Laman

Entri Populer

Minggu, Mei 20, 2012

menyelamatkan diri dari zaman jahiliah moderen

Segala puji bagi Allah, Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya yang senantiasa tekun mengikuti jalan petunjuk-Nya, amien.

Segala puji bagi Allah, pernahkah diri kita saat bangun dari tidur di pagi hari lalu kita memikirkan bahwa diri kita hidup ini dengan NYAWA yang dipinjamkan oleh Allah kepada kita ???,
dan suatu saat NYAWA itu kemudian akan diminta oleh yang memiliki NYAWA, yaitu Allah Tuhan Semesta Alam, sebagaimana firman-Nya yang artinya… .

Maka mengapa ketika NYAWA sampai di kerongkongan, (QS. 56:83)
padahal kamu ketika itu melihat, (QS. 56:84)

dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu.Tapi kamu tidak melihat, (QS. 56:85)

maka mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah) (QS. 56:86)

Kamu tidak mengembalikan NYAWA itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar, (QS. 56:87)

adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), (QS. 56:88)

maka dia memperoleh rezki serta surga kenikmatan. (QS. 56:89) .

Segala puji bagi Allah, betapa kesadaran kita tentang kepemilikan NYAWA yang Allah pinjamkan kepada kita ini adalah sesuatu yang sangat besar manfaatnya, agar kita mau berpikir berikutnya, mengapa Allah meminjami kepada kita masing-masing NYAWA ???,
mengapa kita dipinjami oleh Allah dengan NYAWA dan kemudian kita diberi kesempatan untuk hidup di muka bumi.

Pernahkan kita berpikir sejenak ketika orang tua kita memadu kasih sayang sehingga kemudian lahirlah kita sebagaimana firman Allah yang artinya .

dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan, (QS. 53:44)

dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan. (QS. 53:45)

dari air mani, apabila dipancarkan. (QS. 53:46)

Dan bahwasanya Dialah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati), (QS. 53:47)

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (QS. 23:12)

Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (QS. 23:13)

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban) (QS. 75:36)

kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, (QS. 75:38) .

Dapatkah firman Allah tersebut menggugah kesadaran kita, siapakah yang telah melindungi air mani yang dipancarkan itu, dan kemudian kemudian saling bertemu dan kemudian jadilah manusia ???, siapakah yang mengkondisikan dan mengamankan perjalanan setitik air mani di rahim seorang ibu dan kemudian tumbuh menjadi bayi dan lahir manusia ke dunia ini ???

Kesadaran yang demikian kita harapkan dapat menggugah hati kita untuk kemudian sadar bahwa di dunia ini kita juga membutuhkan perlindungan Allah SWT.
Setidaknya ketika kita telah mulai menyadari, kita kemudian menangisi diri dan anak-anak kita bahwa kita dan mereka itu semua membutuhkan bimbingan dan perlindungan Allah SWT dalam menempuh kehidupan di dunia ini.
Walhasil bahwa di saat NYAWA-NYAWA masih ada di dalam raga kita, masih dipinjamkan kepada kita, kita harus bersegera menyambut bimbingan Allah dan perlindungan-Nya dengan tekun belajar dan menempuh jalan petunjuk-Nya.
Dengan mengingat akan lemahnya kedudukan kita, sebaliknya dengan melihat akan begitu

Maha Mulia, Maha Tinggi dan Maha Perkasa nya Allah SWT, mendidik jiwa manusia untuk segera lari kepada Allah dan bersegera meninggalkan kelalaian-kelalaian yang tersebar luas di zaman di hari ini.

Banyak manusia yang akan menyesal di akherat, disebabkan mereka telah kembali ke akherat dengan kedudukan NYAWA yang rendah yang jauh dari Allah, bahkan mereka dibersamakan dengan syaitan di neraka yang menyala-nyala, sebagaimana firman-Nya yang artinya .

hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka:”Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” (QS. 67:8)

Mereka menjawab:”Benar ada”,sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: “Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”. (QS. 67:9)

Dan mereka berkata:”Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala”. (QS. 67:10)

Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. (QS. 67:11)

. Demikianlah penyesalan NYAWA-NYAWA yang mengabaikan peringatan Allah, sehingga mereka di akherat harus ditempatkan di tempat yang amat menyusahkan.
Marilah kita umat manusia, apalagi kita umat manusia yang sedang berada di kedudukan puncak, sedang duduk sebagai PEMIMPIN, sebagai PANUTAN, sebagai KOORDINATOR,

Lihatlah dengan seksama, ketika sebuah system yang salah tetap dilestarikan, hingga timbul istilah Penyimpangan yang dilakukan secara bersama-sama, dan ketika orang-orang yang baik sudah tidak mampu lagi melakukan perbaikan, disebakan karena system yang salah yang sudah berakar dan berurat menggurita dalam sendi-sendi kehidupan.

PEMIMPIN, PANUTAN, KOORDINATOR, dihari ini pun biasanya sudah memiliki umur yang sudah cukup, dan beberapa saat lagi, NYAWA-NYAWA itu akan diambil oleh yang empunya NYAWA, yaitu Allah SWT.

Jangan sampai NYAWA kita termasuk NYAWA yang berkedudukan rendah dan harus ditempatkan di neraka.

Sambutlah wahai para PEMIMPIN, para PANUTAN, para KOORDITOR, selamatkan dirimu, keluargamu, sahabatmu, masyarakatmu, bangsamu, untuk segera sadar dan kembali kepada jalan-jalan Allah, kembalilah kepada ketekunan menekuni petunjuk-petunjuk Allah, Al-Qur’an dan As-Sunnah,
dialah jalan bimbingan dan jalan perlindungan Allah terhadap kehidupan di dunia ini,
untuk mencapai ketinggian dan kesucian NYAWA-NYAWA manusia . Katakanlah:

”Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 39:53)

Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (QS. 39:54)

Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu(Al-Qur’an) sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, (QS. 39:55)

supaya jangan ada orang yang mengatakan: “Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah). (QS. 39:56) .

Wahai para GURU masyarakat, sadarlah bahwa kesesatan yang telah menjamur ditengah-tengah kehidupan, diantaranya adalah termasuk kekurangan-kekurangan yang telah tumbuh akibat salah didik dan salah ajar.

Seharusnya DUNIA PENDIDIKAN ikut menangisi kondisi zaman, mengapa anak-anak didik kita, mereka lebih suka memilih jalan yang salah dibanding jalan yang benar.

Kebanggaan meluluskan alumni harus disertai dengan koreksi diri, berapa anak-anak didik kita yang telah menyimpang hidupnya akibat minimnya bekal TUNTUNAN AGAMA ISLAM, atau bahkan KETIDAK TANGGUHNYA dalam BERPENDIRIAN MEMEGANG KEBENARAN DAN KESANTUNAN dalam menghadapi godaan dan penyimpangan-penimpangan zaman yang terjadi dalam kehidupan.

Apakah memang kita ini manusia, masyarakat, sekumpulan manusia yang berkwalitas sebagaimana pepatah SEPERTI AIR DI DAUN TALAS, dan kemudian kita tanyakan dalam hati sanubari kapan kita memiliki pendirian, terutama memegang teguh pertanggung jawaban jalan kehidupan kita yang akan kita hadapi ketika kita menghadap kepada Allah SWT yang telah memberi NYAWA kehidupan kepada kita. Kita membutuhkan figure-figur GURU, PANUTAN dan PEMIMPIN yang memiliki ketegasan dalam memegang amanah jalan lurus kehidupan, dan tidak mudah tergoyah dengan hempasan ombak Zaman yang penuh dengan kepengapan budaya memeperturutkan hawa nafsu dan melanggar bimbingan kebenaran dan kesopanan.

Kita membutuhkan manusia-manusia PANUTAN yang memiliki ketegasan di dalam memegang teguh kebenaran yang datang dari Allah SWT, Tuhan Pencipta, dan Pemilik serta Pemelihara semesta Alam, Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.

Sehingga NYAWA mereka kembali kepada Allah dalam keadaan di rahmati dan diridhoi. . Hai jiwa yang tenang. (QS. 89:27)

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya. (QS. 89:28)

Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, (QS. 89:29)

dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. 89:30) .

Mari berbondong-bondong mengaji Al-Qur’an dan As-Sunnah, kemudian kita hayati dan kita amalkan, dan rasakan sejuknya kebahagiaan iman, karena disanalah tempat berlabuh yang paling aman dari kekacauan dan kerusakan zaman, disanalah tempat yang sejuk dan menenangkan NYAWA-NYAWA kita sebelum kita dipanggil oleh Allah masuk kedalam surga-Nya di akherat kelak
  Wallahu a’ala

terjebak kebiasaan

Di dalam kehidupan ini sering kali kita terjebak pada suatu kebiasaan. 

Secara garis besar kebiasaan dibagi menjadi dua.
 Kebiasaan baik dan kebiasaan buruk. Tapi di sini tentu saya tidak akan memakai istilah “terjebak” untuk suatu kebiasaan yang baik. 
Karena, menjadikan hal-hal yang baik menjadi kebiasaan itu sangat sulit, sangat berat ujiannya dan sangat besar tantangannya. 

Kebiasaan-kebiasaan yang baik tersebut antara lain, menuntut ilmu agama atau mengaji dengan mengikuti kajian-kajian keislaman, melaksanakan ibadah-ibadah baik wajib maupun sunnah sesuai dengan tuntunan Rosulullah SAW, memperbanyak dzikir dengan mengingat Allah SWT, saling bersilaturahim, bermuamalah dengan akhlakul karimah dan lain sebagainya.


Sedang kata terjebak dalam kebiasaan di sini, maksudnya terjebak dalam kebiasaan-kebiasaan yang buruk. Atau kebiasaan yang dinilai baik oleh manusia namun ternyata buruk di mata Allah SWT. Lho apa ada kebiasan-kebiasaan yang demikian ?
Hal ini sudah di sinyalir Allah SWT dalam 

QS. Al Kahfi ayat : 103-106

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا (١٠٣)الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا (١٠٤)أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا (١٠٥)ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا

Katakanlah: “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?”
Yaitu orang-orang yang Telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
Mereka itu orang-orang yang Telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, Maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.
Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. (QS. Al Kahfi [18] : 103-106)
Dalam ayat 103 Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menanyakan kepada ummatnya, apakah mereka mau ditunjukkan tentang ciri-ciri orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut :

 Pertama : orang yang paling merugi perbuatannya adalah orang yang melakukan amal perbuatan,  kebiasaan-kebiasaan, yang mereka mengira bahwa apa yang mereka jalankan itu adalah hal yang sebaik-baiknya, akan tetapi di mata Allah amal-amal mereka itu sia-sia. (ayat 104). Mengapa sia-sia ?


Kedua : karena mereka kufur dengan ayat-ayat Allah dan perjumpaan dengan Dia (hari Kiamat). Dalam melakukan amal-amal, perbuatan-perbuatan, kebiasaan-kebiasaan mereka mengkufuri, mengingkari, tidak mengindahkan apa yang digariskan dalam ayat-ayat Allah. 
Dengan kata lain, mereka melanggar ayat-ayat Allah. 
 Mereka juga tidak mempercayai perjumpaan dengan Allah, atau hari kiamat.
Sehingga dalam beramal mereka tidak menyadari bahwasannya Allah akan menilai segala amal dan perbuatan mereka. 
Sehingga orientasi amal-amal tersebut hanyalah keduniaan, hanya karena penilaian manusia, pujian manusia bahkan keuntungan-keuntungan yang sifatnya materialistis. 
Dengan demikian amal perbuatan dan kebiasaan yang mereka anggap sebaik-baiknya tersebut hapus, rusak, muspro karena Allah tidak menilainya pada hari Kiamat. (ayat 105)


Ketiga, mereka menjadikan ayat-ayat Allah dan Rosul-Rosul sebagai olok-olok. 
 Bisa jadi sebenarnya mereka juga mengetahui tentang ayat-ayat Allah dan sunnah Rosulullah. 
Tetapi apa yang diketahui dari Al-Qur’an dan As Sunnah itu tidak dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari, melainkan hanya sekedar bahan olok-olokan saja. Oleh karena itu balasan bagi mereka adalah neraka jahannam. (ayat 106)

***
Dalam kehidupan ini ada tiga parameter tentang kebenaran.
 Pertama, bener-benere dewe, yaitu kebenaran hanya di ukur dengan dirinya sendiri. 

 Kedua, bener-benere wong akeh, yaitu kebenaran yang diukur pandangan, pendapat, penilaian orang banyak. 

Ketiga, bener kang sejati, yaitu kebenaran yang diukur dengan nilai-nilai keIlahian (agama)

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS. Al Baqarah [2] ayat : 147)
Kebenaran yang sejati adalah datang dari Allah, yaitu ajaran agama Islam. Dan tidaklah dinamakan agama Islam jika tidak berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah
 Oleh karena itu sesuatu perbuatan, amalan, kebiasaan meskipun dinilai secara pribadi dan masyarakat baik dan benar, namun dalam kacamata agama belum tentu baik apalagi benar.
 Sesuatu amal perbuatan dan kebiasaan bisa dikatakan baik dan benar jika sesuai dengan Al Qur’an dan As Sunnah.

***
Jangan Terjebak Kebiasaan
Memang kalau sudah menjadi kebiasaan itu enak. 
Tetapi sebagai orang mengaji yang menjadikan Al Qur’an dan As Sunnah sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari, harus bisa menilai apakah kebiasaan ini sesuai dengan tuntunan agama atau tidak. 

Jika kebiasaan itu sesuai dengan tuntunan agama maka bisa dilanjutkan, bahkan dilestarikan.

Jika kebiasaan itu kurang pas dengan agama, bisa disesuaikan. 
Dan jika kebiasaan itu bertentangan dengan agama, baik secara syariat maupun aqidahnya, maka harus ditinggalkan.

Sedang terhadap kebiasaan yang sudah berjalan di masyarakat, baik itu dilakukan secara pribadi, keluarga, maupun masyarakat luas, jika kita belum tau ilmunya maka hendaklah kita tidak mengikuti sebelum mengetahui ilmunya dengan jelas. 
Meskipun kebiasaan itu nampaknya baik, nampaknya benar, bahkan kental dengan nilai-nilai keislaman.

Jangan sampai hanya karena mengikuti kebiasaan yang sudah ada kita terjebak pada kebiasaan yang kita belum tahu ilmunya, atau mungkin memang tidak ada ilmunya sama sekali, tidak ada dasar/dalil yang dapat dijadikan landasan hukum yang kuat.

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا

 Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Israa’ [17] ayat 36)
Jika sudah dianggap “BIASA”

Sekarang ini terjadi pergeseran nilai tentang sesuatu dianggap biasa dan tidak biasa. Misalnya tentang pakaian yang tidak menutup aurat. 
 Dahulu kalau ada wanita  memakai rok mini atau baju you can see dianggap tidak biasa, tidak sopan, dianggap wanita nakal, binal, bahkan pakaian-pakaian seperti itu identik dengan pakaian – maaf agak kasar – pelacur.

Dulu kita bisa membedakan mana wanita baik-baik dan wanita-wanita yang sedang mangkal mencari obyekan ketika mereka sama-sama berdiri di pinggir jalan. 
Tetapi sekarang sudah sulit membedakannya.
Kalau sekarang kita merasa prihatin dengan cara berpakaian wanita yang mengumbar aurat, orang lain akan berkomentar :
 “Sekarang pakaian seperti itu sudah biasa”. 

Padahal dampak yang diakibatnya sangat fatal baik bagi diri wanita tersebut maupun bagi laki-laki yang tidak mampu menahan syahwatnya.

Dahulu, jika ada gadis hamil sebelum nikah, sudah dipandang sebagai aib, baik bagi si gadis, laki-laki yang menghamili, keluarga dan masyarakatnya. 
Tapi kini sudah dianggap biasa.
Bahkan kalau ada remaja yang berusaha membentengi dirinya dari pergaulan bebas, karena takut akan terjerumus ke dalam dosa yang besar, sehingga dia tidak punya teman berkencan atau pacar, justru dianggap ketinggalan zaman. Na’udzubillah.

Masih banyak lagi dosa-dosa yang sudah dianggap biasa. Oleh karenanya kita harus rajin mengaji Al Qur’an dan Assunnah agar diri kita tidak terjebak pada kebiasaan-kebiasaan yang menjerumuskan kita ke dalam neraka  Jahannam.

***
Ada cerita tentang seorang musafir yang datang dari negeri Arab ke tanah Jawa. Sampai di Jawa, musafir tersebut membutuhkan seekor kuda sebagai kendaraannya. 
Dia membeli seekor kuda kepada orang Jawa.
 Setelah terjadi kesepakatan di antara keduanya, musafir tersebut segera menaiki kudanya. 
Baginya syariat membaca basmallah setiap memulai sesuatu dan membaca alhamdulillah ketika menyudahinya sudah menjadi kebiasaan
Musafir itu pun naik kuda dengan membaca basmallah untuk menjalankannya.
 Tapi ajaib, kuda tersebut tidak mau berjalan.
Dia kembali turun, dengan marah-marah ia protes kepada penjualnya. 
 Akhirnya penjualnya menerangkan, bahwa untuk menjalankan dan memberhentikan kuda tersebut ada passwordnya. 
Kalau menjalankan bacalah ALHAMDULILLAH dan kalau menghentikan bacalah BISMILLAH.

Musafir kembali menaiki kudanya, kemudian membaca Alhamdulillah, kudanya mulai berjalan. 
Dia senang dalam dan mengucap bersyukur alhamdulillah, sehingga kudanya makin kencang lajunya. Semakin banyak ia baca alhamdulillah kudanya makin kencang lajunya.
Hingga akhirnya ia sadar di depannya ada jurang yang dalam.
 Dia panik dan lupa cara menghentikannya, kini keselamatannya terancam. 
Akhirnya dia ingat dan langsung membaca, BISMILLAH !!! Mendadak kuda berhenti tepat di bibir jurang.

Betapa senangnya dia selamat dari maut, sehingga dia mengucap syukur ALHAMDULILLAH. Sehingga kudanya melaju ke dalam jurang.  Akhirnya ia terjatuh ke dalam jurang karena TERJEBAK KEBIASAAN.