalil-dalil
baik dari Al Qur’ an dan As Sunnah yang menunjukkan
makna syahadat ini yang
pada akhirnya para ulama
menyebutkannya secara
ringkas sebagai berikut: 1. Mentaati Rasul Shalallahu
‘ Alaihi Wasallam dalam apa yang beliau perintahkan. 2. Membenarkan segala apa
yang beliau beritakan. 3. Menjauhi apa yang beliau
larang. 4. Tidaklah Allah diibadahi
melainkan dengan apa yang
Rasul Shalallahu ‘ Alaihi Wasallam tersebut ajarkan. 5. Bahwa Muhammad
Shalallahu ‘ Alaihi Wasallam adalah seorang rasul yang
tidak boleh didustai
sekaligus sebagai seorang
hamba yang tidak boleh
diibadahi. Oleh karena itu seseorang
yang mengaku cinta dan
sebagai pengikut Rasul
Shalallahu ‘ Alaihi Wasallam tidaklah pantas untuk
mendahulukan (=lebih
membenarkan, red) ucapan
seorang guru, ustadz
ataupun kyainya daripada
ucapan Rasul tersebut. Tidaklah layak seorang
yang telah bersyahadat
bahwa Muhammad adalah
utusan Allah untuk menolak
atau ragu terhadap sebuah
hadits karena – menurut anggapan dia – tidak sesuai dengan perkembangan
jaman, penelitian para
ilmuwan atau akal
pikirannya. Dan masih
banyak lagi bentuk-bentuk
pelanggaran terhadap hak Rasul Shalallahu ‘ Alaihi Wasallam atau syahadat
Muhamadurrasulullah. Syarat-syarat Agar Seorang Muslim Mampu Memahami Syahadat Kedua syahadat ini
sebagaimana rukun Islam
yang lainnya memiliki
beberapa syarat yang
seseorang tidak akan
mendapatkan manfaat dengan persaksiannya
kecuali menyempurnakan
dan berpegang teguh
dengan syarat-syaratnya. Alhamdulillah, Allah telah
mudahkan kita untuk
mengetahuinya melalui para
ulama – semoga Allah merahmati kita dan mereka
semuanya. Mereka (para
ulama) telah kumpulkan
beberapa syarat yakni: 1. Al Ilmu, yaitu mengetahui tentang kandungan dan
konsekuensi dua kalimat
syahadat dengan ilmu yang
benar. Allah Subhanahu Wa
Ta’ ala berfirman (artinya): “Kecuali orang-orang yang bersaksi kebenaran (Laa
Ilaaha Illallah) dalam
keadaan mereka berilmu.” (Az Zukhruf : 86). 2. Al Yaqin, yaitu keyakinan yang mantap tentang
konsekuensi dari dua
kalimat syahadat tersebut.
Allah Subhanahu Wa Ta’ ala berfirman (artinya): “Hanyalah orang-orang yang beriman itu adalah
orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya
kemudian tidak ragu
(dengan keimanannya).” (Al Hujuraat : 15). 3. Al Qabul, yaitu menerima kandungan dua kalimat
syahadat dengan hati dan
mengikrarkan dengan
lisannya. Dalilnya adalah
setiap firman Allah
Subhanahu Wa Ta’ ala yang memberitakan tentang
keselamatan dan
keutamaan bagi siapa saja
yang menerima Laa Ilaaha
Illallah. Sebaliknya
kecelakaan dan adzab bagi siapa saja yang menolak
kalimat agung tersebut. 4. Al Inqiyad, yakni tunduk terhadap kandungan dan
makna dua kalimat
syahadat. Allah Subhanahu
Wa Ta’ ala berfirman (artinya): “Dan barangsiapa yang menundukkan
wajahnya kepada Allah dan
berbuat baik maka dia
telah berpegang teguh
dengan tali yang kuat (Laa
Ilaaha Illallah).” (Luqman : 22). 5. Ash Shidq, adalah jujur di dalam mengikrarkannya
baik dengan lisan maupun
hatinya. Rasulullah
Shalallahu ‘ Alaihi Wasallam bersabda: “Tidaklah seseorang yang bersaksi
Laa Ilaaha Illallah wa anna
Muhammadar-rasulullah
dengan jujur dari hatinya
kecuali Allah haramkan Naar
baginya.” (Muttafaqun ‘ Alaihi). 6. Al Ikhlas, maknanya membersihkan amalan
dengan niat yang benar
dan bersih dari noda-noda
kesyirikan. Rasulullah
Shalallahu ‘ Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan (Naar)
bagi seseorang yang
mengucapkan Laa Ilaaha
Illallah dalam keadaan dia
mengharap wajah Allah
‘ Azza Wa Jalla (ikhlas) .” (Muttafaqun ‘ Alaihi). 7. Al Mahabbah, artinya mencintai dua kalimat
syahadat ini, kandungannya
dan orang-orang yang
berpegang teguh dengan
dua kalimat syahadat
tersebut. Sebaliknya membenci terhadap siapa
saja yang menentang dan
menolak dua kalimat
syahadat. Rasulullah
Shalallahu ‘ Alaihi Wasallam bersabda: “Tiga perkara yang barangsiapa
memilikinya maka dia akan
mendapatkan manisnya
iman: Allah dan Rasul-Nya
lebih dia cintai daripada
selain keduanya, mencintai seseorang tidaklah dia
mencintainya kecuali karena
Allah, dan benci untuk
kembali kepada kekufuran
setelah Allah selamatkan
darinya sebagaimana ia benci apabila dilemparkan
ke dalam api.” (Muttafaqun ‘ Alaihi). Wallahu A’ lam Bish Shawab. TAMBAHAN (Tanya – Jawab) Tanya: Apakah cukup bagi seseorang mengucapkan
dua kalimat syahadat tanpa
mengamalkan
kandungannya ? Jawab: Asy Syaikh Shalih Al Fauzan Hafizhahullah di
dalam Al Muntaqa 1/9
memberikan jawaban
tentang pertanyaan yang
hampir mirip dengan
pertanyaan tersebut: - Barangsiapa yang
mengucapkan syahadat Laa
Ilaaha Illallah wa Anna
Muhammadar Rasulullah
maka ia dihukumi sebagai
muslim terlebih dahulu, dan dijaga darahnya. - Bila dia mengamalkan
kandungan dan
konsekuensinya baik secara
dhohir maupun batin maka
dia adalah muslim yang
sebenar-benarnya. Baginya kabar gembira di kehidupan
dunia dan akhirat. - Jika dia beramal secara
dhohir saja maka dia
dihukumi sebagai muslim
secara dhohir saja dan
diajak bergaul sebagaimana
pergaulan antara sesama muslimin. Adapun secara
batin dia adalah seorang
munafiq yang Allah saja
yang berhak terhadap
hisabnya. - Adapun bila dia tidak
beramal dengan kandungan
Laa Ilaaha Illallah, sekedar
mengucapkannya atau
justru beramal dengan
lawan syahadat tersebut maka dia dihukumi sebagai
murtad. Dia diperlakukan
sebagaimana orang-orang
murtad (tentunya setelah
disampaikan kepadanya
keterangan, hujjah dan dalil tentang perkara tersebut
[pen]). - Namun bila dia
mengamalkan salah satu
dari konsekuensi syahadat
tersebut tanpa konsekuensi
yang lainnya maka dia perlu
dirinci. Jika dia meninggalkan sesuatu yang
memang mengakibatkan
dirinya murtad maka dia
dihukumi sebagai murtad
seperti meninggalkan shalat
secara sengaja atau memberikan sebuah ibadah
kepada selain Allah. Akan
tetapi kalau dia
meninggalkan sesuatu yang
tidak menyebabkan murtad
maka dia dianggap sebagai mukmin yang kurang
imannya sesuai apa yang
dia tinggalkan, seperti
halnya pelaku dosa besar di
bawah kesyirikan.”